Bite
Setelah hampir satu tahun berpacaran dan akhirnya menikah, Sienna jadi bisa menilai bahwa Alvaro adalah tipe laki-laki yang loyal. Alvaro bukan hanya loyal kepada pasangan dan keluarganya, tapi juga teman-teman, rekan kerja, dan kerabatnya.
Alvaro pernah merasakan titik terendah dalam hidup, maka saat sukses, Alvaro mencurahkan kasih sayangnya dengan memberikan sesuatu pada orang yang ia sayang. Alvaro cukup sering menunjukkan kasih sayangnya pada orang tersayangnya dengan memberikan barang-barang. Mayoritas yang diberikan Alvaro memang adalah materi, karena untuk kebersamaan, Alvaro kurang memiliki waktu. Alvaro harus bekerja, shooting dari pagi sampai pagi, dan tetek bengek lainnya yang harus ia lakukan sejak memutuskan menjadi seorang selebriti.
Alvaro, dia seperti sebuah kaca. Kelihatannya bening dan indah, tapi rapuh. Dia mudah udah untuk menangis. Dia mudah untuk disentuh hatinya, karena dia memiliki hati yang murni dan tulus.
Dia bukan lelaki yang sempurna, tapi dia mudah dicintai oleh orang-orang di sekitarnya.
Sienna dapat mencintai Alvaro dengan semua kekurangan yang ada pada diri lelaki itu.
Jika seseorang bisa mencintaimu karena kekuranganmu, kamu yang apa adanya, maka sesungguhnya dia telah benar-benar mencintaimu.
Ketika Sienna memutuskan untuk menikahi Alvaro, Sienna pun telah siap jika suatu saat Alvaro tidak memiliki waktu untuknya. Namun satu hal yang membuat Sienna tidak pernah merasa kesepian saat Alvaro jauh darinya, yakni Sienna tahu bahwa Alvaro akan selalu berusaha meluangkan waktunya untuk kebersamaan mereka.
Dari sekian banyak dan padatnya jadwal shooting film dan berbagai agenda lainnya, akhirnya Alvaro dapat menyisihkan waktu untuk mengajak Sienna pergi bulan madu. Las Vegas, merupakan kota pertama yang mereka kunjungi untuk menikmati bulan madu setelah 1 bulan menikah.
Alvaro dan Sienna sama-sama menyukai Las Vegas. Alvaro mengatakan, saat musim panas di sini mirip seperti di Bali. Alvaro lebih suka cuaca panas dibanding dingin, karena lelaki itu bisa berenang dan menikmati hangatnya sinar matahari yang menyapa tubuhnya.
Siang ini setelah Alvaro dan Sienna menghabiskan waktu di pantai untuk berenang, akhirnya mereka memutuskan kembali ke penginapan. Sienna mengatakan kalau kepalanya sedikit sakit dan tubuhnya terasa agak demam. Setelah menelan pil obat pereda sakit kepala, Sienna jauh merasa lebih baik dari sebelumnya.
“Sini, aku peluk. Biar lebih enakan,” ujar Alvaro sambil menepuk tempat kosong di sampingnya.
Sienna mencebikkan bibirnya. Karena Sienna tidak kunjung menghampirinya, Alvaro akhirnya memutuskan untuk menghampiri wanita itu.
Dengan mudahnya, Alvaro menggendong tubuh Sienna ala bridal style. Sambil berjalan menuju kasur membawa Sienna bersamanya, Alvaro bergerak cepat untuk mencuri kecupan di bibir Sienna.
“Ada aja kesempatan kamu cium-cium,” cetus Sienna.
Alvaro hanya tertawa kecil, lantas ia membaringkan Sienna secara perlahan di atas kasur. Alvaro pun segera menyusul, ia naik ke kasur dan mendekap torso Sienna dari samping serta mengusap lembut puncak kepala istrinya.
“Udah mendingan atau masih pusing?” tanya Alvaro.
“Udah mendingan, habis minum obat.”
“Kalau udah mendingan, aku pengen cium kamu sampe kamu pingsan. Boleh nggak?”
“Ada-ada aja omongan kamu,” Sienna otomatis menyemburkan tawanya mendengar kalimat Alvaro.
“Becanda, Sayang. Nggak mungkin lah aku bikin kamu pingsan, nanti aku sedih kalau kamu pingsan.”
Sienna berdecak kecil, sudah hampir terbiasa dengan omongan frontal Alvaro maupun tingkah jahilnya.
“Al,” Sienna berujar setelah beberapa detik mereka hanya saling diam.
“Ya?”
“Siang-siang enak kali ya? Kita malem terus kan, nggak pernah coba pas siang.”
Alvaro seketika memicingkan matanya menatap Sienna. “Kamu lagi sakit lho, Sayang. Beneran mau, emangnya?”
“Mau. Sebentar aja. Aku cuma pusing dikit kok,” ucap Sienna. Kedua matanya menatap Alvaro dengan tatapan puppy eyes.
“Oke. Sebentar ya, aku bilas mulut pake mouth wash dulu,” putus Alvaro.
Sienna menganggukinya sebelum akhirnya Alvaro menjauh darinya. Sienna menorehkan senyumnya, ia merasakan jantungnya di dalam sana berdebar dengan hebat.
***
“Al, jangan digigit. Sakit, tau,” cetus Sienna.
Alvaro malah cuma tertawa melihat Sienna yang mengomel kepadanya. Alvaro baru saja mencium bibir Sienna, tapi ciuman tersebut berubah menjadi gigitan yang terasa nyeri dan perih bagi Sienna.
“Kok kamu malah ketawa sih. KDRT ini namanya,” omel Sienna lagi.
“Bukan KDRT dong, Sayang. Ini cara aku mencintai kamu,” ujar Alvaro.
Alvaro kembali mencium Sienna, kali ini lumatan bibirnya turun ke puncak dada Sienna yang nampak sintal dan sedikit menegang. Alvaro lantas menggigit kecil di sana, membuat Sienna kembali kesakitan.
“Alvaro, kamu mah. Masa digigit lagi sih,” decak Sienna.
Alvaro tidak kuasa menahan tawanya, ia terbahak sampai pelupuk matanya berair.
“Al, berdarah tau. Liat nih kelakuan kamu,” seru Sienna saat netranya melihat ke area yang menjadi sasaran Alvaro.
“Oh iya, berdarah. Sakit banget ya, Sayang?“ Alvaro segera bertanya dengan ekspresi khawatir yang jelas tergambar di wajahnya.
“Sakit,” Sienna berucap lirih.
“Sayang, maaf.”
“Tanggung jawab dong, obatin,” cetus Sienna.
“Oke, sebentar. Aku ambil obat luka dulu. Semoga ada,” Alvaro mengusap kepala Sienna, lalu ia segera bergerak menjauh darinya. Alvaro mengenakan celana dan kausnya, kemudian melenggang dari kamar untuk mencari obat yang sekiranya dapat mengurangi rasa sakit itu.
Sekembalinya Alvaro dengan sebuah obat luka di tangannya, Sienna bergerak mengobati lukanya sendiri. Alvaro memasang tampang bersalahnya sambil masih menatap Sienna.
“Sky, aku minta maaf ya. Aku kelepasan banget tadi. Nggak ada niat bikin kamu kayak gini,” ujar Alvaro.
“Iya,” jawab Sienna.
“Habis kamu gemesin banget. I lost my control, I’m sorry.”
Sienna malah tertawa mendengar permintaan maaf Alvaro dan tampang pria itu yang tampak sungguh menyesal.
“Kok kamu ketawa sih?” kedua alis Alvaro pun bertaut kala memperhatikan Sienna yang cepat sekali berubah.
Sienna lantas meletakkan obatnya di nakas samping kasur, lalu ia mendekatkan diri pada Alvaro dan dengan cepat bergerak mendekap torso Alvaro.
“Sky,” ujar Alvaro, mereka masih dengan posisi berpelukan sambil duduk.
“Iya?“ tanya Sienna.
“Aku nggak gigit lagi deh, janji. Kita lakuin 1 kali lagi, yuk?”
Detik berikutnya, Sienna mengurai pelukannya dan menatap Alvaro, “Oke, satu kali lagi. Aku bakal pegang omongan kamu. Kalau sampe gigit, hukumannya nggak ada jatah selama satu bulan ya.”
“Lama banget dong, Sayang. Masa satu bulan sih?” Alvaro protes, bibirnya sedikit mencebik.
“Itu sebentar, Al. Lebih lama sembuhnya kalau udah luka kayak tadi.”
“Ya kan aku pengen bikin kamu cepet hamil. Pasti lucu kalau ada bayi di rumah. Gio juga udah pengen banget punya adek lho, kasian dia kesepian.”
“Halah, maunya kamu itu mah. Setiap kamu ngajakin, aku mau ya. Malah kadang aku yang ajak duluan. Tapi aku sebel, soalnya kamu gigit terus.”
Alvaro sukses kembali tergelak begitu mendengar omelan Sienna yang satu itu.
***
Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷
Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜
Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭