𝐅𝐨𝐜𝐮𝐬 𝐨𝐧 𝐌𝐞 = 𝐘𝐨𝐮 𝐂𝐚𝐧𝐧𝐨𝐭 𝐒𝐥𝐞𝐞𝐩
Abhy ke ruang rawat Safa setelah berbicara dengan dokter mengenai kondisi istrinya itu.
“Thankyou Nad” ucap Abhy pada Nadin yang menunggui Safa sampai ia datang.
“Anytime” balas Nadin yang kemudian perempuan itu pamit pulang.
Sepeninggalan Nadin dari ruang rawat Safa, Abhy menghampiri Safa yang masih belum siuman. Tadi Safa mengalami gangguan kepanikannya yang membuatnya kesulitan bernafas sehingga langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan pertama.
Abhy menarik kursi di samping tempat tidur dan ia duduk disana. Tidak lama kemudian, Safa membuka netranya dan mendapati Abhy berada di sampingnya.
“What happened to me?” tanya Safa.
“Everything is gonna be alright”
“No. Lo bohong. Gue inget tadi semuanya tiba-tiba jadi gelap gitu aja..” ucap Safa dengan suara gemetarnya dan deru nafas yang tidak beraturan.
“Kamu tenang dulu ya. Yang terpenting sekarang adalah kesehatan kamu”
“It’s oke” Abhy mengambil tangan Safa, mengenggamnya dengan tangan besarnya kemudian mengusapkan ibu jarinya disana.
***
Safa telah diperbolehkan pulang oleh dokter. Dokter mengatakan tidak perlu rawat inap namun ia meminta pada Abhy untuk membantu mengontrol kondisinya. Jika terjadi collapse yang disebabkan oleh gejala kepanikannya, pertolongan pertama harus segera didapatkan.
Sesampainya di apartemen, Abhy mengantar Safa ke kamar perempuan itu yang kemudian mendapat tatapan aneh dari Safa.
Setelah Safa merebahkan dirinya di kasur, Abhy baru keluar dari kamarnya dan mengatakan ia akan pergi mandi.
Tidak lama Safa mendapati pintu kamarnya terbuka dan Abhy ada disana. Pemandangan Safa saat ini adalah Abhy dengan stelan rumahan dan messy hair setengah basahnya yang terlihat lucu di mata Safa.
“I'm okay” ujar Safa.
“Tetep aja, saya khawatir sama kamu” Abhy mengambil tempat di tepi kasur.
“Tadi dokter bicara sama saya mengenai kondisi kamu”
“Dokternya bilang apa?”
“Kemungkinan kamu harus menjalani psikoterapi secara rutin seperti dulu. Kamu mau ya?”
“Separah itu ya kondisi gue? Gue emang nggak akan pernah bisa sembuh sempurna—
“Saf”
“Apa”
“Dengerin saya. Saya akan selalu ada buat kamu. Selama kamu terapi nanti, saya disamping kamu. Ya?”
“Lo kan harus kerja”
“Pekerjaan itu prioritas kedua saya. Kamu adalah prioritas utama saya” ucap Abhy.
“Saya disini temenin kamu sampai kamu tidur. Dokter bilang salah satu terapi yang bisa dilakukan mandiri adalah mengobrol mengenai hal-hal ringan. We can talk about everything tonight”
“You can ask me a question and i will answer it” lanjut Abhy.
“Jawaban jujur?”
“Yes. Its like truth or dare but without dare”
Safa mengubah posisinya menjadi duduk dan ia menyandarkan punggungnya di header kasur.
“Uhhmm okey. Its not important i guess but i’m curious. Is that really you who stole my cookies at highschool?”
“Siapa yang ngasih tau kamu?”
“Maira told me. She said that you stole my cookies. So what the answer?”
“Right. Saya yang mengambil cookies itu. Besok saya beliin satu kardus buat kamu sebagai gantinya, gimana?”
Safa mengangguk menyetujuinya.
“Oke its my turn. Uhmm...i want to know where the place you really want to visit?”
“Tujuannya untuk apa? Hmm..terrgantung juga sih perginya sama siapa”
“Sama saya perginya”
“Weirdo”
“Stick to the rules, Saf. Just answer the question. Oke lets say kamu pergi sama sahabat-sahabat kamu”
“Its Korea”
“Why Korea?”
“Of course..gue mau ketemu idola-idola gue. Gue ingin ke Korea sama Yessi dan Nadin. We loved Korean male idol so much”
“Kalau sama saya kamu mau kemana?”
Safa terlihat berpikir kemudian ia menjawab, “I think i want to visit a country in USA” ungkap Safa.
“Okay”
“What mean with that okay?” Safa menyatukan kedua alisnya.
“Nanti kita kesana. Just tell me negara yang ingin kamu kunjungi”
“I just kidding, hei” Safa tertawa rendah.
“Kamu nggak bisa menarik kembali perkataan kamu, Saf. USA has been added to our bucket list. Kamu bisa pilih lebih dari 1 negara, how about that?”
***
Safa sudah merasa mengantuk jadi mereka mengakhiri permainannya.
“Lo balik aja ke kamar” ujar Safa.
“Saya tungguin kamu sampai tidur”
“Siapa yang bisa tidur kalau di tungguin. Yang ada malah nggak bisa”
“Kamu jangan fokus ke saya makanya”
“Siapa juga” Safa mengalihkan pandangannya yang jelas bukan ke arah Abhy.
Abhy tergelak. Kemudian ia menaikkan selimut sampai menutupi bahu Safa.
Abhy mematikan lampu utama kamar sehingga tersisa lampu tidur yang sinarnya remang-remang.
“Have a sweet dream” Abhy mengusap puncak kepala Safa dengan lembut saat perempuan itu mulai mencoba memejamkan matanya.
***
Thankyou for reading Return~
Semoga suka sama apa yang aku tulis. Aku menerima kritik dan saran supaya cerita ini bisa lebih baik kedepannya :)
Luvs💜 Aya