Fight for Her
Sejak pernyataan Alvaro di rumah sakit waktu itu, hubungan Sienna dan Alvaro merenggang. Seperti ada tembok tak kasat mata yang memisahkan keduanya. Alvaro juga tidak pernah lagi menemani Gio ketika akan bertemu dengan Sienna. Gio diantar Gina dan pak Amar saja ketika anak itu ingin bertemu Sienna.
Satu minggu telah berlalu. Sienna mencoba menjalani hari-harinya seperti biasa, meskipun terasa agak sulit, tapi Sienna tetap harus menghadapi kenyataan.
Sienna mengarahkan netranya pada jam dinding di studio makeup-nya. Jam menunjukkan pukul 9 malam. Sienna masih berada tempat kerjanya, rasanya kakinya berat sekali untuk melangkah pulang ke rumah. Bagi Sienna, saat ini bekerja terasa lebih baik dari pada harus berada di kamar dan berdiam diri. Sienna akan semakin kepikiran akan kisah cintanya yang kandas, bahkan sebelum kisah itu sempat dimulai.
“Mbak Sienna,” seruan tersebut terdengar di ruangan yang ditempati Sienna. Namun Sienna yang melamun tentu tidak dapat mendengarnya. Sampai seseorang menggerakkan bahunya, barulah Sienna menoleh.
“Kenapa Fi?” tanya Sienna yang akhirnya menyadari kehadiran Fia di sana.
“Mbak, lo harus tau, lusa ada appointment makeup, dan ini bayarannya gede banget.”
“Untuk acara apa emang?”
“Untuk shooting film, dan lo pasti kaget kalau tau siapa klien kita.”
“Apa nama filmnya?” Sienna begitu menunggu Fia menjawab pertanyaannya, dan Sienna berharap Fia tidak menyebutkan sebuah film yang saat ini terlintas di pikiran Sienna.
“Police Evolution, dan lo bakal jadi MUA-nya Alvaro Zachary,” ujar Fia.
Sienna sukses tercekat setelah mendengarnya.
“Mbak, appointment-nya nggak bisa* cancel*. Soalnya mbak Zahra udah dealing.”
“Kok mbak Zahra nggak bilang gue dulu? Biasanya beliau konfirmasi ke gue sebelum dealing.”
“Gue kurang tau soal itu Mbak. Alvaro yang minta dimakeupin sama lo, dia nggak mau sama orang lain. Mbak Zahra bilang, mereka bersedia bayar lebih kalau lo yang jadi MUA-nya Alvaro.”
***
Sienna pikir hubungannya dengan Alvaro sudah benar-benar berakhir, tapi ternyata ia salah. Sienna tidak bisa menghindari Alvaro, karena Zahra sudah terlanjur menerima bayaran untuk appointment makeup tersebut.
Sienna dan tim makeup-nya telah sampai di lokasi shooting. Di tempat itu masih cukup sepi, baru terdapat beberapa crew yang sedang mempersiapkan properti untuk pengambilan shoot nantinya.
“Mbak, mau gue orderin kopi kayak biasa ngga?” Hani bertanya kepada Sienna. Pekerjaan Hani mempersiapkan alat rias telah selesai, jadi kini ia menawarkan pada Sienna untuk membelikan kopi.
“Nggak usah dulu deh, Han. Hari ini lagi nggak pengen,” ujar Sienna.
“Oke deh Mbak. Gue izin beli cemilan dulu di depan gedung. Gue sekalian beliin buat Fia, Raka, sama mbak Zahra juga.”
Setelah mendapat persetujuan dari Sienna, Hani pun berlalu dari sana. Namun tidak lama Hani pergi, Sienna mendapati asistennya itu kembali.
“Kok balik lagi Han? Duitnya ketinggalan?” tanya Sienna.
“Oh, enggak Mbak. Itu tadi gue liat, di depan udah ada mobilnya Alvaro. Kayaknya beliau udah dateng deh Mbak.”
“Oke. Kalau gitu tolong panggil Fia ya, tadi dia lagi angkat telfon. Kita harus cepet siap-siap, dikit lagi udah mau mulai,” ujar Sienna yang segera diangguki oleh Hani.
***
Di sebuah ruangan yang cukup besar dan ber-AC, di sana lah Sienna menghadapi kenyataan bahwa kliennya hari ini adalah orang yang tengah berusaha ia hindari.
Begitu sosok Alvaro memasuki ruang makeup, Ila langsung mengantarkan lelaki itu ke kursi miliknya, di mana di sana sudah ada Sienna yang siap untuk melakukan tugasnya.
Alvaro menarik kursi di hadapannya dan segera duduk di sana. Kalau saja Alvaro tidak memberi mandatory untuk pekerjaan ini, Sienna akan meminta Fia atau Hani untuk merias Alvaro. Namun sepertinya Alvaro sengaja merencanakan semua ini.
“Saya mulai makeup-nya ya,” ujar Sienna seperti yang biasa ia lakukan kepada kliennya sebelum mulai merias. Setelah itu, Sienna mulai step pertama yakni mengaplikasikan pelembap pada kulit wajah, agar kulit siap menerima produk makeup di tahap berikutnya.
Menit-menit berlalu dilalui Sienna merias wajah Alvaro. Karena ini makeup untuk pria, jadi tidak memerlukan terlalu banyak detail untuk riasannya. Pertama penggunaan complexion, lalu sedikit membentuk alis agar tetap terlihat natural. Kemudian dilanjut penggunaan bedak, dan terakhir penggunaan pelembap bibir yang berwarna sheer agar tampilan terlihat fresh.
“Makeup-nya sudah selesai,” ujar Sienna yang kemudian mulai menjauh dari hadapan Alvaro. Sienna meletakkan kuas makeup-nya dan sibuk merapikan produk-produk maupun tools makeup-nya.
Begitu Sienna selesai dan berbalik badan, ia masih mendapati Alvaro di kursinya. Lelaki itu belum beranjak, dan kini tengah menatap lurus kepada Sienna.
“Sienna, setelah shooting selesai, gue mau ngomong berdua sama lo. Boleh?” ujar Alvaro.
Sienna memperhatikan keadaan sekitar karena takut ada yang melihat mereka. Saat Sienna hendak berniat mengabaikan Alvaro dan berlalu dari sana, Alvaro lebih dulu menahan pergelangan tangannya.
“Al, banyak orang yang liat. Sebaiknya kita keliatan nggak saling kenal aja. Tolong bersikap profesional,” ucap Sienna dengan suaranya yang dipelankan.
“I don’t care about them, Sienna,” Alvaro tetap kekeuh dan tidak mempedulikan beberapa orang di sana yang menatap ke arah mereka.
“Udah bagus kita saling menghindar selama seminggu ini. Jangan memulai sesuatu yang nantinya bikin lo nyesel,” ujar Sienna.
“Gue nggak menghindar, Sienna,” ucap Alvaro sambil menatap Sienna lekat-lekat. Sienna lantas mendapati kenyataan bahwa dirinyalah yang selama ini menghindar dari Alvaro, dan Alvaro tidak berniat menghindarinya. Selama seminggu ini, Alvaro sibuk shooting dan akhirnya pada hari ini, Alvaro memutuskan menjadikan Sienna MUA-nya agar mereka bisa punya waktu untuk bertemu dan bicara berdua.
Alvaro beranjak dari kursinya. Sebelum Alvaro melangkah pergi karena seseorang telah menyuruhnya segera ke area shoot, Alvaro mengatakan sesuatu di dekat Sienna. “Gue nggak pernah nyesel ketemu sama lo lagi, Sienna. So please, jangan menghindar dari gue. Kita perlu bicara, dan apa pun yang nanti harus kita hadapin, gue akan tetap memperjuangkan lo.”
***
Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷
Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜
Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭