Berdamai dengan Masa Lalu

2 hari kemudian.

Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan tidur. Alvaro pernah mengalami gejala kesulitan tidur hingga membuatnya terus terjaga di malam hingga pagi hari. Seiring berjalannya waktu, setelah konsultasi dengan dokter dan mendapat terapi serta saran, pola tidur Alvaro dapat berangsur membaik. Namun kini Alvaro kembali mendapati gejala kesulitan tidurnya. Setiap akan tidur, pikirannya selalu merasa cemas. Padahal Alvaro telah mengikuti anjuran dokter untuk tidak lagi mengonsumsi alkohol, dan memperbaiki pola makan, juga pola istirahatnya. Alvaro sebisa mungkin telah memberi tubuhnya istirahat, tidak terlalu memforsir tubuhnya untuk bekerja, tapi tetap saja usahanya belum berhasil.

Nanti malam Alvaro ada jadwal shooting, tapi sejak siang ia belum juga bisa beristirahat. Alvaro kini tengah berada di kamar barunya, berusaha untuk memejamkan mata. Saat Alvaro merasa kesal karena belum bisa merasa mengantuk, ponselnya di atas nakas berdering. Alvaro segera mengangkat panggilan itu ketika melihat ID Call yang tercantum di sana.

‘Sienna my love ❤️’ is calling.

“Halo,” ujar Alvaro menjawab panggilan tersebut.

“Halo Al? Lho katanya nanti malem ada shooting, lo belum tidur jam segini?” terdengar suara Sienna di telfon.

I’m trying,” ujar Alvaro dengan nada frustasinya.

“Coba lagi. Kalau belum bisa juga, nanti gue ke sana.”

Really?

“Hmm.”

Alright. Nanti minta jemput sama pak Amar ya.”

Sebelum Sienna menutup sambungan telfonnya, Alvaro mengucapkan sesuatu yang membuat Sienna seketika menahan dirinay untu ktetap di sana. “Thank you.” Hanya itu yang diucapkan Alvaro, tapi dua kata tersebut rasanya diungkapkan dengan sangat tulus dan begitu mendalam.

***

Sienna memutuskan datang ke rumah Alvaro, setelah beberapa yang menit lalu Alvaro memberitahu bahwa lelaki itu belum juga dapat terpejam. Pekerjaan Sienna hari ini tidak terlalu padat di studio, jadi ia bisa meninggalkannya dan meminta para karyawannya untuk meng-handle-nya.

Ketika Sienna sampai di kediaman Alvaro, Sienna mendapati Alvaro tengah berada di ruang keluarga. TV di nyalakan dengan volume yang cukup keras, dan Alvaro menonton tayangan di hadapannya, tapi nyawanya seperti tidak tertuju pada tayangan tersebut.

“Al,” Sienna menghampiri Alvaro. Alvaro seketika menoleh dan menatap Sienna.

“Hei,” ucap Alvaro sambil menatap ke arah Sienna. “The new room is ready to use, and made only for us,” lanjutnya.

Sienna lantas mengulaskan senyumnya, lalu ia mengangguk ketika Alvaro mengajaknya ke kamar baru itu.

***

New room

Kamar yang kini telah resmi Alvaro tempati, tidak jauh berbeda dari segi luas ruangannya dibandingkan dengan kamar sebelumnya. Namun terdapat perbedaan, yakni dari segi desain. Kamar baru ini lebih simple tampilannya, tidak terlalu banyak detail, dan Alvaro mengatakan bahwa tone wana kamarnya adalah warna yang ia sukai.

Sienna melangkah ke dalam kamar dan menyapukan netranya ke penjuru kamar itu. Alvaro menyusulnya dan lagi, menutupi pintu dan segera menguncinya.

Sienna yang mendapati Alvaro melakukan itu, otomatis menorehkan senyumnya. Alvaro selalu konsisten dengan ucapannya di awal mereka menjalin hubungan. Waktu yang mereka miliki, Alvaro begitu menghargainya dan selalu memastikan mereka dapat menikmatinya semaksimal mungkin. Tidak ada seorang pun yang dapat mengganggu.

Alvaro menghargai kebersamaan dengan orang-orang yang ia sayang, maka Sienna juga menghargai hal tersebut sebagai bentuk cintanya kepada Alvaro.

Sienna duduk di tepi kasur, dan Alvaro berada di sampingnya. “Waktu pertama kali, kamar ini belum sepenuhnya bisa ditempatin. Jadi kemarin terpaksa kita harus pake kamar yang lama,” ujar Alvaro.

It’s oke,” ujar Sienna.

Alvaro sering kali memikirkan hal-hal kecil. Baginya, kenyamanan dirinya dan Sienna adalah yang utama. Dengan berada di kamar yang lama, Alvaro tidak ingin Sienna terbayang-bayang akan masa lalunya. Begitu sebaliknya, Alvaro juga ingin keluar dari masa lalu itu, dengan cara meninggalkannya sepenuhnya. Alvaro ingin memulai di tempat yang baru dengan orang baru, dan tentunya dengan perasaan yang baru.

Sienna izin untuk ke kamar mandi karena ia ingin sedikit membersihkan diri. Alvaro membiarkannya dan menunggu Sienna kembali.

Tidak lama kemudian ketika Sienna kembali, Sienna mendapati Alvaro yang masih duduk di tepi kasur, lelaki itu terlihat belum ingin menjamah kasur.

“Al, jangan terlalu banyak pikiran. Just let it flow,” ucap Sienna seolah tahu bahwa Alvaro sedang memiliki banyak pikiran di dalam kepalanya.

“Sienna, let me ask you something,” ujar Alvaro.

What happen?”

It’s about my past. Are you okay … with that?

Pertanyaan yang dilontarkan Alvaro bagaikan jarum yang melobangi hati Sienna. Sienna memang pernah memikirkan itu, tapi tidak menduga bahwa pikiran Alvaro dipenuhi juga oleh hal tersebut. Sienna lantas bertanya mengapa Alvaro menanyakan itu padanya, dan Alvaro segera menjelaskan, “I’m just asking. Sienna, gue nggak mau nyakitin lo karena masa lalu gue. Gue ingin lo tau kalau apa yang udah jadi masa lalu gue, nggak akan mempengaruhi hubungan kita, mau sekarang ataupun nanti.”

Sienna seketika menggeleng pelan. Sienna kemudian memangkas jarak di antara dirinya dan Alvaro. Sienna meraih satu tangan Alvaro dan kemudian menggenggamnya.

“Gue menerima masa lalu lo, Al. Jangan khawatirin tentang itu, yaa?” Sienna berusaha meyakinkan Alvaro.

Alvaro kemudian mengangguk. Alvaro mengerti, bahwa Sienna telah mencoba untuk berdamai dan menerima. Sienna juga menjelaskan bahwa sejak ia memutuskan menjalin hubungan dengan Alvaro, itu berarti Sienna telah sepenuhnya menerima masa lalu yang dimiliki Alvaro. Karena bagi Sienna, tujuan sebuah hubungan asmara adalah untuk bersinergi bersama, yakni bahwa dua insan harus melihat lurus ke depan, meninggalkan apa yang telah berlalu dan tidak perlu menoleh lagi ke belakang.

Setelah pembicaraan itu, Alvaro dan Sienna memutuskan untuk merebahkan diri di kasur. Sienna posisinya menghadap Alvaro, satu tangannya berada di pinggang Alvaro, mendekap ringan di sana.

Alvaro masih menatap paras Sienna, ia belum juga merasa mengantuk.

“Al, tidur,” ucap Sienna pelan.

“Iya, sebentar lagi.”

“Tau gitu gue nggak ke sini, lo malah jadi nggak bisa tidur,” ujar Sienna.

Just a minute, Sienna. Gue lagi liatin lo, soalnya lo cantik banget.”

“Modus,” celetuk Sienna cepat.

“Lho, emang cantik.”

“Pasti ada maunya.”

Alvaro tidak dapat menahan tawanya mendengar ucapan Sienna. Ketika akhirnya tawa Alvaro reda, netra Sienna tertuju pada sesuatu yang nampak seperti bekas jahitan yang posisinya berada di bawah bahu Alvaro, yakni persis di dekat tulang selangka. Sienna lantas bertanya. “What happened with this?”ujarnya sembari menjalarkan tangannya pada bekas luka itu.

“Ini bekas cidera karena shooting. Dijahit 4 jahitan,” jawab Alvaro. Tidak jauh dari bekas jahitan itu, Sienna mendapati sebuah tato kecil berwarna hitam. Karena Alvaro mengenakan kaus tanpa lengan yang bagian kerahnya cukup rendah, jadi baru kali ini Sienna melihat tato itu.

How many tattoo did you have?” Sienna bertanya.

It’s four. Why?

Sienna menggeleng. Ia hanya sekedar bertanya, karena belum pernah menemui tato milik Alvaro yang memang ukurannya cukup kecil.

You really loves them?” tanya Sienna.

Alvaro mengangguk menjawab pertanyaan yang lagi-lagi diajukan Sienna. “You want me to make it one again? That one is gonna be for you,” ucap Alvaro.

“Gambar atau tulisan?”

It will be one words, it’s ‘Sienna’ and I’ll make it beautiful.”

Mendengar kalimat itu, membuat Sienna otomatis menarik ujung-ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman. Kemudian Sienna mengangguk. “Oke, you can add that one. Where it will be?

Alvaro meraih tangan Sienna dan mengarahkan tangan perempuan itu untuk berada di atas dadanya, “Here,” ujarnya. Kemudian mereka tertawa bersama, entah untuk alasan apa, mereka hanya tahu bahwa mereka menikmati waktu kebersamaan ini.

“Al,” ujar Sienna setelah tawa mereka reda.

“Hmm?”

“Secepatnya gue mau cerita ke papa dan mama, soal hubungan kita,” ujar Sienna.

Alright. Please tell me then how they respond,” ucap Alvaro.

Sienna langsung mengangguk mengiyakan. Pada awalnya Sienna memang belum ingin menceritakan soal hubungan mereka kepada kedua orang tuanya. Alvaro memaklumi hal tersebut dan memberi Sienna waktu, sebelum akhirnya Sienna sendiri yang ingin memberi tahu orang tuanya.

Keputusan Sienna hari itu yang akan menceritakan tentang hubungan mereka, berhasil menciptakan kebahagiaan kecil untuk Alvaro. Meskipun sebenarnya ada sedikit kekhawatiran tentang itu, tapi Alvaro selalu menanti, hari di mana orang yang penting di hidup Sienna mengetahui tentang hubungan mereka.

Beberapa detik yang lalu Alvaro sudah memejamkan matanya, tapi kini kelopaknya kembali terbuka. Sienna menatapnya Alvaro dan sedikit mengerucutkan bibirnya. Itu karena Alvaro belum juga tidur, padahal sudah hampir 30 menit mereka berada di kasur.

Dengan mata yang setengah mengantuk menatap Sienna, Alvaro lantas berujar, “Sienna … can I kiss you?”

Mendengar ujaran itu, Sienna terlihat sedikit terkejut dan gugup. Namun yang terjadi, pikiran dan hatinya dengan kompak berseru bahwa Sienna juga menginginkannya. Tanpa dapat dicegah, pipi Sienna pun terasa menghangat. Tatapan mata Sienna yang entah mendapat perintah dari mana, menatap ke arah belah bibir Alvaro yang nampak lembap itu.

If you don’t want, then I will not do it,” ujar Alvaro. Alvaro tidak akan melakukannya, jika Sienna tidak mengizinkannya dan jika Sienna tidak menginginkan mereka melakukannya.

I want it too.” Sienna mengucapkannya dengan gamblang. Sienna dan Alvaro masih saling bertukar pandang, dan dari tatapan keduanya, mereka tahu apa yang benar-benar mereka inginkan dari hati yang terdalam.

Alvaro dan Sienna sama-sama tidak dapat mencegah senyum yang terbit di wajah masing-masing. Sienna membiarkan Alvaro untuk melakukannya, membiarkan lelaki itu menangkup satu sisi wajahnya, lalu perlahan mulai bergeak memangkas habis jarak mereka.

Dengan jemarinya, Alvaro memberikan sentuhan dan usapan di pipi Sienna. Alvaro menatap Sienna dalam-dalam, tatapan Alvaro ini adalah tatapan yang selalu berhasil membekukan sendi-sendi di tubuh Sienna. Alvaro memandangi paras Sienna dengan seksama, paras yang 14 tahun lalu berhasil membuatnya jatuh cinta. Bersyukurnya, mereka bertemu lagi, dan Sienna kembali berhasil membuat Alvaro jatuh cinta, lagi.

“Sienna, I can’t help my self to not fall in love with you. You made me felt the love, not by once, but every time when I saw you.”

Usai mengatakannya, Alvaro semakin mendekatkan dirinya pada Sienna. Sienna lalu memejamkan matanya karena merasa gugup dan juga berdebar. Dua detik berikutnya, Sienna dapat merasakan sesuatu kenyal dan lembap menyapa belah bibirnya. Jantung Sienna berdegup kencang dan rasanya seperti ingin meledak. Rasanya seperti ada kembang api dan pesta pora yang kini tengah menggemparkan hatinya.

“Al …” ucap Sienna diiringi sedikit lenguhan yang tanpa sadar keluar dari bibirnya. Sienna menikmati setiap kecupan yang Alvaro berikan padanya, itu ditandakan dengan kelopak matanya yang membuka, lalu tertutup lagi.

Yes ... Babe?” Alvaro menjeda ciuman mereka, ia sedikit menjauhkan dirinya dari Sienna.

Sienna tidak mengucapkan apa pun, karena lidahnya terasa kelu dan kaku, ditambah otaknya seperti membeku, hingga tidak dapat berpikir dengan cepat. Namun pipi Sienna yang memerah telah menjelaskan semuanya, bahwa Sienna menyukai apa yang barusan terjadi. Alvaro lantas tertawa kecil, lalu ia menampakkan senyum lebarnya.

Let’s sleep,” ujar Alvaro kemudian meraih tubuh Sienna ke dalam rengkuhannya.

I will be a good man for you, Sienna,” ucap Alvaro di sela-sela pelukan mereka.

Di balik punggung Alvaro, Sienna nampak mengulaskan senyum lembutnya. Kemudian satu tangan Sienna bergerak mengusap punggung Alvaro dengan gerakan searah.

“Al, lo udah jadi yang terbaik buat gue. Lo juga udah jadi papa yang hebat buat Gio. Makasih untuk semua itu,” ucap Sienna.

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭