He Look Really Fine

Beberapa hari yang lalu, Olivia memberitahu Marcel bahwa dirinya harus berangkat ke New York untuk sebuah acara fashion show. Olivia mendapat kesempatan untuk menjadi salah satu desainer yang merancang wedding dress yang berkolaborasi dengan Disney. Olivia akan merancang gaun yang terinspirasi dari Cinderella dengan warna biru muda yang merupakan ciri khas dari princess Disney tersebut.

Kesempatan dan project itu sangat berarti besar bagi Olivia. Olivia dan timnya telah mempersiapkan semuanya dalam waktu yang tidak singkat. Karena ini sesuatu yang berarti besar bagi Olivia, maka Marcel ingin dirinya bisa hadir di sana untuk Olivia.

Marcel telah memberitahu Olivia bahwa ia bisa datang. Marcel berusaha untuk mengatur jadwalnya, agar ia bisa terbang ke New York pada saat hari pelaksanaan fashion show itu.

Hari yang menyenangkan sekaligus mendebarkan bagi Olivia akhirnya tiba juga. Malam ini sebuah fashion show akan digelar di venue yang cukup besar yang ada di pusat kota New York. Fashion show bertajuk Wedding Dress inspired by Princess Disney itu mengundang banyak antusias orang-orang, terutama bagi para penggemar perusahaan hiburan yang begitu besar dan terkenal itu.

Olivia tengah berada di backstage bersama para anggota timnya. Catwalk akan dimulai beberapa menit lagi. Seorang model yang akan mengenakan gaun rancangan Olivia telah siap dan tampak cantik dengan balutan gaun biru muda yang terlihat glamour, persis seperti gambaran princess Cinderella di dalam cerita dongengnya.

Olivia duduk d isalah satu kursi di backstage dan terlihat sedikit cemas sambil memegang ponselnya. Sedari tadi Olivia menatap layar ponselnya dan belum menemukan chat atau telfon dari seseorang yang tengah ia tunggu kehadirannya. Olivia khawatir terjadi sesuatu, karena ia telah mencoba menghubungi, tapi tidak mendapat jawaban.

Sekitar 10 menit lagi fashion show akan dimulai, tiba-tiba Olivia mendapati ponselnya berbunyi. Itu adalah telfon dari Marcel, seseorang yang sejak tadi ia tunggu kedatangannya.

Olivia lantas mengatakan pada asistennya kalau ia akan pergi sebentar karena suatu urusan. Olivia akan kembali sebelum acara di mulai dan akan langsung menempati kursinya, agar ia bsia menyaksikan penampilan sang model yang menggunakan rancangan dress-nya.

Olivia melewati beberapa orang di sana, suasana di tempat itu tampak padat. Terdapat banyak orang yang menghadiri acara ini, serta orang-orang di dalam tim yang bekerja untuk memastikan acara berjalan sukses.

Begitu langkah Olivia sampai di depan venue, ia segera berjalan menuju ke area parkir. Olivia turun lagi menggunakan lift untuk sampai di basement. Gedung ini memiliki rute yang cukup rumit, jadi Olivia mengatakan pada Marcel bahwa ia yang akan menjemput pria itu.

Ketika Olivia tiba di basement dan tengah mencari, tidak sampai menunggu lama, ia langsung menemukan sosok pria yang familiar di matanya. Olivia segera berjalan menghampiri Marcel dan rupanya Marcel juga melangkahkan langkah lebarnya untuk menghampiri Olivia.

“Tadi mau parkir di parking area atas, tapi udah penuh katanya. Jadi harus parkir di basement,” terang Marcel.

“Oh gitu. Emang parkiran di atas udah penuh banget. Parkir di sini lumayan susah, karena daerahnya padet. Tapi udah aman, kan?”

“Udah. Aku suruh Arsen ke kafe deket sini sambil dia nunggu.”

“Oke. Yuk kita langsung ke atas.”

Marcel mengangguk sekali, lalu ia mengikuti langkah Olivia dan berjalan di samping gadisnya.

Mereka kemudian menaiki sebuah lift untuk sampai ke lantai atas. Situasi di dalam lift tampak cukup padat. Pintu lift kembali terbuka saat berhenti di lantai lower ground dan mereka mendapati orang yang ikut naik lagi. Di lift itu semuanya para lelaki, hanya Olivia yang perempuan.

Olivia hampir saja terdorong oleh seorang lelaki yang berbadan agak tambun yang baru masuk ke dalam lift, tapi sebelum orang itu mengenai Olivia, dengan sigap Marcel yang berada di samping Olivia melindungi perempuan itu. Terlihat lift sangat penuh, tapi pria tambun yang tadi itu justru mundur-mundur dan bergerak di sana, membuat tubuhnya menyenggol Olivia yang posisinya berada di belakangnya.

Bro, please be careful,” ucap Marcel pada pria itu dengan nada sopan.

Hey, Man. You’re acted too much,” sahut pria yang kini tampak kesal menatap ke arah Marcel.

She must means a lot for you, Man. Ohh.. she is pretty tho,” pria itu malah mendekati Olivia dan menatapnya dengan tatapan khas pria mata keranjang.

Ketika pria itu semakin mendekat, Marcel dengan spontan menghadang pria itu dengan lengannya. “Just stay away from her,” ucap Marcel pada pria itu dengan menekankan setiap kata-katanya.

Suasana di dalam lift tersebut jadi sedikit menegangkan, orang-orang di sana justru hanya menyaksikan kejadian itu dan bahkan ada yang menyalakan kamera untuk merekam.

Tepat ketika pintu lift terbuka, Marcel segera menggandeng Olivia keluar dari lift.

Marcel dan Olivia kini telah sampai di lantai tujuan mereka. Marcel dan Olivia menghentikan langkah mereka sebelum memasuki venue. Di sana Marcel bertanya pada Olivia untuk memastikan keadaannya. “Babe, are you oke?

I’m oke, not a problem. Tadi kedorong dikit aja,” ujar Olivia.

“Orang kayak tadi bahaya banget. Babe, please ya, kamu kalo keman-mana jangan sendirian. Oke?”

“Iya, oke,” ucap Olivia diiringi sebuah anggukan dan senyuman meyakinkan.

***

Olivia menempati sebuah kursi yang telah diperuntukkan untuknya. Namun sebelumnya, Olivia telah meminta pada panitia acara untuk menyiapkan satu kursi lagi untuk seseorang, di mana orang tersebut adalah sosok yang spesial baginya.

Olivia menoleh ke sampingnya, ia mendapati Marcel duduk di sebelahnya. Senyum Olivia terulas manis sekali.

Beberapa saat yang lalu, Olivia meraih tangan Marcel dan menggenggamnya, tapi tautan itu dilepaskan lagi karena ini bukanlah waktunya untuk bermesraan. Mereka mungkin harus menahannya beberapa jam lagi.

Ketika tiba saatnya seorang model muncul di atas panggung menggunakan gaun berawarna biru muda, Olivia tampak bersemangat melihatnya dan memfokuskan perhatiannya ke arah panggung.

Marcel lantas mengikuti arah pandang Olivia, tapi tidak sepenuhnya pada gaun yang dikenakan oleh model itu, tapi atensinya kemudian hanya bisa tertuju pada Olivia.

Olivia yang akhirnya sadar karena tengah diperhatikan, seketika menoleh ke sampingnya. “Kamu malah liatin aku.”

“Tadi aku udah liat juga gaun rancangan kamu, Babe,” ujar Marcel.

“Gimana? Bagus nggak gaunnya? Cantik nggak?”

“Cantik.”

Olivia seketika menampakkan senyum bahagianya.

“Desainernya lebih cantik,” celetuk Marcel.

“Hmm .. lancar banget gombalnya,” ucap Olivia yang kini mengalihkan tatapannya selain ke arah Marcel.

Olivia merutuki dirinya yang dengan mudahnya blushing jika sedang bersama Marcel. Salahkan Marcel yang pintar menggombal itu. Oh astaga, Olivia jadi sulit mengontrol dirinya sendiri.

***

Setelah sekitar 1 jam berlalu, acara fashion show tersebut akhirnya selesai. Namun para desainer dan orang-orang penting di sana tidak langsung meninggalkan tempat itu begitu saja. Terdapat acara after party yang diadakan di sisi barat di venue tersebut.

Berbagai hidangan tersaji di sebuah meja panjang dalam bentuk prasmanan. Minuman cocktail dan wine tampak menggoda di meja lainnya. Namun terdapat juga minuman yang tanpa alkohol, jadi para tamu bisa memilih sesuai keinginan mereka.

Olivia ikut menghadri acara after party tersebut, ia berjumpa dengan beberapa desainer dan menyapa mereka. Olivia tidak sendiri di sana, ia bersama seseorang yang berarti baginya dan tentunya mengenalkan sosok itu dengan bangga kepada para teman sejawatnya.

Seorang desainer senior dari Paris yang Olivia kenal, tengah menyapanya begitu mendapati Olivia dari jarak yang tidak jauh dari pandangannya.

“Olivia, I really amazed with your design. We should do a collaboration in next project. I will text you soon, oke?” ujar perempuan berambut blonde itu.

Thank you, Alice. Oke, please let me know if you want to collab with me,” ujar Olivia kepada perempuan itu.

Olivia dan Alice masih mengobrol ketika tiba-tiba Marcel kembali dengan dua gelas minuman di tangannya. Marcel sebelumnya tengah mengambil minuman untuknya dan sekaligus untuk Olivia.

Oh my god, Olivia. Who is he?” Alice berbisik di dekat Olivia, tapi matanya tidak lepas menatap sosok pria yang barusan mengangsurkan segelas minuman pada Olivia.

Olivia lantas mengenalkan Marcel kepada Alice. “Alice, he’s my boyfriend. Babe, she’s Alice, my friend,” ujar Olivia.

Oh, hai. My name Alice,” ucap Alice yang langsung menyodorkan tangannya kepada Marcel.

Marcel lalu menyambut uluran tangan itu dan mengucapkan namanya, “Marcellio Moeis.”

Oh, alright, Mr. Marcellio,” balas Alice yang kemudian mendekat pada Olivia dan berbisik lagi. “Damn, Girl. Where did you find him? He look really fine and you are so lucky to have him.”

Olivia kemudian hanya tertawa pelan mendapati kalimat Alice. Kemudian Olivia menoleh dan menatap pada Marcel. Benar saja, sepertinya Olivia beruntung karena memiliki sosok Marcel di dalam hidupnya. Olivia tiba-tiba jadi teringat perkataan Tania yang mengatakan bahwa Marcel itu pria paket lengkap. Olivia sekarang merasa bahwa ucapan Tania adalah benar adanya.

***

Terima kasih telah membaca Fall in Love with Mr. Romantic 🌹

Jangan lupa kasih masukan biar kedepannya bisa lebih baik lagi 💕

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍒