Flawless Night
Setelah pengakuan Edgar mengenai perasaannya kepada Lilie, esok hari setelah pulang kerja, mereka meluangkan waktu untuk membicarakannya.
Edgar mengajak Lilie ke sebuah pantai yang berlokasi di daerah PIK. Kali ini Edgar membawa mobil, katanya agar mereka bisa bepergian jauh tanpa harus naik angkutan umum.
Jelas sejak pengakuan Edgar malam itu melalui chat, rasanya ada yang berbeda. Ketika Lilie menatapnya, Edgar pun merasa malu. Namun mau bagaimana lagi, Edgar juga ingin Lilie mengetahui perasaannya.
Rasanya jantung Edgar ingin copot setiap kali Lilie menatapnya dan berakhir perempuan itu mengulaskan senyum kecilnya. Manis sekali, batin Edgar.
Edgar dan Lilie telah berkeliling di sekitar pantai. Mereka melepas sepatu dan membiarkan halus pasir pantai menyapa permukaan kulit telapak kaki. Beberapa menit yang lalu, mereka telah membeli cemilan dari pedagang di sekitar pantai dan menghabiskannya begitu saja.
Edgar belum bicara apa pun mengenai pengakuannya tadi malam. Tiba-tiba Lilie menghentikan langkahnya, membuat langkah Edgar ikut terhenti.
Lilie menatap Edgar lekat, senyum manis perempuan itu pun terulas. Lilie mencoba menyusun kepingan memori seperti kepingan puzzle di dalam benaknya. Perlakuan Edgar selama ini pada Lilie, jika disusun dan disambungkan satu persatu, jelas sekali bahwa lelaki itu memberi kode bahwa dirinya menyukai Lilie. Lilie sebenarnya menyadari itu, tapi ia tidak ingin menduga terlalu jauh karena takut bahwa dugaannya salah.
“Kak, aku ngomongnya nanti dulu ya,” ucap Edgar. Ekspresi Edgar terlihat jelas bahwa lelaki itu tengah gugup. Mau tidak mau, Edgar yang begini membuat Lilie tidak sanggup menahan tawanya.
“Iya, nggak papa,” ucap Lilie kemudian.
Edgar dan Lilie kembali berjalan menyusuri pantai. Hingga matahari akhirnya terbenam dan mereka menyaksikan pemandangan sunset, setelah itu mereka memutuskan kembali ke parkiran untuk mengambil mobil dan pulang.
Sebelum sampai di parkiran, Edgar menahan langkah Lilie. Edgar mengatakan bahwa ia akan membicarakannya sekarang.
“Kak, soal omongan aku di chat itu, aku serius. I have crushed on you, Kak.”
“Sejak kapan?” pertanyaan itu yang justru keluar dari bibir Lilie setelah ucapan Edgar.
Mereka kini saling bertatapan dengan intens. Sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh Edgar bahwa ia akan bisa memiliki momen seperti ini dengan Lilie.
“Sejak aku ngeliat Kakak di acara seminar fakultasku. Kakak jadi pembicara waktu itu,” ujar Edgar.
Lilie tampak terkejut, seketika bola matanya membesar dengan sempurna. Lilie kehilangan kata-katanya, tidak menyangka bahwa Edgar telah menyukainya sejak pertemuan pertama mereka. Lilie jelas ingat seorang mahasiswa yang mengajukan dua pertanyaan sekaligus padanya di acara seminar waktu itu.
Edgar kembali melanjutkan perkataannya dan memang dirinya yang harus menjelaskan semuanya. “Aku nggak tau gimana caranya biar bisa kenal sama Kakak. Satu-satunya yang aku pikirin saat itu cuma apply magang di kantor tempat Kakak kerja.”
Pada akhirnya mengalirlah begitu cerita tersebut. Edgar memberitahu pada Lilie. Dari mulai alasannya gigih untuk diterima magang di kantor tersebut, mengirim direct message ke Instagram Lilie, sampai meminta bantuan Fina yang merupakan anak magang sebelumnya untuk merekomendasikannya kepada Lilie.
Setelah penjelasan tersebut, mereka memutuskan untuk masuk ke mobil. Hari semakin malam, Edgar mengatakan ia akan mengantar Lilie pulang. Edgar baru saja akan menyalakan mobilnya, tapi Lilie menahannya.
“Edgar, aku mau ngasih tau kamu sesuatu,” ucap Lilie.
Kini mereka saling bertatapan. Satu tangan Edgar yang memegang kunci mobil menggantung begitu saja, lantas ia letakkan benda itu kembali ke kantung jaket denimnya.
“I have the same feeling with you. I don’t know since when, but I can’t lied to my self,” Lilie menjeda ucapannya sesaat. Lilie menatap jemarinya yang tertaut, lalu ia kembali menatap Edgar dan melanjutkan ucapannya. “You made me the happiest person when I'm at my lowest,” sambung Lilie lagi.
Lilie menjelaskan bahwa hidupnya rasanya lebih berwarna dan ia bisa menghapus sedihnya saat bersama Edgar. Edgar menjadi sosok yang paling perhatian padanya setelah orang tuanya mengenai keadaan Lilie dan apa yang terjadi dengannya.
Lilie mengatakan kalau ia juga punya perasaan yang sama terhadap Edgar, tapi mungkin itu masih baru.
Setelah mendiskusikannya, mereka akhirnya sepakat untuk mencoba pendekatan dulu. Mereka ingin saling mengenal lebih dekat, tapi saat di kantor tidak boleh sampai kentara. Edgar dan Lilie ingin mengenal satu sama lain dengan lebih jauh dan serius untuk berkomitmen.
Keduanya masih di dalam mobil, tapi kini Edgar telah menyalakan mobilnya. Jantungnya yang berdebar kencang membuat hawa sekitar terasa panas, maka pilihan untuk menyalakan mesin mobil adalah yang terbaik.
Rasanya masih aneh dan baru, tapi sekaligus menyenangkan dan mendebarkan. Selama perjalanan pulang, Edgar maupun Lilie tidak banyak bicara. Mereka hanya sesekali membahas sesuatu, itupun juga hal lain, intinya tidak mengarah pada perasaan mereka.
***
Setelah sekitar 2 jam menempuh perjalanan, akhirnya mobil Edgar berhenti di depan rumah yang sudah tampak fameliar baginya. Rumah bercat putih milik Lilie merupakan tempat yang menjadi saksi bisu soal perasaannya selama ini pada Lilie.
“Udah tiga kali berarti ya kamu ke rumahku,” ujar Lilie begitu Edgar turun dari mobil untuk mengantarnya sampai ke pagar rumah.
“Iya, Kak,” ujar Edgar disertai cengiran kecilnya.
Lilie pun tidak mampu menahan senyumannya. Kalau diingat rasanya lucu juga. Sebenarnya selama ini Edgar telah berusaha melakukan pendekatan pada Lilie, tapi Lilie terlampau menampiknya karena takut salah mengira.
“Kamu mau mampir dulu?” Lilie bertanya.
“Pengen sih Kak. Tapi udah malem. Kalau kapan-kapan aja boleh nggak?”
“Boleh.”
“Oke. Aku pamit dulu ya Kak,” ucap Edgar.
Lilie pun mengangguk. “Iya. Kamu hati-hati.”
Edgar mengacungkan ibu jarinya tanda mengiyakan. Kemudian lelaki itu berbalik dan mulai melangkah menjauh dari Lilie.
Lilie masih menunggu Edgar pergi dengan mobilnya. Kemudian tanpa Lilie diduga, Edgar berbalik lagi sebelum masuk ke mobil. Lelaki itu melemparkan senyumnya yang tampak begitu manis bagi Lilie. Lilie terkesiap sesaat, ia terpesona pada senyuman itu.
Akhirnya buru-buru Lilie melemparkan senyumnya juga. Dua detik yang terasa indah itu, kemudian berlalu begitu saja. Edgar akhirnya memasuki mobilnya dan tidak lama sungguhan menghilang dari penglihatan Lilie.
Di bawah langit malam yang sama 2 bulan lalu, Lilie masih berpikir soal perilaku Edgar padanya. Lilie sempat berharap bahwa Edgar menyukainya. Kini keadaannya telah berbeda. Malam ini, Lilie akhirnya tahu bahwa Edgar memiliki perasaan khusus terhadapnya, dan Lilie tidak perlu ragu untuk mengungkapkan bahwa ia juga memiliki perasaan yang sama.
Malam ini terasa sempurna dan indah. Hati Lilie berbunga-bunga, sampai ia tidak yakin bahwa malam ini dirinya bisa tidur dengan nyenyak. Lilie meyakinkan dirinya bahwa ini bukan mimpi. Lilie tidak ingin bermimpi, yang ketika besok pagi ia terbangun, semuanya berbeda dari yang ia alami sebelumnya. Lilie ingin ini adalah kenyataan yang pasti dan bahagia yang nyata.
***
Terima kasih sudah membaca Chasing Lilie 🌸
Silakan beri dukungan untuk Chasing Lilie supaya bisa lebih baik lagi pada update berikutnya. Support apa pun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya 🍰
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 💕