Flashback : Sesuatu dari Masa Lalu yang Memupuk Dendam
Kurang lebih sekitar 30 tahun yang lalu, seorang pria yang merupakan asisten dari Dewandi Wirawan mendatangi kediaman Abbas Pasha. Abbas mengenal Dewandi pada saat itu, karena Abbas merupakan salah satu bagian dari anteknya.
Abbas menatap bayi laki-laki mungil yang kini berada di gendongannya. setelah pria yang mendatanginya menyerahkan bayi itu padanya.
Asisten Dewandi di hadapannya itu lantas berujar, “Bos meminta Anda untuk mengurus anak ini.”
“Siapa orang tua dari anak ini?” tanya Abbas, tampak kerutan di keningnya.
“Anak ini adalah hasil dari hubungan bos dengan seorang wanita. Anda tidak perlu bertanya lebih jauh, jalankan saja apa yang diperintahkan oleh bos.”
“Tunggu,” ujar Abbas menahan langkah pria itu untuk pergi dari hadapannya.
Pria itu menghentikan langkahnya, lalu berbalik kembali kepada Abbas. “Apa imbalan yang akan bos berikan karena saya telah merawat anak ini?” Abbas bertanya.
Pria itu menatap Abbas sejenak, lalu ia mengungkapkan sesuatu yang langsung membuat Abbas setuju untuk menjalankan perintah tersebut. “Sebagai imbalannya, Anda akan mendapatkan posisi tinggi di Mahkamah Agung. Sekaligus bos akan memberi Anda jumlah uang yang tidak sedikit. Satu hal yang harus Anda ingat, pastikan tidak ada yang tahu kalau tidak ada yang mengetahui identitas asli anak ini. Anda tahu apa yang harus Anda lakukan, bukan?”
***
Rumah Tahanan Negara. 7 tahun yang lalu.
Leonel mendapat hukuman seumur hidup atas tindak pidana yang telah dilakukannya. Leonel harus mendekam di dalam jeruji besi selama ia masih hidup, terlepas dari terpidana meninggal di usia berapapun. Jadi Leonel akan menghabiskan seluruh hidupnya di penjara sampai pria itu meninggal dunia.
Selama Leonel berada di rumah tahanan negara itu, tidak ada yang datang menjenguknya. Leonel berkali-kali menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi. Atas keluarganya yang hancur, dari mulai mamanya yang mengalami depresi karena papanya resmi mendapat hukuman mati, adik lelakinya yang tidak melanjutkan kuliahnya karena kasus pidana yang dilakukannya dan papanya.
Tepat kemarin, adalah hari di mana Abbas menjalankan eksekusi tembak mati. Hukuman tersebut sesuai dengan bunyi Pasal 340 KUHP yakni tentang pembunuhan yang direncanakan lebih dahulu, maka pelaku akan dihukum mati dengan cara ditembak. Ini sudah seminggu telah berlalu sejak wafatnya Abbas Pasha Tarigan. Hari ini setelah sekian lama, ada seseorang yang menjenguk Leonel di tahanan. Begitu Leonel sampai di ruang jenguk, ia mendapati sosok Levin di sana. Adik lelakinya itu menatap Leonel dengan tatapan dingin dan penuh dengan kebencian.
Meskipun begitu, Leonel tetap ingin bertemu dengan Levin. Paling tidak ia harus mengetahui kabar mamanya dari adiknya.
“Lo nggak pantes tanya kabar soal mama,” ucap Levin saat Leonel bertanya tentang kondisi Maya setelah mereka kehilangan Abbas.
“Maksud lo apa ngomong kayak gitu?” tanya Leonel dengan nada suaranya yang terdengar marah. Sisi keras Leonel rupanya lebih mendominasinya. Leonel juga tidak tahu apa yang telah terjadi pada dirinya, padahal ia merasa kalau ia masih memiliki sisi lembutnya. Leonel menyayangi keluarganya, yakni adiknya dan mamanya.
Levin terlihat mengepalkan tangannya yang berada di atas meja, hingga urat-urat tangannya tampak menonjol. Dengan wajahnya yang memerah karena diliputi oleh amarah, serta matanya yang menatap Leonel tajam, Levin pun berujar, “Lo itu bukan kakak kandung gue, lo cuma pembawa sial di dalam keluarga, lo harus tau itu. Gara-gara lo, papa pergi ninggalin gue dan mama. Keluarga gue hancur gara-gara kehadiran lo di dunia ini.”
Seumur hidup Leonel, ia belum pernah marah dan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi. Leonel marah dan kecewa karena fakta yang diungkapkan Levin barusan, Leonel menyalahkan dirinya sendiri.
Levin kemudian beranjak pergi dari hadapan Leonel, tanpa mengatakan apa pun padanya. Bahkan saat Leonel meminta penjelasan Levin lebih lanjut tentang identitasnya, pria itu enggan mengatakannya. Bagi Levin, Leonel tidak pernah menjadi kakaknya, tepatnya sejak Levin tahu kalau Leonel bukan kakak kandungnya.
Sepeninggalan Levin hari itu, hingga berbulan-bulan kemudian, rupanya Leonel memutuskan merawat dendam di hatinya. Rasa dendam tersebut akkhirnya tumbuh besar dan menjadi sesuatu abadi yang menguasai dirinya.
***
Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮
Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂