Don’t be Sad
Marcel harus menjalani rawat inap di rumah sakit karena telah didiagnosa mengalami anemia. Marcel mengalami anemia yang cukup parah, dan hemoglobinnya sangat rendah. Jadi Marcel membutuhkan transfusi darah dan kondisinya perlu terus dipantau oleh dokter.
Tadi siang Marcel mengalami merasa nyeri di dadanya, karena rupanya anemia dapat menimbulkan gejala penurunan atau hilang kesadaran, perubahan denyut jantung yang tidak normal, hingga gangguan pernapasan yang cukup serius.
Begitu mendapat kabar Marcel yang dilarikan ke rumah sakit, Olivia yang tadinya dalam perjalanan ke kantor Marcel, segera meminta supir yang mengantarnya untuk putar balik dan menuju rumah sakit.
Marcel saat ii tampak terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Marcel memejamkan matanya, tapi sesungguhnya pria itu belum sepenuhnya tertidur. Olivia berada di sana, di sisi kiri ranjang Marcel. Valerie tadi sore segera datang begitu tahu kabar soal Marcel yang jatuh sakit di kantor.
Dokter dan perawat beberapa saat lalu baru saja melakukan visit ke ruang rawat Marcel, jadi kini waktunya Marcel untuk beristirahat setelah selang infusnya diganti.
“Oliv, Mama pamit pulang dulu ya, jam besuknya udah mau abis. Biar Marcel juga bisa istirahat,” ujar Valerie.
“Iya, Mah,” ucap Olivia yang kemudian membawa dirinya untuk mengantar Valerie sampai ke pintu.
Tidak lama kemudian, Olivia sudah kembali lagi setelah mengantar Valerie. Olivia menutup rapat pintu ruang rawat dan melangkah ke dalam.
Olivia lantas membawa dirinya untuk duduk setelah ia menarik kursi di samping ranjang. Olivia lalu meraih satu tangan Marcel dan menggenggamnya. Perlahan Olivia merasakan Marcel membalas genggamannya. Kemudian tidak lama waktu berselang, Olivia berniat melepas genggaman itu, karena ia ingin Marcel beristirahat dengan baik. Namun tangan Olivia ditahan di sana oleh Marcel. Marcel justru yang kini menggenggam tangan Olivia.
“Babe,” ujar Marcel lirih.
“Iya?”
“Mama tadi dateng sendiri ya?”
“Iya,” jawab Olivia pelan. Olivia pun segera mengerti ke mana arah pertanyaan Marcel. Marcel tidak mendapati sosok Papanya yang menjenguknya. Itu pasti membuat Marcel kecewa dan sedih.
“Kamu bilang hari ini ada rapat umum pemegang saham, jadi pasti Papa kamu harus hadir di sana. Mungkin beliau belum bisa dateng jenguk kamu hari ini, mungkin besok beliau kamu baru dateng ke sini,” ucap Olivia.
Marcel kemudian mengangguk pelan. “Mungkin bener, Papa emang belum sempet aja ya,” ucap Marcel pelan.
“Iya, pasti,” ujar Olivia.
Beberapa detik berlalu, Marcel akhirnya mulai bisa terpejam dan tampak lelap. Nafas Marcel terdengar berhembus teratur dan Olivia mendapati wajah itu tampak damai tertidur.
Olivia masih di sana, ia membiarkan tangannya digenggam oleh Marcel. Olivia akan beranjak nanti setelah memastikan kalau Marcel sudah benar-benar tertidur nyenyak. Namun belum lama berselang, Olivia terinterupsi oleh dering yang berasal dari ponsel milik Marcel di nakas samping ranjang. Akhirnya Olivia berusaha perlahan melepaskan tangannya dari genggaman Marcel, memastikan Marcel tidak akan terbangun karena pergerakannya itu.
Kemudian setelah berhasil lepas, Olivia segera mengangkat panggilan yang rupanya berasal dari Ravell. Olivia baru akan mengangkat telfon itu, tapi sambungannya telah lebih dulu terputus. Jadi Olivia bepikir mungkin Ravell akan menghubungi lagi nanti, jika memang ingin menyampaikan hal yang penting.
Olivia akan meletakkan ponsel Marcel kembali di meja, tapi sebuah pesan menahan gerakannya. Itu merupakan pesan dari Ravell.
Pesan tersebut sepertinya penting, jadi Olivia memutuskan untuk membacanya. Olivia pun akhirnya membaca pesan dari Ravell.
Ravell : Bokap lo tadi siang batalin pengunduran diri lo sebagai CEO. Alasannya belum pasti, tapi satu hal yang jelas, beliau nggak mau kehilangan lo. Please, lo stay. Tolong cancel keputusan lo buat pindah ke Swiss
Begitulah pesan yang dikirimkan oleh Ravell. Olivia yang mendapati pesan itu seketika membeliak dan tidak sadar satu tangannya tengah menutup mulutnya.
Olivia lalu meletakkan ponsel itu kembali ke atasnakas. Olivia pun kembali duduk di kursi di samping ranjang Marcel.
Olivia lekas mendapati Marcel yang terpejam dan pria itu menangis. Tetesan air mata mengalir dari pelupuk matanya. Olivia pun segera mengusap pelan air bening itu. Sampai tidurnya pun Marcel menangis. Pasti bukan hanya tubuhnya yang sakit, tapi hatinya juga merasa terluka.
Olivia lalu berucap pelan di dekat Marcel, “Hei, jangan sedih ya. Kamu harus tau, Papa kamu, beliau sayang banget sama kamu. Beliau kamu nggak mau kehilangan kamu,”
Olivia pun berharap besok pagi keadannya berubah menjadi lebih baik. Antara Marcel dengan Papanya, cita-cita Marcel untuk memperbaiki hubungan dengan kedua orang tuanya, akan segera menjadi misi yang terselesaikan.
Olivia berharap bahwa dirinya tidak akan kembali melihat tangis kesedihan Marcel. Olivia selalu memanjatkan doanya untuk kebahagiaan Marcel, dan hal tersebut secara konsisten terus terucap di dalam hatinya.
***
Terima kasih telah membaca Fall in Love with Mr. Romantic 🌹
Jangan lupa kasih masukan biar kedepannya bisa lebih baik lagi💕
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍒