He Totally Made Her Fall in Love
Empat bulan telah berlalu sejak kejadian pagi hari yang tidak akan dilupakan oleh Marcel dan Olivia. Di mana pagi itu, mereka mendapati tiga buah test pack yang menunjukkan hasil bahwa Olivia tengah mengandung anak kedua.
Kandungan Olivia saat ini hampir menginjak usia 16 minggu. Olivia masih mengalami gejala morning sickness-nya, meskipun itu tidak separah seperti saat kehamilan pertama. Namun tetap saja, Olivia cukup kualahan menangani kondisi tubuhnya.
Di samping semua itu, Marcel benar-benar membuktikan ucapannya kepada Olivia. Marcel menjadi suami siaga ketika Olivia membutuhkannya. Namun di saat Marcel benar-benar tidak bisa berada di samping Olivia—karena harus business trip ke luar kota ataupun ke luar negeri—Marcel tetap selalu berusaha membuat waktu khusus untuk Olivia. Marcel akan menelfon Olivia, meski itu hanya 10 menit, atau melakukan video call yang berakhir hanya berdurasi 5 menit. Namun semua usaha Marcel tersebut, Olivia sangat menghargainya.
Sore ini Marcel baru saja kembali dari kantor, tepatnya sekitar pukul 5 sore.
Seperti yang konsisten dilakukan oleh Marcel, pria itu akan langsung sedikit berbersih diri, lalu setelah itu menghampiri Olivia.
“Hai, Babe. How was your day? Mualnya masih parah nggak?” Marcel bertanya ketika dirinya sudah bergabung bersama Olivia di atas ranjang. Marcel telah mengganti pakaian kantornya menjadi pakaian casual, yakni kaous polo putih dan celana chino coklat di atas lutut.
“Puji Tuhan, hari ini aku nggak terlalu mual. Udah bisa makan tanpa harus muntah,” jawab Olivia.
“Oh, really? That’s a good news. Ada cerita apa hari ini? Kamu mau cerita ke aku tentang apa?” Marcel pun mengajukan pertanyaannya sembari lekat menatap wajah Olivia.
Marcel melakukan rutinitasnya dengan konsisten, begitu bertemu Olivia di rumah, Marcel lekas memeluk Olivia dan memberi ciuman. Kemudian Marcel juga mengusap lembut perut Olivia yang kini sudah mulai tampak buncit. Marcel sering berbicara pada anaknya di dalam perut Olivia, seolah-olah anaknya bisa menyahuti ucapannya.
“Babe, kayaknya aku ngidam deh,” ujar Olivia begitu Marcel selesai dengan kegiatannya mengusap perut Olivia.
“Kamu emangnya ngidam apa?” Marcel dengan cepat bertanya.
“Aku pengen liburan. Tapi boleh nggak aku perginya sama temen-temenku aja?”
“Kamu nggak mau sama aku perginya? Aku bisa atur cuti kerja buat temenin kamu liburan. Nanti temen-temen kamu ajak aja, semua biayanya aku yang tanggung, gimana?”
Olivia tidak langsung merespon ucapan Marcel yang satu itu.
“Babe?” Marcel kemudian berujar lagi, ia meminta jawaban dari Olivia.
“Aku kan masih ngambek sama kamu sebenernya,” cetus Olivia akhirnya.
“Beneran? Lho kamu masih ngambek sama aku?” Marcel berujar dengan ekspresi wajahnya yang seketika berubah jadi sendu.
Olivia pun mengamati wajah Marcel, sepertinya pria itu sungguhan langsung tersentuh perasaannya setelah mengetahui Olivia masih ngambek padanya.
Olivia memang sedang ngambek pada Marcel sejak 2 hari yang lalu. Olivia tidak bekerja ke butik di saat dirinya tengah hamil muda karena Marcel yang melarangnya. Kalau dipikir lagi, Olivia tidak harusnya ngambek terhadap Marcel. Olivia merasa tubuhnya sanggup saja untuk bekerja, tapi Marcel tidak mengizinkannya bekerja dulu untuk sementara. Paling tidak sampai Olivia bisa lebih baik kondisinya.
Sebenarnya dengan Olivia yang tidak bekerja, tidak terlalu mempengaruhi isi rekeningnya. Karena Olivia tidak perlu mengkhawatirkan saldo debit card-nya sejak ia menikahi pengusaha kaya raya seperti Marcel.
Olivia ingin bekerja karena ia mencintai pekerjaannya. Mendesain sudah seperti passion bagi Olivia dan mendesain adalah bagian dari hidupnya. Olivia tidak ingin berhenti melakukan pekerjaannya sampai dirinya sendiri yang ingin benar-benar berhenti. Olivia merasa cukup hampa ketika tangannya tidak menggambar sketsa-sketsa pakaian di atas kertas.
“Babe,” ujar Marcel setelah beberapa saat keduanya hanya saling terdiam.
“Iya?”
“Kamu kan tau, aku nggak izinin kamu bukannya karena aku nggak dukung apa yang jadi passion kamu. Aku cuma khawatir sama kondisi kamu,” terang Marcel.
“Iya, aku paham,” ujar Olivia.
“Gini deh. Aku punya solusi biar kamu bisa tetep kerja, tapi nggak akan bikin kamu terlalu cape. Kesehatan kamu dan baby bakal tetap terjamin,” ujar Marcel.
Olivia lantas memandang Marcel dengan alisnya yang bertaut. “Apa solusinya?”
Marcel kemudian mengungkapkan solusi yang beberapa saat lalu ia pikirkan untuk masalah tersebut.
Marcel lantas mengatakan ia berencana akan membuatkan sebuah studio baru untuk Olivia. Jadi Olivia tidak perlu pergi jauh dari rumah. Olivia tetap bisa bekerja meski sekarang tengah hamil muda, dan seterusnya Olivia juga bisa lebih nyaman bekerja juga tidak akan terlalu merasa lelah.
Marcel kemudian juga mengusulkan untuk memperbesar perusahaan Olivia yakni Hourglass studio by Olivia Christie. Marcel akan menyuntikkan dana untuk company milik Olivia.
“Babe, kayaknya aku ada ide yang lebih baik deh,” ucap Olivia.
“Hmm ... oke. Menurut kamu yang lebih baiknya gimana? Tell me then,” ujar Marcel.
“Lebih baik kamu jadi investor di perusahaan aku aja, jadi nggak secara cuma-cuma kamu ngasih suntikan dana. Selain itu aku sebagai owner perusahaan juga punya tanggung jawab, untuk nantinya membagi keuntungan ke kamu, selaku investor yang berinvestasi di perusahaan aku. Gimana?” Olivia pun mengutarakan pikirannya.
Marcel belum mengatakan apa pun, yang lekas membuat dua garis kerutan muncul di kening Olivia. Olivia tengah menunggu respon Marcel, keduanya pun saling menatap dengan lekat di sana.
Dua detik berikutnya, Marcel dengan lugas akhirnya mengulaskan senyumnya. Dari senyum khas itu, Olivia sudah tahu respon Marcel yang akan berikan selanjutnya.
“You are so smart, independent, and brilliant, Babe,” ucap Marcel sembari mengarahan tangannya untuk menangkup satu sisi wajah Olivia.
Marcel lantas kembali melanjutkan ucapannya, “You are a strong woman, you are amazing with your own way. You know, I’m really proud of you, Babe. I don't only love you by what you look, but I love everything in you, your sexy brain too. How can you be so perfect like this? I just can’t believe that.”
Olivia lantas hanya tertawa saja mendengar penuturan itu. Tawa tersebut secara mudahnya kemudian tertular pada Marcel.
Selalu saja berakhir seperti ini, ketika orang yang kita cintai bahagia, rasanya kita dapat dengan mudah ikut merasa bahagia.
“Hei, Babe. Remember this,” ujar Marcel, ketika akhirnya tawa mereka mulai mereda.
“Apa?”
“Aku bakal selalu dukung pekerjaan kamu, dukung apa pun hal positif yang kamu lakuin, dan juga passion kamu. Karena tanpa semua itu, kamu bukan Olivia yang udah bikin aku jatuh cinta. Do you agree with that?”
“Yes. I’m totally agree.” Kemudian tepat setelah mengatakannya, Olivia sedikit bergerak untuk berikutnya memeluk torso Marcel. Olivia melingkarkan kedua lengannya pada tubuh Marcel, yang seketika membuat tubuhnya terasa hangat dan nyaman.
“Aku nggak bisa ngambek lama-lama sama kamu,” ucap Olivia pelan, masih sambil memeluk Marcel. Marcel ingin mengurai pelukan itu, tapi justru Olivia menahannya di sana.
Olivia jadi gampang sensitif perasaannya semenjak hamil. Jadi sepertinya Olivia akan berderai air mata sebentar lagi, dan Olivia tidak ingin Marcel mendapati tangisannya.
Maka saat ini Olivia tengah sebisa mungkin menahan air matanya di balik punggung Marcel.
“Kamu curang. Kamu selalu gampang bikin aku nggak bisa ngambek lama-lama sama kamu,” ucap Olivia lagi.
Lantas Marcel pun berujar pelan, “Kamu kan jarang ngambek sama aku. Nggak papa sih kalau kali sekali-kali. Asal jangan lama-lama yaa ngambeknya. Aku kan jadi kepikiran kalau diambekin sama kamu.”
“Iya, Babe. Aku kalau ngambek nggak lama-lama deh. Aku janji. Maafin aku ya,” ujar Olivia.
“Oke, good girl. I love you. You are my life. You mean everything to me. I adore you so much,” ucap Marcel bertubi-tubi. Senyum Olivia sukses terbit di wajahnya dan juga tampak setitik air bening muncul di pelupuk mata Olivia.
Katakan bagaimana Olivia dapat lama-lama mendiami Marcel dan mengacuhkannya, jika suaminya bersikap seromantis dan selembut ini kepadanya.
Olivia pun berpikir bahwa dirinya sudah terjebak selamanya pada perangkap cinta Marcel dan tidak akan bisa lepas ataupun melarikan diri, sekuat apa pun ia mencoba. Olivia mengakui hal tersebut pada Marcel, ia mengaku bahwa dirinya telah kalah telak dalam hal berusaha tidak mencintai Marcel.
“You won, Babe. You already won. You totally made me fall in love with you,” ucap Olivia.
“Alright. But you know, you won my heart at first, and you already owned it, Babe,” balas Marcel.
Marcel merasa begitu bahagia, mengatahui bahwa dirinya berhasil membuat Olivia benar-benar jatuh cinta kepadanya.
Marcel pun mengatakan, ia ingin tetap menjadi yang pertama dicintai oleh Olivia. Marcel akan terus berusaha untuk membuat cinta Olivia, memanjakan Olivia, dan juga memastikan Olivia tahu bahwa Marcel selalu mencintainya. Karena menurut Marcel, cinta bukan hanya sesuatu yang harus ditemukan, tapi juga harus selalu diusahakan, diperjuangkan, dan dibuat.
You have to keep on making it, so that’s a love.
***
Terima kasih telah membaca Fall in Love with Mr. Romantic 🌹
Jangan lupa kasih masukan biar kedepannya bisa lebih baik lagi💕
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍒