Arti Kebahagiaan
Saat Alvaro dan Sienna memutuskan untuk menikah dan mulai mempersiapkan pernikahan, sebagian barang-barang milik Sienna telah dicicil untuk dipindahkan ke rumah Alvaro.
Hari ini Sienna akan kembali menyicil memindahkan barang-barangnya. Kegiatan tersebut tentunya dibantu oleh jasa pemindahan barang. 1 buah truk pengangkut barang siang ini terlihat terparkir di halaman depan rumah Alvaro.
2 orang petugas dari jasa pemindah barang tersebut mulai mengangkut beberapa boks putih untuk dibawa ke dalam rumah. Selama proses tersebut, Alvaro dan Sienna mengawasi para pekerja. Lagi dan lagi, selama ada waktu bagi keduanya untuk ikut andil dalam hal-hal yang menyangkut hidup mereka, keduanya akan menyisihkan waktu. Hal kecil dan rasanya sepele, tapi nyatanya berarti bagi sebagian orang.
Setelah hampir 1 jam semua barang dimasukkan ke dalam kamar dan sebagian ada juga yang diletakkan di satu ruangan kosong, akhirnya pekerjaan tersebut selesai. Para pekerja pamit dari sana dan kini hanya tersisa Alvaro dan Sienna. Keduanya lantas menoleh bersamaan dan pandangan mereka bertemu.
“Kita harus beli lemari baju yang lebih gede nggak ya, Sayang?” Alvaro bertanya. Ia lantas berjalan menuju sudut ruangan, di mana lemari dengan dua pintu terletak di kamar ini. Sebagian pakaian casual memang di letakkan di lemari tersebut, sedangkan sisanya ada di lemari di ruangan walk in closet.
“Baju aku nggak terlalu banyak, Al. Jadi kayaknya nggak perlu nambah lemari. Ohh iya, baju kamu yaa yang banyak?”
Alvaro lantas menampakkan cengiran kecil, pertanda bahwa yang dikatakan Sienna adalah benar.
“Baju aku yang di rumah udah tinggal dikit, aku sisain aja buat yang aku pake sehari-hari. Kayaknya muat kok.”
“Oke kalau gitu,” ujar Alvaro akhirnya.
“Sayang, kamu butuh apa lagi? Ruangan buat kerja atau apa gitu?” Alvaro bertanya.
“Hmm … apa ya…” Sienna tampak belum kepikiran. Masih sambil memikirkannya, Sienna lantas lebih dulu mempertanyakan sesuatu kepada Alvaro. “Setelah kita nikah, kamu izinin aku untuk tetep kerja kayak sebelum nikah? Maksud aku, walaupun kerjaan aku waktunya nggak full time kayak orang kantoran, tapi itu lumayan nguras waktu. Kita perlu bicarain ini biar nantinya ada kesepakatan, jadi kita berdua sama-sama enak.”
Alvaro mengangguk menyetujui ide tersebut, mereka harus membicarakannya. Hampir tidak kepikiran olehnya bahwa hal itu cukup penting untuk dibicarakan kedua orang yang akan menikah.
“Sky, aku mau selalu dukung karir kamu. Aku tau perjuangan kamu buat jadi makeup artist, dan aku selalu bangga sama apa yang kamu kerjakan dan kamu cintai.” Alvaro menjeda ucapannya selama beberapa detik.
Alvaro masih menatap Sienna lekat, lalu ia berujar algi, “Sky, aku tau kamu cinta banget sama kerjaan kamu. Jadi aku nggak mungkin bikin kamu berhenti kerja,” Alvaro mengakhiri ucapannya dengan sebuah senyuman lembut.
Sienna balas tersenyum, satu tangannya lantas meraih tangan Alvaro, “Okey, makasih ya. Sepenting apa pun kerjaan aku, prioritas utamaku nantinya tetap keluarga kita. Jadi, karena kamu izinin aku buat tetep kerja, kayaknya aku butuh satu ruangan deh untuk mini studio makeup aku.”
“Oke. Kamu mau ruangan yang mana di rumah ini? Kamu bisa pilih,” ujar Alvaro.
***
Alvaro kembali memasuki salah satu ruangan di rumahnya yang telah lama tidak ia datangi. Ruangan yang bisa dibilang cukup luas ini, dulu merupakan kamarnya.
Dari beberapa ruangan yang ada di rumahnya, Sienna tertarik pada kamar ini. Alasannya karena ruangan tersebut cukup luas dan tampak masih bagus. Terdapat sisa-sisa wallpaper dan interior lainnya juga masih tertata dengan rapi.
Sienna menoleh pada Alvaro, lalu ia bertanya, “Kamu ada rencana mau pake ruangan ini untuk apa?”
“Tadinya mau aku jadiin gudang atau opsi lainnya, yaa … dibiarin kosong aja,” terang Alvaro.
“Terus kenapa belum dijadiin gudang?” Sienna bertanya.
“Belum sempet buat rombak dan rapihin lagi. Tapi kalau kamu mau pake, ya nggak papa,” jelas Alvaro.
“Oke.”
Mereka masih melihat-lihat ruangan ini. Ketika semakin jauh berjalan ke dalam, mereka melewati sekat yang membatasi antara ruang tidur dengan ruang walk in closet.
“Kamu perlu ganti interior sama wallpaper temboknya nggak?” tanya Alvaro.
“Hmm …” Sienna bergumam, ia lantas menyentuhkan jemarinya pada wallpaper di dinding yang masih nampak apik itu. “Mungkin nanti sedikit ada yang mau aku ubah. Aku pikirin dulu konsep desainnya mau kayak gimana ya,” ujar Sienna. Alvaro lekas menganggukinya, ia mengizinkan Sienna untuk melakukan ide tersebut.
Ketika Sienna menoleh dan pandangannya kembali bertemu dengan Alvaro, Sienna seketika dapat membaca apa yang tengah lelaki itu pikirkan. Terlihat jelas dari tatapannya, meskipun Alvaro tidak mengatakannya secara langsung.
“Al,” ujar Sienna.
“Iya?”
Pendar kedua mata Alvaro tidak bisa berbohong. Sienna tahu bahwa Alvaro tengah mengkhawatirkan sesuatu. Sienna lantas menatap Alvaro, ia mengunci pandangan pria itu. “Aku nggak masalah sama sejarah yang ada di ruangan ini. Aku udah sepenuhnya nerima dan berdamai dengan apa pun masa lalu kamu, termasuk kamar ini. Jadi kamu nggak perlu terlalu mikirin itu, yaa?”
Alvaro dengan cepat mengangguk pelan. “Iya, Sayang,” ujarnya.
“Kamu kok bisa baca pikiran aku? Ketauan banget ya emangnya?” celetuk Alvaro sambil sedikit tertawa.
Sienna lantas ikut tertawa. “Lumayan keliatan. Kamu tuh ekspresif banget, Al.”
Alvaro kemudian sedikit mencebikkan bibirnya. “Okey, Sayang. Aku nggak akan terlalu mikirin itu. Sekarang yang paling penting cuma pernikahan kita, keluarga kita, calon anak-anak kita nanti, dan terakhir, pekerjaan kita.”
Sienna yang mendengar penuturan itu lantas menorehkan senyum bangga dan ia mengacungkan satu ibu jarinya sebagai tanda setuju.
“Oh iya, Sayang. Besok ada event buat promosi film aku yang baru, Sabtu kan tuh besok. Gio libur sekolah juga, kamu ada kerjaan nggak? Rencananya aku mau ajak kamu sama Gio ke sana, acaranya siang jam dua belas.”
“Hmm … kebetulan sih aku nggak ada scedule. Paling paginya aku harus ke studio dulu sebentar buat cek sesuatu. Yaudah kalau gitu, aku sama Gio ikut ke event-nya. Kita ikut kamu kerja nih ya jadinya.”
“Iya, dong,” sahut Alvaro tampak senang dan bersemangat.
Menurut Alvaro, salah satu hal membahagiakan dalam hidupnya adalah saat ia bisa menunjukkan orang-orang yang ia cintai kepada dunia. Alvaro ingin memiliki kesempatan mengenalkan mereka kepada khalayak, yang mana ia berharap di kemudian hari, para penggemarnya juga bisa merasakan kebahagiaannya. Bukankah seharusnya seperti itu, peran seorang penggemar kepada idolanya? Rasanya tidak ada yang lebih baik ketika kita bahagia melihat orang yang kita sukai bahagia.
***
Di salah satu mal di bilangan Jakarta Selatan, sebuah event bertajuk ‘Cinema Visit’ diselenggarakan untuk sebuah film bergenre thriller action. Film tersebut baru saja tayang selama 2 minggu dan telah banyak mengundang perhatian publik. Dari pihak produser film memang telah merencanakan sebuah promosi dengan membawa para pemain untuk bertemu langsung dengan para penggemar, supaya ada experience baru yang dapat dirasakan.
4 aktor pemeran utama yang memerankan film ‘Emergency Married’ terlihat tengah memasuki venue dengan melewati area red carpet. Terdapat dua aktor laki-laki yakni Alvaro Zachary dan Devano Prima, serta dua aktris yakni Olivia Simamora dan Cindy Iskandar. Banyak kamera langsung menyorot ke arah mereka, mengambil beberapa gambar dari sang aktor dan aktris. Setelah dari red carpet, mereka akan menuju ke dalam venue untuk memulai acara inti.
Di sebuah panggung cukup besar yang di hadapannya sudah terdapat banyak orang yang menanti, acara pun akhirnya di mulai. Seorang MC perempuan menyapa para pengunjung di sana dengan sebuah sapaan hangat, “Buat teman-teman semua, terimakasih karena telah menyempatkan hadir pada event Cinema Visit film Emergency Married. Luar biasa sekali antusiasme dari kalian dan tentunya kami sangat berterimakasih. Berkat itu, dalam waktu dua minggu, film Emergency Married berhasil mengajak lima ratus ribu orang untuk ikut memecahkan misteri kejahatan dari sebuah perusahaan ternama.”
Usai kata sambutan tersebut, acara inti akhirnya dimulai. Para cast film Emergency Married diminta secara singkat menjelaskan karakter mereka di dalam film.
Sebagai pemeran utama wanita, Olivia angkat bicara lebih dulu di antara rekan kerjanya yang lain. “Halo, gue Oliv. Di film Emergency Married, gue berperan sebagai Tiara. Karakter Tiara sendiri, dia adalah perempuan yang pemberani, tangguh, agak sedikit keras kepala, tapi sebenarnya punya hati yang lembut. Tiara nantinya bertemu dengan Aryo dan dari sana awal misi mereka di mulai. Tiara dan Aryo ini menemukan kecocokan dalam diri mereka satu sama lain, yang meski awalnya pertemuan mereka terjadi karena suatu insiden kurang mengenakkan, tapi ke depannya justru hubungan mereka menjadi partner in crime yang solid.”
Setelah Olivia menjelaskan karakter yang diperankannya, kini dilanjut oleh Alvaro yang berperan sebagai co-star Olivia di film tersebut.
“Halo, gue Alvaro. Di film Emergency Married ini, gue memerankan karakter Aryo Bimo, suaminya Tiara. Untuk karakter Aryo sendiri ini dia adalah lelaki yang memiliki trust issue, tidak percaya pada sebuah komitmen, dan itu terbentuk karena latar belakangnya. Aryo ini CEO perusahaan Harapan Jaya yang pada akhirnya dia dihadapkan pada suatu kondisi yang .. hmm apa ya … bisa dibilang cukup sulit. Aryo di film ini dihadapkan sama dua pilihan, antara perusahaannya atau istrinya,” ujar Alvaro menjelaskan karakternya di film tersebut.
Setelah Alvaro menjelaskan, dilanjut dengan Devano dan Cindy yang memerankan karakter utama lainnya disamping Alvaro dan Olivia. Sesi berikutnya berlangsung selama kurang lebih 1 jam, yang kemudian dilanjut dengan sesi foto para penggemar bersama para cast film.
Acara jumpa penggemar tersebut berlangsung dengan meriah dan sukses, para hadirin nampak begitu puas karena bisa bertemu langsung dengan idola mereka. Saat para cast masih berada di stage, ada satu pertanyaan yang diajukan oleh seseorang hadirin di sana.
“Ada satu pertanyaan terkhusus buat Alvaro nih. Gimana Al, mau dijawab nggak?” tanya sang MC.
Alvaro masih memegang microphone di tangannya, lalu ia menjawab, “Boleh, deh. Satu pertanyaan terakhir ya.”
Kemudian dari salah satu deretan hadirin, seorang perempuan mengajukan pertanyaannya setelah pihak panitia memberikan sebuah microphone. “Al, boleh tau nggak sih tadi dateng sama siapa ke sini? By the way, gue ngefans banget sama lo dan udah ngikutin film-film lo dari lama. Tadi gue liat lo pas masuk ke gedung, lo nggak cuma sama manager lo. Terimakasih, semoga berkenan untuk dijawab.”
Setelah pertanyaan diajukan, tiba Alvaaro untuk menjawabnya. Alvaro sedikit tertawa mendapati pertanyaan tersebut. Pertanyaan itu tidak diduga akan ditanyakan padanya, tapi Alvaro akan tetap menjawabnya. “Hari ini gue dateng sama anak gue dan calon istri gue, kebetulan mereka ada di backstage,” ucap Alvaro.
Tiba-tiba entah ada rencana dari mana dan Alvaro tidak menduga itu akan terjadi, terlihat sosok anaknya di sisi kanan panggung. Tentunya di sana Gio bersama dengan Sienna, keduanya terlihat mengintip dari sebuah tirai yang menghubungkan stage dengan area belakang panggung.
Alvaro lantas melangkah ke sana untuk bertemu mereka. Terdengar pelan panggilan ‘Papa’ yang dilontarkan oleh Gio. Meskipun suara anak itu terdengar kecil, tapi para hadirin masih bisa menangkapnya. Para hadirin seketika tampak antusias akan penampilan sosok anak dari sosok aktor yang mereka sukai.
Suasana yang tiba-tiba menjadi agak ramai lantas membuat Gio beralih pada Sienna, anak itu mengumpat di balik tubuh Sienna. Gio meminta pergi dari sana, tampak tidak siap dengan karamaian yang dihadapinya.
Padahal para hadirin masih ingin melihat momen tersebut, tapi tampaknya Gio tidak nyaman dengan keramaian dan bocah itu tidak mengerti mengapa semua orang nampak mengenalinya. “Oke, Gio sama Bunda dulu ya,” ucap Alvaro dan setelah itu ia meninggalkan kedua orang kesayangannya itu untuk kembali ke stage.
Alvaro pun kembali ke tengah stage dan setelah Gio dan Sienna berlalu dari sana.
“Barusan itu ada kejadian nggak terduga,” ucap Alvaro diiringi tawa pelannya dan senyum bahagia yang nampaknya tertahan.
“Oke deh, kalau gitu. Karena pertanyaan terakhir udah dijawab sama Alvaro, acara ini kita akhiri sampai di sini ya teman-teman. Makasih banget udah dateng untuk ketemu para cast film kita. Jangan lupa nonton Emergency Married di bioskop, ya. Buat yang udah nonton, bisa nonton lagi dan yang belum, wajib nonton nih karena plot twist banget filmnya, dan ada rahasia besar di dalamnya.”
Sebelum acara tersebut benar-benar berakhir, para cast menyampaikan ucapan terima kasih untuk acara yang terlaksana dengan sukses hari ini dan juga antusiasme masyarakat terhadap film mereka.
Begitu turun dari stage, satu persatu cast berjabat tangan dan berfoto dengan produser dan sutradara film. Mereka kumpul-kumpul beberapa saat sebelum akhirnya satu persatu memisahkan diri. Alvaro masih bersama dengan salah satu lawan mainnya, yakni Devao, ketika akhirnya pria pamit memisahkan diri darinya.
“Gue duluan, Bro,” ucap Devano begitu mendapati sosok perempuan dan anak kecil yang tengah menunggu Alvaro di backstage.
Sepeninggalan Devano dari sana, Alvaro lekas membawa dirinya untuk menemui Sienna dan Gio.
“Hei, tadi siapa hayo yang mau ikut Papa kerja? Tapi kok malu-malu pas diajak ke panggung?” celetuk Alvaro.
“Aku, Papa. Gitu dong,” ujar Sienna.
Alvaro dan Sienna lantas menatap Gio bersamaan. Anak mereka tampak masih malu, lekas bocah itu meraih satu tangan Sienna dan menggenggamnya, lalu menyembunyikan dirinya di balik tubuh Sienna.
“Tadi Gio minta ke panggung buat ketemu sama kamu, aku udah izin sama orang panitia dan ternyata dibolehin. Tapi pas mau naik, malah malu-malu anaknya,” terang Sienna.
“Ohh gitu ceritanya,” ucap Alvaro. Kemudian Alvaro meminta Gio keluar dari persembunyiannya dan kini menyuruh anaknya untuk menatapnya.
“Gio kenapa malu-malu tadi?” Alvaro bertanya sembari sedikit membungkukkan tubuhnya agar tingginya bisa sejajar dengan Gio.
“Soalnya orangnya banyak banget, Papa. Gio jadi malu. Mereka kenal sama Gio ya emangnya?”
“Kenal, dong. Mereka kan yang nonton filmnya Papa, pasti kenal sama Gio. Gio kan anaknya Papa,” terang Alvaro.
“Kenal sama Bunda juga?” Gio bertanya lagi, membuat Alvaro akhirnya mendongak menatap Sienna. Sienna tampak mengulaskan senyumnya.
“Kenal, karena Bunda kan calon istrinya Papa. Jadi pasti orang-orang juga kenal sama Bunda,” ujar Alvaro yang pandangannya tidak lepas menatap kepada Sienna.
“Bunda terkenal juga dong sekarang, bukan Papa doang. Bunda udah kayak artis aja ya,” celetukan ajaib Gio membuat Alvaro dan Sienna spontan tertawa.
Alvaro lantas menggandeng tangan anaknya, di sampingnya Sienna berada di sisinya dan mereka berjalan bersisian meninggalkan backstage untuk menuju lobi gedung. Sesekali Alvaro menatap Sienna, netranya tampak tidak bosan memandang wajah cantik itu.
Alvaro pun merasa bahagia sekali hari ini, akhirnya satu persatu dalam hidupnya berangsur membaik. Komentar buruk mulai sirna, berganti dengan tanggapan positif soal hubungannya dan Sienna. Terlebih, Alvaro dapat membawa dua cintanya hari ini di hadapan publik. Selain itu beredar juga kabar baik tentang kedekatan Gio dengan calon ibu sambungnya. Publik pun menilai bahwa rupanya, rasa cinta tidak selamanya tumbuh dan kuat dari hubungan darah. Sienna memang bukanlah ibu kandung Gio, tapi bisa mencintai Gio selayaknya ibu kandung.
***
Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷
Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜
Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭