Extra Part : Heal, Learn, and Grow Together with Love
Di sebuah Minggu siang di kediaman yang megah, tampak tempat tersebut dipenuhi beberapa orang. Ketika memasuki rumah dan mengintip ke dalamnya, ditemukan sajian prasmanan yang telah ditata rapi. Terdapat menu makanan pembuka, makanan utama, serta makanan penutup. Berbagai jenis minuman juga tersaji dan para tamu dapat mengambilnya sendiri. Bisa diperkirakan bahwa memang ada acara penting yang diadakan oleh sang tuan rumah.
Kemunculan sosok lelaki bertubuh jangkung dengan rambut berpotongan mullet yang tampak stylish untuknya, serta sebuah senyum tampan yang mengembang di wajahnya—seketika mampu menarik perhatian semua pasang mata di sana.
Sosok tersebut kemunculannya telah ditunggu oleh para tamu. Kehadiran lelaki itu tidak sendiri, muncul sosok laki-laki yang terlihat lebih muda dan seorang anak perempuan yang lebih kecil lagi. Giorgino Gavi Zachary merupakan si anak yang paling besar itu, ia memiliki adik laki-laki dan adik perempuan yang sangat ia sayangi. Edgar Archie Zachary merupakan adik pertamanya yang berusia 11 tahun dan Amanda Belvania Zachary merupakan adik keduanya yang berusia 8 tahun.
Meskipun ketiganya lahir dari rahim perempuan yang berbeda, tapi mereka mempunyai cinta yang sama dan saling menyayangi satu sama lain.
Setelah bertahun-tahun berlalu, Alvaro dan Sienna memutuskan menjaga rahasia tersebut dari Gio. Jadi Gio hanya sebatas tahu bahwa orang tua kandungnya adalah Alvaro dan Marsha. Kedua orang tuanya bercerai, dan Alvaro menikah untuk yang kedua kalinya dengan Sienna. Gio memiliki ibu sambung dan adik satu bapak, tapi beda ibu.
Ada alasan mereka memutuskan menjaga kebenaran itu. Semata-mata, mereka hanya ingin menjaga nama baik Marsha di mata Gio. Karena bagaimana pun yang terjadi di masa lalu, Marsha tetaplah ibu kandung Gio, dan pastinya berat bagi seorang anak mengetahui bahwa ibunya telah mengkhianati pernikahan sampai beraktir bercerai. Sampai sekarang, sosok yang merupakan ayah biologis Gio tidak pernah muncul, jadi lebih baik Gio tidak mengetahui sosok itu dan hanya tahu bahwa ayahnya adalah Alvaro.
Gio sangat menyayangi adik-adiknya. Kenyataan adanya DNA yang berbeda yang mengalir di tubuh mereka, tidak menjadi penghalang dan adanya batasan dalam hal saling mengasihi. Gio, Edgar, dan Amanda memiliki kedua orang tua yang sangat mencintai mereka, seorang papa dan bunda yang telah merawat dan membesarkan mereka dengan penuh kasih sayang.
“Ini dia aktor kita yang ditunggu-tunggu,” cetus seorang wanita yang lantas segera dihampiri oleh Gio.
“Halo, Ibu Produser,” sapa Gio sembari menjabat tangan Natalie.
“Bener-bener udah tua ya gue, dipanggil Ibu sama lo. Dari gue liat lo sekecil piyik, sampe sekarang udah gede, dan jadi aktor di production house gue,” ujar Natalie.
Sejak menginjak usia 12 tahun, Gio telah memulai karirnya sebagai seorang aktor cilik. Hingga kini saat Gio telah beranjak remaja dan berusia 19 tahun, sudah banyak judul yang dibintangi olehnya dan membuat namanya sebagai aktor semakin besar.
Sang tuan rumah di sana, Alvaro dan Sienna, mereka tampak serasi menggunakan pakaian berwarna senada. Keduanya tengah menyambut para tamu yang diundang ke kediaman mereka dengan penuh suka cita.
Hari ini memang kebanyakan para tamu yang diundang ke sana adalah dari kalangan film maker maupun petinggi perusahaan rumah produksi film. Karena sejatinya acara tersebut diadakan sebagai bentuk perayaan atas pencapaian besar dari film layar lebar yang dibintangi oleh Gio.
Para anggota keluarga juga hadir, ada teman artis sejawat, dan sosok produser yang sudah kenal dekat dengan Alvaro, yakni Parvez dan Natalie. Semua orang begitu bangga dengan kesuksesan yang diraih oleh Gio di usianya yang masih terbilang sangat muda.
Gio berada di bawah naungan agensi milik Natalie, berbeda dengan agensi yang menaungi Alvaro yakni milik Pavez. Natalie membujuk Gio untuk bergabung dengan agensinya dan berniat membesarkan namanya. Natalie telah berhasil membuat nama Gio jadi besar, tidak hanya di dunia seni peran, tapi juga di dunia modelling.
“Al, gimana kalau kita bikin judul baru untuk mempertemukan dua aktor hebat kita ini? Untuk lo sama Gio, kayaknya bakal pecah banget,” ujar salah seorang sutradara yang dikenal Alvaro dan turut diundang ke kediamannya.
“Boleh tuh, Mas. Nanti kita omongin aja, gampang lah itu,” ujar Alvaro.
“Kalau kira-kira temanya tentang keluarga gitu, apa nggak sekalian aja ajak istri lu buat main film?” Ghani kembali menyuarakan pendapatnya.
“Kalau untuk itu harus ditanya dulu sama istri saya, Mas,” ucap Alvaro.
Setelah berbicara dengan Ghani, Alvaro lantas beralih mencari Sienna. Alvaro memanggil istrinya setelah sebelumnya sedang berbincang dengan para tamu perempuan di sana.
“Gimana, Sayang? Mas Ghani nawarin kamu main film nih, bareng aku sama Gio,” ungkap Alvaro.
“Saya nggak bisa akting lho, Mas Ghani,” ujar Sienna kepada Ghani.
Lantas kehadiran ditengah-tengah Alvaro, Sienna, dan Ghani, Gio hadri dan menginterupsi percakapan mereka. “Bunda, kita nggak ada yang tau lho kalau belum dicoba. Siapa tau Bunda bisa akting, kan seru nanti kalau kita shooting sekeluarga barengan,” ujar Gio.
Di situasi tersebut, sebagai seorang CEO dan telah berkecimpung lama di dunia entertain, Parvez justru memberi tawaran untuk kedua adik Gio agar mengikuti jejak kakak mereka menjadi artis.
Alvaro lantas memanggil kedua anaknya, Edgar dan Amanda yang sebenarnya ketika ditanya soal berakting di depan kamera, mereka belum terlalu paham.
“Itu lho Dek, yang kayak Abang sama Papa. Shooting gitu, nanti adek jadi artis,” ujar Edgar yang tampaknya lebih paham dari si kecil Amanda.
“Kalau Abang mau, Adek juga mau. Tapi sama Bang Edgar, sama Bang Gio, sama Papa juga ya shooting-nya,” celoteh Amanda yang sukses mengundang perhatian orang-orang di sana. Sosok Amanda kecil yang fasih berceloteh, cantik, dan juga pintar, jelas menarik perhatian para produser film untuk menawari anak itu menjadi artis cilik. Sebenarnya sudah sejak lama ada omongan itu, tapi Alvaro mengira bahwa itu hanya sekedar wacana. Namun ternyata Parvez cukup gencar membujuknya memberi izin anak-anaknya untuk terjun ke dunia entertain.
“Adek, kamu masih terlalu kecil. Kalau Abang Edgar mau, Abang aja dulu ya,” tiba-tiba Alvaro nampak tidak setuju dengan ide tersebut. Baginya putrinya masih terlalu belia untuk terjun ke dunia entertainment.
“Papa, Adek kan juga mau,” Amanda seketika cemberut, ia merasa bahwa dirinya sudah cukup besar untuk bisa ikut shooting. Padahal kenyataannya anak itu tidak tahu bahwa dunia hiburan begitu kompleks dan memiliki jalan yang terjal.
Di saat Alvaro memberikan pengertian pada putrinya, Sienna beralih mendekat pada Gio untuk menanyakan sesuatu.
“Bang, kamu udah hubungin Mama? Mama jadi dateng ke sini, kan? Udah jam segini lho, coba kamu telfon deh Bang,” ujar Sienna pada Gio.
“Mama jadi dateng kok, Bun. Tadi Gio udah chat Mama. Mungkin masih di jalan, kayaknya lumayan macet deh,” terang Gio kemudian.
Tidak lama setelah Sienna berlalu darinya, Gio mendapati sosok yang tadi jadi objek perbincangannya dengan Sienna. Sosok itu terlihat kemunculannya di antara kerumunan orang-orang. Gio yang mendapati sosok Marsha di sana segera melangkah menghampirinya.
Gio berjalan beberapa langkah, menembus orang-orang yang cukup padat memenuhi tempat itu. Ketika sampai di hadapan Marsha, Gio langsung mengulaskan senyumnya.
“Nak, selamat ya buat film barunya,” ujar Marsha begitu mendapati sosok Gio di hadapannya. Tatapan Marsha pada Gio nampak bangga dan berbinar-binar bahagia.
“Mama bangga banget sama kamu,” ujar Marsha lagi, suaranya terdengar sedikit tertahan. Ada sedikit rasa sedih yang coba wanita itu sembunyikan, tapi ia tidak ingin memperlihatkannya di hadapan Gio. Anaknya hari ini tengah berbahagia, jadi Marsha akan menunjukkan bahwa ia juga ikut bahagia.
“Mah, makasih ya udah dateng,” ucap Gio.
Terkadang Gio masih merasakan rasa perih itu di dalam hatinya saat mengingat apa yang terjadi pada kedua orang tuanya di masa lalu. Namun sejatinya tidak seorang pun bisa mengubah takdir yang telah ditetapkan, Gio mencoba menerimanya. Perceraian Papa dan Mamanya adalah hal yang tidak mudah dilupakan olehnya begitu saja. Meskipun saat itu ia masih kecil dan belum terlalu mengerti, tapi Gio masih dengan jelas mengingat memori menyakitkan itu di dalam benaknya. Sejatinya, tidak ada seorang pun anak yang ingin orang tuanya berpisah.
“Mah, ayo masuk. Papa sama Bunda ada di dalam, ada Oma juga,” ujar Gio yang lantas mengajak Marsha masuk ke dalam rumah.
Marsha mengagguk sekilas, lalu ia mengikuti langkah Gio untuk masuk ke dalam.
Ketika Marsha menatap putranya yang telah beranjak dewasa, berbagai perasaan campur aduk pun dirasakannya. Di satu sisi, penyesalan tersebut masih ada. Marsha menyesal mendapati kenyataan bahwa bukan dirinyalah yang sepenuhnya membesarkan anaknya sampai Gio bisa jadi anak yang hebat dan membanggakan seperti sekarang.
Marsha memang belum bisa menjadi ibu yang baik untuk Gio, tapi Gio telah berhasil tumbuh menjadi anak yang begitu hebat dan membuat bangga orang-orang di sekitarnya. Marsha menyadari bahwa Gio bisa jadi seperti sekarang, itu berkat peran seorang ayah dan ibu sambung yang juga begitu hebat. Marsha akan mengucapkan terima kasih kepada Alvaro dan Sienna hari ini, keduanya telah begitu berhasil mendidik dan membesarkan sosok Giorgino Gavi Zachary.
***
Beberapa tamu masih belum pamit dari kediaman itu. Sebagian masih ada yang menikmati hidangan, berfoto, atau bahkan bernyanyi bersama di ruangan karaoke di lantai atas.
Acara meriah tersebut diramaikan terlebih oleh para teman sesama artis yang merupakan rekan kerja Gio. Mereka masih begitu muda dengan jiwa membara dan keinginan mengeksplor berbagai hal baru.
Namun tetap pada batasannya, Gio selalu menerapkan pada teman-temannya mengenai hal-hal yang menjadi batasannya dalam bergaul. Terlebih mereka juga mengenal dengan baik kedua orang tua Gio dan rumahnya seringkali dijadikan basecamp untuk mereka berkumpul.
“Sebentar ya, tadi Bunda sama Papa manggil gue,” ucap Gio kepada teman-temannya.
Gio lekas melenggang keluar dari ruangan karaoke dan berjalan mencari keberadaan keluarganya.
Ketika Gio sampai di ruang tamu, Sienna memberitahunya jika beberapa tamu mereka ingin pamit pulang. Jadi Gio harus menemui mereka dan mengantar sampai ke halaman depan.
“Makasih ya Ibu Nat, Mas Ghani, Pak Parvez,” ucap Gio sembari menyalami satu persatu tamu-tamunya.
“Sukses terus, semangat shooting pagi pulang pagi pokoknya,” ujar Natalie.
“Siap, Bu,” ujar Gio sembari mengulaskan senyumnya.
Sepeninggalan Natalie, Ghani, dan Parvez, kini di halaman rumah itu tersisa Gio, Alvaro, Sienna, dan juga kedua bocah kecil yang sedari tadi aktif mengintili orang tuanya.
“Pah, tadi Gio sempet ngobrol sama Mas Ghani. Beliau ada ide mau bikin film yang temanya masih lumayan jarang di pasaran. Genre semi fantasi gitu Pah katanya,” cerita Gio pada Alvaro.
“Ohiya? Terus gimana? Naskahnya udah jadi?”
“Nah, itu dia, belum sepenuhnya jadi. Masih mau eksplor ide sih. Udah nemu penulis naskahnya, tapi kaanya lagi agak stuck sama ide buat kembangin ceritanya. Gio ada saran buat ngasih inspirasi cerita dari kemampuan Bunda yang bisa baca masa depan.”
“Kok Bunda? Maksudnya gimana Bang?” Sienna yang mendengar itu lantas bertanya pada Gio.
“Bunda mau main film ya Bang?” sahut Edgar yang langsung ikutan nimbrung.
“Ihh Bunda keren, nanti aku mau liat Bunda sama Papa ada di bioskop,” Amanda pun ikut menimpali tanpa tahu apa kelanjutan pembicaraan tersebut.
“Bunda kan bisa baca masa depan dari mimpi. Nah itu kalau di dunia fiksi, kemampuan yang Bunda punya bisa masuk ke dalam genre yang namanya semi fantasi. Kalau Bunda setuju, nanti Gio bilang ke Mas Ghani dan mungkin penulisnya bakal observasi langsung ke Bunda, kayak wawancara gitu, Bun. Kalau Bunda berkenan aja,” terang Gio panjang lebar.
Gio lantas menjelaskan lebih rinci. Dalam membuat sebuah naskah film, diperlukan sebuah observasi untuk riset dari ide utama yang sudah ada sebelumnya. Maka akan lebih matang dan bagus lagi jika ada narasumber langsung yang bisa jadi sumber informasi, guna mengembangkan ide cerita tersebut.
“Keren sih itu, Sayang. Idenya bagus kayaknya ya. Coba kamu pikirin aja dulu, baru nanti buat keputusan kamu berkenan atau engga,” ujar Alvaro pada Sienna.
“Oke, nanti Bunda pikirin dulu ya. Tapi sebenernya udah lama lho Bunda nggak dapet mimpi itu lagi,” terang Sienna akhirnya.
Anak-anak mereka memang telah tahu bahwa Sienna bisa membaca masa depan melalui mimpi. Namun akhir-akhir ini memang Sienna cukup jarang mendapatkan mimpi pembaca masa depan itu. Mimpinya hanya sebatas mimpi biasa, yang gambarannya tidak terlalu jelas. Jadi Sienna pikir bahwa mimpinya tidak akan menjadi kenyataan di masa depan.
“Emang mimpi terakhir yang Bunda dapet tentang apa Bun?” Gio yang penasaran pun akhirnya bertanya.
Pertanyaan Gio tersebut lekas mengundang tatapan penasaran dari Alvaro, Edgar, dan Amanda.
“Kemarin malam Bunda sempet mimpi sih,” Sienna menahan senyumya sambil menatap satu persatu anggota keluarganya. Mereka tampak tidak sabar menunggu Sienna melanjutkan ucapannya.
“Bunda tuh mimpi kalau kalian bakal punya adek lagi. Tapi itu kan cuma mimpi ya, Bunda nggak tau bisa jadi kenyataan atau engga. Bisa aja itu mimpi biasa,” jelas Sienna.
“Sayang, bener kamu dapet mimpi kayak gitu? Kok nggak cerita sama aku?” seketika Alvaro berceletuk. Pasalnya ia tidak tahu menahu soal hal tersebut. Biasanya Sienna menceritakan apa pun kepadanya, dan mereka memang sangat terbuka dalam berbagai hal.
Bukan hanya Alvaro yang terkejut, tapi Gio dan kedua adiknya juga terkejut sekaligus antusias akan hal tersebut.
Pada akhirnya Sienna mengatakan bahwa barusan ia hanya bergurau. Seiring usianya yang menua, Seinna tidak bermimpi lagi tentang masa depan. Sienna juga tidak tahu mengapa demikian, tapi yaa memang begitulah kenyataannya.
“Bunda nggak dapet mimpi itu lagi. Maaf yaa, tadi Bunda cuma becanda,” Sienna berujar sambil menampakkan cengiran kecilnya.
Seketika para penonton kecewa dan mereka merasa sungguh telah tertipu oleh ucapan Sienna. Namun memang begitulah kenyataannya. Sienna tidak mendapat mimpi apa pun soal dirinya yang akan kembali mengandung dan akan menghadirkan anggota keluarga baru di rumah mereka.
***
Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷
Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜
Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭