Confused
Sudah hampir 1 jam Lilie berada di ruangannya untuk menyelesaikan pekerjaan. Sebenarnya pekerjaan tersebut deadline-nya memang besok pagi. Namun file-nya sudah selesai dikerjakan dan hanya perlu ditinjau ulang saja. Lilie berbohong, ia menjadikan pekerjaannya sebagai alasan agar tidak ikut ke kafe. Sebenarnya tanpa pulang telat pun, Lilie yakin pekerjaan ini akan bisa selesai tepat waktu sesuai dengan deadline yang diminta.
Lilie sejenak mengalihkan tatapannya dari laptop. Matanya terasa lelah dan sedikit perih karena terlalu lama menatap layar. Lilie menghembuskan napas panjangnya, lalu ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Beberapa detik berlalu, terdengar suara pintu yang dibuka. Seketika membuat Lilie menjauhkan telapak tangannya dari hadapan wajahnya. Lilie langsung menatap ke arah pintu dan akhirnya menemukan sosok Edgar yang berada di sana. Kedua alis Lilie menyatu, ia melemparkan tatapan tanya ke arah lelaki itu.
“Ada yang ketinggalan Gar? Kok balik lagi?” Lilie bertanya kemudian.
“Kakak lembur sampe jam berapa?” Edgar malah balik bertanya, lelaki itu lantas mendaratkan dirinya di kursi kerja miliknya.
“Belum tau sih. Kayaknya 1 jam an lagi aku mau balik,” ujar Lilie.
“Boleh aku temenin Kakak sampe selesai di sini?”
“Ngapain? Maksud aku .. ini kan kerjaan aku, aku yang lembur. Kamu bukannya ikut yang lain ke kafe?”
Edgar baru akan berujar, tapi tiba-tiba ponsel di saku jaketnya berbunyi. Lelaki itu segera mengangkat panggilan yang masuk.
“Halo?” ujar Edgar di telfon.
“….”
“Gue udah balik,” Edgar kembali berujar.
“…”
“Lo tadi udah kelewatan, Riana. Lo harusnya tau batesan.” Setelah mengucapkan kalimat itu, Edgar mengakhiri sambungan telfonnya secara sepihak. Dari apa yang dilontarkan Edgar barusan, Lilie seperti sudah tahu apa yang telah terjadi di tempat itu tanpa bertanya. Kemungkinan juga hal tersebut yang membuat Edgar memutuskan pergi begitu saja dari tempat karaoke. Namun sama sekali Lilie tidak ingin menyinggungnya atau menduga terlalu jauh. Lilie memutuskan kembali berkutat pada pekerjaannya di laptop.
Edgar juga duduk anteng di kursinya, lelaki itu kekeuh menemani Lilie untuk lembur di kantor.
Satu jam hampir berlalu, dan tidak ada percakapan di antara Lilie dan Edgar selama itu. Edgar hanya memainkan ponselnya, sesekali ia melirik Lilie yang masih fokus pada laptopnya.
“Edgar, kayaknya aku masih lama deh. Kamu kalau mau pulang duluan nggak papa,” ujar Lilie.
“Aku tungguin Kakak sampe selesai. Aku mau beli minuman di bawah, Kakak mau nitip sesuatu?” Edgar menawarkan.
Lilie tidak langsung menjawab tawaran itu. Tiba-tiba di pikirannya banyak terlintas pertanyaan. Jelas, pertanyaan tersebut tertuju pada satu orang. Orang yang kini ada di hadapannya, orang yang tanpa alasan rela menemaninya untuk lembur di kantor. Namun tentu saja, pertanyaan itu tidak bisa Lilie tanyakan secara langsung kepada Edgar.
“Boleh, deh. Aku titip coklat panas satu ya,” ujar Lilie setelah memutuskan.
“Oke,” ujar Edgar sebelum akhirnya berlalu dari sana.
Lilie kembali mempertanyakan dalam hatinya, mengapa Edgar sebaik ini kepadanya? Namun sebuah fakta kemudian terasa seperti menampar Lilie. Edgar tidak hanya baik kepadanya, tapi lelaki itu juga bersikap baik kepada Riana. Apakah gosip yang beredar itu benar, bahwa Edgar adalah seorang player yang dengan mudahnya mendekati dua perempuan sekaligus?
***
Terima kasih sudah membaca Chasing Lilie 🌸
Silakan beri dukungan untuk Chasing Lilie supaya bisa lebih baik lagi pada update berikutnya. Support apa pun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya 🍰
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 💕