Fakta Mengejutkan
Bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan penyedia produk, saat-saat sibuk dan penuh tekanan dalam bekerja adalah ketika akan launching produk baru. Segala sesuatu tentu perlu dipersiapkan dengan terperinci dan matang. Dimulai dari riset produk, proses produksi, pengujian hasil produksi dari beberapa sampel yang perlu melewati tahap revisi, sampai pada penentuan packaging, hingga perencanaan promosi sebelum produk diluncurkan.
Tentunya semua tim bergerak dan bekerja keras demi tercapainya target penjualan produk baru tersebut. Dari tim marketing, kreatif, hingga product development, semua mengerahkan tenaga serta pikiran mereka, hingga akhirnya hari ini akan diadakan sebuah meeting.
Produk baru mereka telah melalui 4 kali revisi. Sesuai rencana sebelumnya, siang ini setelah jam makan siang, para manager dari setiap divisi akan menghadiri rapat dengan atasan perusahaan. Mereka akan mempresentasikan dan membahas kembali tentang 2 produk terbaru Eu de Parfum IT'S CLEINE akan segera diluncurkan.
Lilie masih berada di ruangan timnya sekitar 10 menit sebelum rapat di mulai. Dua buah packaging berisi botol parfum tengah berada di meja di tengah ruangan. Timnya juga ikut menjajal produk tersebut dan Lilie meminta mereka berkomentar mengenai aroma parfumnya dan juga packaging-nya dilihat dari segi estetikanya.
“Gimana menurut kalian?” Lilie bertanya setelah satu-satu dari timnya mencoba menelaah produk milik brand mereka.
“Yang Eucaplyptus ini oke banget sih, Kak. Gue suka harumnya. Target pasar kita kan kelas SES A-B ya, nah ini wanginya ngasih vibes yang nggak murah gitu lho. Wanginya elegan mahal,” Jesslyn memberikan komentarnya.
Sementara Jesslyn dan Ardi sedang fokus pada Eucaplytus, Edgar tengah mencoba Loewe edisi untuk Women dan Valdo mencoba yang edisi untuk Men.
“Gue nggak tau banyak parfum cewek sih, tapi ini wanginya enak, Kak. Manisnya pas, nggak terlalu strong,” ujar Edgar.
“Kemarin Loewe yang Women emang sempet dapet revisi dari anak kreatif. Tim mereka banyak cewek kan, dan emang dikurangin sedikit scennt-nya biar nggak begitu strong manisnya. Udah oke berarti ya,” ujar Lilie.
“Emang lu beneran nggak tau banyak parfum cewek Gar?” celetuk Ardi yang lantas membuat Edgar dan Lilie bersamaan menatap ke arah lelaki itu.
“Kemaren kata anak kreatif, Riana nanya-nanya ke lu buat riset parfum cewek. Lu sama Riana keluar makan siang kan berdua? Ngomongin kerjaan ya katanya, soal riset itu. Jadi gue pikir lu paham banget sama wangi parfum cewek, makanya Riana risetnya ke lu,” ujar Ardi.
“Gue lumayan tau sih, tapi nggak terlalu banyak. Gue kan punya adek cewek, Bang. Riana minta tolong sama gue buat ditanyain bentar, jadi yaudah gue iyain aja,” jelas Edgar menimpali ucapan Ardi.
“Ohh gue kira lu berpengalaman banget sama cewek, gitu.” Ucapan Ardi itu tidak ditanggapi lagi oleh Edgar, juga mereka yang ada di ruangan itu melupakannya begitu saja.
Siang ini yang akan ikut meeting dengan Lilie adalah hanya Valdo. Sebelum meninggalkan ruangan, Lilie membawa proposal yang telah disusun oleh timnya.
Valdo mengingatkan pada Lilie, “Lie, ini nggak dibawa sampel parfumnya?”
“Oh, enggak Mas. Tadi dapet indo dari sekretarisnya beliau, yang buat sample dipresentasiin udah ditaro di ruangannya kok. Jadi kita nggak usah bawa lagi,” ucap Lilie.
Valdo lantas hanya mengangguk. Lilie pun melangkah lebih dulu keluar ruangan, tidak lupa para timnya memberikannya semangat untuk kedua orang itu. Tatapan Edgar sempat bersinggungan dengan Valdo sebelum lelaki itu benar-benar menghilang di balik pintu. Edgar tidak mengerti arti tatapan itu, tapi yang jelas Valdo menatapnya dengan tatapan yang berbeda. Seperti ada sesuatu yang coba Valdo tahan karena tidak bisa diungkapkan saat itu juga.
Edgar pun lantas berpikir. Apakah itu berhubungan tentang perkataan Ardi tentangnya beberapa saat lalu? Apa Valdo baru saja mengira bahwa Edgar adalah tipe lelaki yang bisa mudah dekat dengan banyak perempuan? Maka kalau iya, itu adalah kabar yang buruk untuk Edgar. Valdo sebelumnya telah percaya bahwa Edgar serius menyukai Lilie dan tidak akan menyakiti perempuan itu, tapi sepertinya Valdo tengah salah menduga.
***
Apa yang terjadi di area kantor akan dengan mudah menjadi perbincangan yang dapat menyebar cepat dari satu mulut ke mulut lainnya. Hingga spekulasi pun akhirnya terbentuk, entah sengaja dibuat atau memang tercipta begitu saja. Banyak berita yang saat ini tengah beredar di kantor. Selain mengenai Edgar yang pergi makan siang dengan Lilie berdua, ada berita juga bahwa Edgar pergi makan siang dengan Riana dan tengah mendekati gadis itu.
Edgar baru akan kembali ke ruangan setelah dari pantry, di sana ia berpapasan dengan Riana dan beberapa orang perempuan dari divisi kreatif. Edgar pun secara otomatis mendengar pembicaraan antara Riana dengan teman-temannya.
“Katanya CEO sama owner kita ganti ya.”
“Bukan Pak Tirta lagi dong sekarang?”
“Iya, katanya bukan owner yang lama lagi. Gue kira cuma dibeli, nggak taunya kepemimpinannya diambil alih juga. Masih muda lho CEOnya, tadi gue denger-denger namanya Pak Marcel Moeis.”
Begitu Riana menyadari kehadiran Edgar di sana, perempuan itu langsung menghentikan langkahnya dan menyapa Edgar. Kemudian teman-temannya diminta ke ruangan lebih dulu oleh Riana, hingga di sana hanya menyisakan Riana dan Edgar saja.
“Ri, sorry, gue tadi nggak sengaja denger omongan lo sama temen-temen lo. Kalau gue boleh tau, siapa nama CEO baru yang tadi lo sebutin?” ujar Edgar.
“Oh, nama beliau Pak Marcellio Moeis. Denger-denger sih ya, tapi belum pasti bener. Katanya Pak Marcel dua minggu lalu baru aja beli perusahaan ini dan bakal jadi CEO juga buat seterusnya. Tadi kan Mbak Devina, atasan gue di kreatif, baru rapat sama manager dari divisi lain untuk ketemu sama bos baru. Karena dialihin dari Pak Tirta ke Pak Marcel, jadi perlu presentasi lagi ke Pak Marcel soal update revisian produk baru,” terang Riana sebanyak yang ia ketahui.
Edgar tidak mungkin salah mendengar nama yang disebutkan oleh Riana. Edgar masih berusaha menampik bahwa nama Marcellio Moeis mungkin tidak hanya milik satu orang, jadi ada kemungkinan Marcel CEO di perusahaan ini adalah Marcel yang ia ketahui. Namun rasanya sulit untuk berpikir demikian.
Edgar akhirnya berlalu dari sana setelah mendapat penjelasan dari Riana. Sesampainya Edgar di ruangan, ia segera mencari tahu fakta yang membuatnya penasaran itu.
Di WhatsApp Grup divisinya, terdapat perbincangan baru tentang informasi yang baru saja Edgar akan cari. CEO dan pemilik yang telah membeli IT'S CLEINE adalah jelas Marcellio Moeis yang Edgar ketahui sebagai mantan kekasih Lilie. Edgar tidak habis pikir, cobaan apa lagi ini. Rasanya Edgar seperti masuk ke dalam kandang milik rivalnya sendiri. Lantas muncul banyak dugaan di benak Edgar. Apakah Marcel memiliki alasan membeli perusahaan ini? Yang jadi pertanyaannya, dari sekian banyak perusahaan yang bisa Marcel beli, kenapa harus perusahaan tempat Lilie bekerja?
***
“Edgar,” panggilan itu seketika membuat Edgar menoleh. Edgar baru saja akan mengenakan helmnya. Di parkiran kantor itu, Edgar mendapati sosok Valdo dan lelaki itu segera berjalan menghampirinya. “Ada yang mau gue omongin sama lo,” ujar Valdo setelah akhirnya berhadapan dengan Edgar.
“Mau ngomong apa Bang?” Edgar pun bertanya. Ia merasa bahwa Valdo akan menanyakan hal yang cukup penting.
Valdo pun memperhatikan keadaan sekitar. Setelah dirasa aman karena tidak ada yang akan mendengar pembicaraannya dengan Edgar, Valdo akhirnya bertanya, “Lo deket sama Riana?”
“Maksudnya?” Edgar justru balik bertanya. Namun ia cepat mengerti ke mana arah pembicaraan Valdo. “Bang, gosip itu nggak bener. Gue sama Riana makan berdua cuma karena dia mau minta tolong sama gue buat riset produk,” jelas Edgar.
“Tapi kenapa harus lo? Laki-laki di kantor kita kan banyak. Kayaknya lo spesial banget di mata Riana, ya? Gar, asal lo tau ya. Lilie udah gue anggap kayak adek gue sendiri. Gue nggak akan diem aja kalau ada yang berani nyakitin perasaan dia.”
“Bang, sumpah gue sama Riana nggak ada apa-apa. Gue cuma punya perasaan untuk Lilie, nggak untuk orang lain,” Edgar berusaha meluruskan kesalahan pahaman yang telah terjadi.
“Tadi siang gue liat lo ngobrol sama Riana. Lama banget lagi, ada kali hampir lima belas menit. Kalau seandainya Lilie ngeliat gimana? Dia mungkin akan semakin membenarkan gosip tentang lo, Gar,” papar Valdo.
“Gue tadi ngobrol sama Riana karena nanyain sesuatu, Bang,” Edgar pun akhirnya mengatakan yang sebenarnya terjadi. “Lo tadi siang ikut Kak Lilie meeting samaa atasan perusahaan, kan? Apa lo tau siapa CEO baru dan owner perushaaan?”
“Iya, gue tau. Pak Marcellio Moeis, beliau *owner *sekaligus CEO baru di kantor kita,” ucap Valdo.
“Marcel itu mantannya Lilie, Bang. Marcellio Moeis, CEO baru perusahaan ini, mantannya Lilie,” ucap Edgar sebisa mungkin memelankan suaranya.
Valdo masih menatap Edgar di sana. Valdo terlihat sedikit terkejut, karena sebenarnya ia memang tidak tahu menahu mengenai hal tersebut.
“Gar, jangan-jangan mantannya Lilie yang bikin dia trauma itu Pak Marcel?” ujar Valdo lebih ke sebuah pertanyaan yang jawabannya sama sekali tidak didukung oleh bukti apa pun.
“Bang, gue kira lo udah tau tentang ini. Tapi kalau pun itu bener, kenapa harus perusahaan ini yang dibeli sama Marcel? Apa ada hubungannya sama Lilie?” ujar Edgar.
Baik Edgar atau pun Valdo, keduanya tidak tahu terlalu jauh sampai ke sana. Hanya saja, rasanya ada yang sedikit janggal. Dari sekian banyak bisnis mau pun company yang sangat mampu diambil alih oleh Marcel, mengapa lelaki itu memilih perusahaan lokal brand yang merupakan tempat Lilie bekerja?
***
Terima kasih sudah membaca Chasing Lilie 🌸
Silakan beri dukungan untuk Chasing Lilie supaya bisa lebih baik lagi pada update berikutnya. Support apa pun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya 🍰
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 💕