Edgar Si Jenius

Motor Edgar

Edgar outfit

Edgar baru saja memarkirkan motornya di pelataran parkir. Usai melepas helmnya meletakkannya dengan baik, lelaki itu berjalan santai menuju gedung fakultasnya. Beberapa orang yang berpapasan dengan Edgar, disapa olehnya dan ada juga yang menyapanya terlebih dulu.

“Pagi, Pak Hardi,” sapa Edgar pada petugas keamanan yang berjaga di depan gedung.

“Wih tumben Mas Edgar, pagi banget datengnya,” ujar Pak Hardi tampak heran.

“Hari ini kelas pertama saya Miss Jessica nih Pak. Nggak boleh sampe telat,” balas Edgar. “Miss Jessica galak soalnya, Pak,” timpalnya dengan nada bergurau.

Usai berlalu dari hadapan Pak Hardi, Edgar melangkah menuju lift untuk naik ke lantai 5. Saat di dalam lift, Edgar bertemu sosok perempuan dari jurusan lain yang dikenalnya. Jelas, perempuan itu merupakan gebetan sahabatnya. Edgar lekas menyapa perempuan tersebut dengan ramah.

“Hai, Aluna. Kok nggak berangkat bareng Elian? Biasanya bareng,” ujar Edgar.

Perempuan yang bernama Aluna itu seketika menoleh pada Edgar dan rupanya Edgar tidak mendapat respon yang baik. “Jangan tanya soal Ian ke gue,” ucap Aluna.

“Loh, kenapa? Bukannya lo sama Ian lagi deket ya?” Edgar tampak keheranan. Aluna turun lebih dulu di lantai 4 dan rupanya Edgar menyusulnya, padahal tujuan lelaki itu adalah lantai 5.

“Al, tunggu. Lo sama Ian kenapa deh?” Edgar menahan langkah Aluna, membuat gadis berambut coklat panjang itu berbalik padanya.

“Lo tanya aja sama sahabat lo. Gue mau masuk kelas,” tukas Aluna yang langsung kembali berbalik meninggalkan Edgar.

“Yee,” ucap Edgar otomatis. Edgar keheranan, pasalnya baru kemarin Ian dan Aluna jalan berdua dan hubungan keduanya nampak baik-baik saja. Namun keadaannya sekarang jelas jauh berbeda, padahal setahu Edgar, Ian belum confess ke Aluna.

Edgar akan kembali meniki lift untuk ke sampai ke lantai 5. Ketika pintu lift terbuka, di sana ia bertemu dengan Rico dan Elian. Iya, lelaki beranama Elian yang dipanggil Ian adalah sahabatnya yang hubungannya baru saja kandas dengan Aluna.

Di dalam lift, Edgar lekas bertanya pada Ian. “Lu sama Aluna kenapa dah? Dia sewot pas gue tanya tentang lu, terus ketus banget lagi sama gue,” ujar Edgar.

“Dia minta gue buat jauhin dia. Gue sama dia udah selesai,” ujar Ian menjawab pertanyaan Edgar.

“Gar, liat nih sahabat lu. Mana ada orang putus cinta tapi kagak ada sedih-sedihnya. Emang ye lu berdua tuh udah kayak anak kembar, sama-sama lempeng,” ujar Rico kemudian.

“Lah beneran putus? Lu kan belum jadian, gimana bisa?” Edgar kembali bertanya ketika mereka sudah sampai di lantai 5.

Edgar, Ian, dan Rico ada kelas bareng pagi ini. Saat mereka sampai di kelas, suasananya masih cukup sepi. Hanya ada beberapa anak di sana, dan Edgar bangga karena kali ini ia datang lebih awal dari biasanya.

“Aluna minta udahan karena Ian lebih nempel sama lo dari pada dia. Katanya, apa-apa Edgar, apa-apa Edgar. Sebenernya kamu tuh sukanya sama akua apa sama Edgar sih, gitu deh katanya,” cerocos Rico yang menceritakan detail kandasnya hubungan Ian dengan Aluna.

“Lah, kok salah gue?” celetuk Edgar.

“Bukan salah lo, Cuy. Aluna juga nggak bisa ngertiin gue. Kalau dia emang suka sama gue, ya dia harus terima temen-temen gue juga. Padahal gue perhatian sama dia dan coba selalu ada buat dia, tapi dia masih aja cemburu sama lo,” papar Ian.

“Ohh jadi karena itu. Pantesan dia sensi banget sama gue tadi,” ujar Edgar.

“Dahlah, nggak usah dipikirin. Cewek banyak, masih bisa dicari. Kalau temen yang kayak lo berdua nih susah dicarinya, mana bisa gue kehilangan kalian. Langka lagi,” tambah Ian lagi.

“Dih najis, geli gua,” ujar Rico.

“Gua heran banget ya sama lu berdua. Lu juga Gar, kenapa betah banget jadi jomblo sih? Yang mau sama lo banyak, kan? Punya tampang kagak dimanfaatin, aneh banget,” cerocos Rico.

“Ah lu mah kayak nggak tau Edgar aja. Kalau dianya gak suka, ya gak bakal jadi. Yang mau sama temen lu tuh banyak, tapi dianya gak tertarik,” jelas Ian.

Edgar hanya mengangguk-angguk setuju akan ucapan Ian. Yang dikatakan Ian itu, memang benar adanya. Jangankan untuk urusan percintaan, untuk kuliah saja, Edgar tidak terlalu berambisi.

Edgar agaknya cuek jika menyangkut soal asmara. Selama belum ada yang benar-benar menarik perhatiannya dan bisa membuatnya jatuh cinta, Edgar yaa Edgar, lelaki yang bersikap sangat lempeng dan tidak terburu-buru untuk menjalin hubungan. Ian pun jadi kebawa Edgar yang terlalu santai dalam menghadapi kehidupan. Kerap kali ada cewek yang dekat dengan Ian, tapi hubungannya tidak bertahan lama. Itu karena Ian lebih sering nempel dengan Edgar, menghabiskan waktu dengan sahabatnya. Jadi gebetan maupun kekasihnya Ian merasa bahwa Edgar lebih penting bagi Ian.

***

Tahun ini merupakan tahun pertama Edgar memasuki semester 7 perkuliahannya. Sebagai mahasiswa tingkat akhir, pulang larut karena mengerjakan tugas sudah menjadi makanan sehari-hari.

Hari ini Edgar dan Ian akan pulang malam lagi, sepertinya. Ada tugas kelompok yang belum sepenuhnya selesai, bahkan sepertinya belum ada setengah dikerjakan. Sementara besok mereka sudah harus presentasi di depan dua dosen sekaligus. Ada dosen dari kampus dan dosen dari luar kampus yang berasal dari kampus luar negeri. Maka ini nampaknya jadi project yang cukup besar, dan pasti penilaiannya akan lebih ketat juga.

Edgar dan Ian satu kelompok. Kali ini Edgar terlihat cukup ambisius untuk project mereka. Padahal teman-temannya yang lain cukup santai dan mengatakan jika ini bukan ujian, jadi mereka tidak perlu seniat itu mengerjakannya.

“Kost siapa yang bisa dipake buat shooting? Gue ada ide nih buat eksekusinya,” Edgar bertanya pada teman-teman sekelompoknya. Mereka sedang berdiskusi untuk membuat output promotion digital campaign yang menjadi bahan utama untuk tugas kali ini. Namun mereka belum menemukan ide yang dirasa cukup bagus dan sesuai dengan tema yang diusung.

“Lu ada ide apaan dah? Kita harus shooting gitu?” tanya Reval.

“Iya. Gue udah kirim storyline-nya ke Chaca kemarin. Cha, lu udah liat kan? Coba gimana menurut lu gimana ide gue?” tanya Edgar pada Chacha, satu-satunya perempuan di kelompok mereka.

Chaca akhirnya angkat bicara. “Idenya Edgar oke juga sih, gue udah baca, dan kayaknya bisa kita pake. Gue ngulik dari kelompok lain, mereka belum ada yang bikin ide kayak kita. Kalau kita bisa bikin ekseskuisnya bagus, ide ini bakal pecah banget deh kayaknya.”

“Coba gue mau liat storyline-nya, Cha,” ujar Ian yang lantas menerima beberapa lembar kertas yang telah di print oleh Chaca.

Ian yang tidak lama selesai membaca storyline yang ditulis Edgar, langsung berkomentar, “Eh, ini oke sih. Bagus nih. Sekarang kan cara marketing makin beragam, nah ide Edgar ini tuh fresh banget, nggak monoton gitu.”

“Yoi,” ujar Edgar sambil cengegesan. Edgar bangga pada dirinya, dipikir-pikir ia cukup jenius juga.

“Oke. Jadinya nih kitaa bikin mini drama untuk output promotion campaign marketing kita. Pesannya bakal lebih mudah dipahamin kalau dibikin cerita dan lebih nyampe sih,” ujar Geri.

“Cha, kita shooting di kost lu aja ya. Pas banget juga, lu yang jadi ibu hamilnya, Cha. Untung kelompok kita ada cewenya,” ujar Ian kemudian.

“Lah, kok gue? Yah, gue nggak bisa akting. Apalagi nanti videonya dipresentasiin kan. Malu anjir,” cetus Chaca dengan cepat.

“Yaa kali Cha gue yang hamil,” ujar Geri.

“Ini promotion-nya kan kita bawa isu baby blues untuk produk susu sapi yang sasaran market-nya itu keluarga. Nah terus di storyline Edgar ceritain dari masa hamil sampe si ibu melahirkan. Cuma 1-2 menit kok durasinya, udah lah tebel muka aja. Udah ya Cha, lo jadi ibu hamilnya, terus Edgar jadi suami lo,” Reval yang pada akhirnya memutuskannya.

“Lah, anjing. Kenapa jadi gue?” cetus Edgar dengan cepat, tampak tidak setuju dengan keputusan Reval.

“Iya lah, kan ini ide lu Gar. Lu lah yang jadi suaminya Chaca,” timpal Ian yang disetujui juga dengan cepat oleh Geri.

Kemudian semua orang di sana tertawa terbahak karena ekspresi Edgar yang kelewat memelas dan masih saja ogah-ogahan untuk menerima peran tersebut. Ditambah Chaca juga tampak enggan, tapi mau gak mau gadis itu tetap harus melakukannya.

***

Terima kasih sudah membaca Chasing Lilie 🌸

Silakan beri dukungan untuk Chasing Lilie supaya bisa lebih baik lagi pada update berikutnya. Support apa pun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya 🍰

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 💕