He Will Do Anything for You

El sampai di rumah orang tua Manda sekitar pukul 12 siang. El pertama kali disambut oleh Anwar yang sedang duduk bersantai di teras rumah. Anwar pun langsung mengajak El masuk setelah mengatakan bahwa Manda dan Laila telah selesai memasak makan siang.

“Ayo, langsung makan aja. Manda bilang kamu belum makan siang, pasti laper,” ujar Anwar.

El mengangguk sekilas, lalu ia mengikuti langkah Anwar untuk masuk ke dalam rumah.

Sesampainya El dan Anwar di ruang makan yang terletak di samping dapur, di sana El mendapati Manda dan Laila. Makanan di meja makan sudah tampak siap. El mendapati beberapa jenis makanan di sana cukup lengkap. Ada lauk pauk, sambal, serta lalapan hijau yang terlihat begitu menggugah selera.

“Lho El udah dateng. Kalau gitu kita langsung makan siang aja, yuk,” celetuk Laila.

Laila lalu mempersilakan El untuk duduk. Namun sebelum itu El terlebih dulu mencuci tangannya di wastafel.

Manda mengambilkan piring untuk mereka. 4 buah piring diambil oleh Manda. Siang ini di rumah hanya ada kedua orang tuanya, karena kedua adiknya masih bersekolah. Setelah mengambilkan piring, Manda beranjak ke samping El dan duduk di kursi. Sementara Anwar dan Laila duduk di hadapan El dan Manda.

“Makan yang banyak yam El. Manda bilang kamu suka sambel, barusan Mama buatin yang mantep nih sambelnya,” ujar Laila.

“Iya, Mah. Keliatannya enak banget nih sambelnya,” ujar El. Sebelum Manda mengambil makanan untuk dirinya sendiri, ia lebih dulu mengambilkan untuk El. Sepotong ayam goreng paha atas yang cukup besar, sambel, serta lalapan timun dan kol, diambilkan Manda untuk El.

“Kamu lalapannya timun sama kol aja kan?” tanya Manda.

“Iya,” jawab El. Manda dengan cekatan mengambilkan makanan untuk El, juga menyiapkan segelas air putih untuk El.

“Kirain El mau minum teh atau kopi gitu, Manda,” celetuk Laila.

“Oh, engga Mah. Lagi lumayan ngurangin soalnya. Kalau kerja pagi-pagi atau malem ngantuk, udah minum kopi. Harusmulai dikurangin sekarang,” ujar Manda menanggapi ucapan Laila.

“Oh iya bener. Nggak baik ya banyak-banyak konsumsi kopi,” ucap Laila lagi.

  —

Setelah makan siang, El diajak untuk main catur oleh Anwar. Anwar keheranan karena sudah 2 babak, El berturut-turut menang. Akhirnya permainan catur tersebut selesai ketika di babak ketiga. Setelah itu, El malah diajak untuk memetik mangga di kebun yang ada di belakang rumah. 

Untungnya Manda prepare banget. Manda membawakan untuk El baju casual. Manda udah kepikiran, kalau El pakai baju stelan formalnya seharian, pasti akan tidak nyaman dan gerah juga. Tidak mungkin El memanjat pohon pake kemeja celana bahan panjang gitu. Jadi baju yang dibawakan Manda benar-beanr berfungsi sebagaimana mestinya.

El pun akhirnya ganti baju dulu, baru setelah itu berburu mangga bersama Anwaar. Manda dan Laila menunggu di rumah, sudah siap-siap mengulek sambel untuk diamkan bersama mangga muda.

Sekitar 30 menit berburu mangga, akhirnya El dan Anwar kembali dengan membawa 3 buah mangga yang berukuran cukup besar. Mereka berempat kemudian menikmati mangga yang telah dipetik dengan sambel rujak. Rasanya mantep banget. 

El menghabiskan mangga cukup banyak, padahal sebelumnya ia jarang makan makanan seperti ini.

“Kamu jarang makan kayak gini kan?” Manda bertanya.

“Kayak gini gimana? Aku pernah makan rujak juga. Masa nggak pernah,” ujar El.

“Iya, tapi jarang,” ujar Manda.

“Emang kenapa jarang? Kan rujak udah umum banget,” celetuk Laila yang ikutan nimbrung obrolan Manda dan El.

“Manda udah hapal banget ya kesukaannya El,” timpal Anwar.

“Iya Mah, Pah. Makanya cocok kan jadi istri,” sela El cepat. Setelah itu mereka malah tertawa bersama. “Mah, Pah, soalnya Mas El makannya makanan sehat, buah yaa biasanya dijadiin salad. Bukan jadiin rujak gini,” tutur Manda.

“Oh gitu. Yaudah nggak papa dong sesekali cobain makanan kampung. Enak kan El?” tanya Laila.

“Iya. Enak Mah,” sahut El menanggapi.

“Iya, enak. Kamu habis paling banyak, Mas. Liat nih, hampir satu mangga sendiri kamu yang habisin,” seru Manda.

“Masa sih?”

“Boleh El kalau mau bawa pulang mangganya. Tapi manjat dulu, ambil dulu baru bawa pulang,” celetuk Anwar.

“Oke, Pah. Nanti El manjat lagi deh buat ambil. Manda juga suka mangga, sekalian buat aku sama Manda,” sahut El cepat.

“Apa aja dilakuin ya demi istri. Sekalipun manjat pohon mangga,” ujar Anwar.

“Iya, dong Pah,” ucap El dengan nada bangganya.

“Duh begini ya pengantin baru. Adem banget lho Mama liatnya. Romantis banget,” celetuk Laila lagi. Setelahnya El dan Manda hanya tersenyum. 

Tanpa El tahu, senyuman Manda bukanlah sebuah akting. Begitu juga El, Manda belum tahu, jika selama ini yang El lakukan sama sekali bukanlah sandiwara.

Terima kasih telah membaca Marrying My Boss 💕

Jangan lupa kasih masukan biar kedepannya bisa lebih baik lagi 🌸

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍰