He's Like A Cherry Lips and Crystal Skies
Jika kamu menganggap bahwa sosok sempurna bos kaya raya yang digambarkan dalam cerita fiksi romansa hanyalah karangan belaka yang hadirnya tidak nyata, mungkin kamu hanya belum bertemu, atau bahkan sekedar berpapasan dengan sosok seperti itu.
Sosok nyaris sempurna, karismatik, pintar, dan juga menawan, sebenarnya sungguhan ada. Jika kamu diberi kesempatan untuk berjumpa, maka pertanyaannya, akankah kamu bersedia atau justru menolak?
Kamu mungkin akan menolak, karena lebih baik tidak bertemu sama sekali, dari pada harus jatuh cinta dan berakhir hanya bisa berharap dia akan menjadi milikmu.
Menjadi sukses dan mapan di usia muda, mungkin rasanya cukup mustahil. Jelas, itu jika kamu tidak memiliki privilege. Namun bagi beberapa orang, mereka memiliki privilege tersebut, bahkan sejak mereka lahir. Rasanya hal tersebut memang tidak adil, tapi begitulah adanya.
Jika kamu penasaran apakah benar ada sosok bos muda, tampan, dan kaya raya seperti di dalam cerita fiksi romansa, maka kamu harus mengetahui seorang pria bernama Marcellio Moeis.
Hanya untuk sekedar berkenalan dengannya, tentu tidak masalah, bukan?
Jika kamu nantinya jatuh cinta dan tidak bisa berpaling, maka maaf sekali, aku juga tidak bisa bertanggung jawab untuk itu.
***
Sebuah rumah megah bergaya modern minimalis, 3 tahun belakangan telah menjadi kediaman Marcellio Moeis.
Marcel memutuskan tinggal terpisah dengan orang tuanya, dan hanya tinggal bersama dengan putrinya yang tahun ini genap berusia 5 tahun. Keputusan yang Marcel ambil tersebut berdasarkan beberapa pertimbangan, dan tekadnya sudah sangat bulat. Marcel kerap kali cekcok dengan orang tuanya, jadi untuk menghindari pertikaian yang terus terjadi, Marcel memutuskan membeli rumah untuk tempat tinggalnya dan tinggal mandiri di sana.
Pagi ini seperti biasa, sebelum pukul 8, Marcel sudah harus bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Pria bertubuh jangkung itu telah tampak rapi dengan setelan kemeja putih dibalut jas hitamnya yang tampak licin. Sebelum berangkat, Marcel terlebih dulu menghampiri putrinya yang sedang berada di ruang makan. Marcel melihat putrinya baru selesai menata rambut dibantu oleh seorang maid yang bekerja di rumahnya.
“Hei, Princess,” panggil Marcel.
“Yes, Daddy?” Mikayla segera menyahuti panggilan Marcel dan segera berjalan menghampiri sang Papa. Mikayla sudah rapi dengan seragam Taman Kanak-Kanaknya, rambut panjangnya tampak cantik dengan style di kepang dua.
Marcel lantas berlutut di depan Mikayla untuk menyamai tinggi tubuhnya dengan anaknya, “Daddy berangkat kerja dulu ya,” ucapnya.
“Nanti Daddy pulangnya jam berapa?” Mikayla lantas bertanya. Mata gadis cantik itu berbinar penuh harap menatap Marcel. Mikayla ingin Marcel pulang cepat, meski mungkin harapannya tidak dapat disanggupi oleh sang Papa.
“Daddy pulang kayak biasa, jam 7 atau jam 8. Maaf ya, Daddy nggak bisa pulang lebih cepet, Princess. Kerjaan di kantor lagi lumayan banyak,” terang Marcel apa adanya.
“Hmm .. *alright. It’s oke, Daddy. I love you. Hati-hati di jalan ya,” ujar Mikayla, berusaha menampilkan senyuman manisnya di hadapan Marcel.
“I love you too, Princess. Kamu belajar yang rajin ya di sekolah.” Setelah menecup puncak kepala Mikayla, Marcel berlalu dari hadapan anaknya.
***
Sebuah BMW berwarna hitam keluaran terbaru, tampak berhenti di sebuah main entrance gedung pencakar langit. Kemudian seseorang keluar dari mobil setelah pintu dibukakan.
Orang tersebut tampak familiar bagi dua petugas keamanan di depan gedung, dan tentunya beberapa orang yang mendapati kehadiran sosok itu di sana.
Begitu sosok jangkung itu melewati beberapa orang, mereka menyapa dengan sopan atau sedikit membungkukkan badan, sebagai bentuk hormat mereka pada sang atasan di kantor itu.
Sosok yang seketika menjadi perhatian semua pasang mata di lobi gedung itu adalah Marcellio Moeis.
Marcel adalah CEO PT. Permata Tambangraya TBK, perusahaan yang merupakan milik Papanya. CEO sendiri merupakan posisi tertinggi di sebuah perusahaan. CEO merupakan pembuat keputusan manajerial tertinggi, termasuk manajemen hubungan dengan pelanggan, yakni melakukan pemantauan menyeluruh terhadap aktivitas dengan klien melalui sistem terintegrasi.
Di usianya yang menginjak angka 30, Marcel telah memiliki total kekayaan pribadi senilai 1,6 miliar dollar AS atau setara dengan 22,92 triliun rupiah dan akan terus bertambah setiap harinya.
Marcel baru saja sampai di ruangan kerjanya yang terletak di lantai 10. Marcel jarang sekali menyetir sendiri mobilnya, jadi ia tampak selalu bersama asistennya, yakni Arsen. Marcel membutuhkan seorang asisten pribadi, karena selain urusan pekerjaan, ada urusan yang kerap kali meminta perhatiannya.
“Besok gue ada jadwal apa selain urusan kerjaan?” Marcel bertanya kepada Arsen.
Biasanya sebelum berlalu dari ruangannya, Arsen memang harus melakukan laporan pagi kepada Marcel, yang tentu itu adalah tanggung jawab dari pekerjaannya.
“Besok jadwal lo dinner sama Naomi. Dia minta reservasi private dining di Le’ Village Russe,” Arsen tampak tidak yakin kala menyebutkan nama restoran khas Prancis yang diinginkan Naomi.
“Terus dah reservasi?”
“Belum. Nggak bisa. Untuk besok, semua table udah full booked. Gue udah coba chat Naomi kemarin. Masalahnya, dia udah kalau yang bales chat-nya tuh bukan lo, tapi gue. Jadi dia marah-marah,” Arsen menghela napas panjangnya.
Beginilah pekerjaan yang dilakukan Arsen, ia menjadi juru chat bagi bosnya dan kekasihnya, terlebih jika itu dibutuhkan
“Oke. Nanti gue coba telfon dia,” ujar Marcel akhirnya.
“Kalau nggak bisa reservasi, katanya dia minta ke Paris. Dia mau restoran yang di Paris langsung. Soalnya lo udah ingkar janji sama dia, jadi kayaknya dia bener-bener ngambek sama lo.”
Kini giliran Marcel yang menghela napas panjang.
***
Jadwal pertama Marcel di kantor pagi itu adalah menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham. Sebagai seorang CEO, Marcel memiliki kewajiban untuk memimpin rapat tersebut. Keputusan penting mengenai perusahaan penting diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham beserta segenap kewenangan yang ada di dalamnya.
Pada rapat tersebut, dilaporkan laporan keuangan yang terdiri atas laporan perubahan modal, neraca akhir tahun buku baru dalam perbandingan dengan tahun buku sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, serta catatan atas laporan keuangan.
Setelah rapat selesai sekitar pukul 11 siang, Marcel pun kembali ke ruangannya. Marcel duduk di kursinya dan kemudian menyesap kopi yang telah disiapkan oleh sekretarisnya.
Setelah dua tegukan menikmati minumannya, Marcel meletakkan cangkirnya di meja. Kemudian Marcel menegakkan punggungnya dan membenarkan posisi duduknya. Marcel kemudian membuka sebuah ipad dan mulai memeriksa pekerjaannya, juga jadwal apa saja yang harus ia lakukan hari ini.
Seringkali Marcel merasa lelah dengan segala urusan pekerjaannya. Rutinitas yang harus dilaluinya, membuatnya tidak hanya letih fisik, tapi juga lelah batin.
Sejak kecil, Marcel telah dididik oleh dari kedua orang tuanya agar ia mampu mengemban tugas sebagai pewaris tunggal yang meneruskan bisnis orang tuanya. Marcel merupakan putra semata wayang dari Enrico Moeis, pemilik perusahaan tambang kedua terbesar Se-Asia Tenggara, PT. Permata Tambangraya TBK. Marcel hidup sebagai putra tunggal orang kaya raya dan itu bukanlah hal yang mudah. Kebanyakan orang berpikir bahwa tidak ada yang perlu ia khawatirkan dalam hidupnya. Namun tanpa orang-orang tau, selama ini yang terjadi di hidup Marcel merupakan pilihan orang tuanya, bukan sepenuhnya apa yang ia inginkan. Termasuk pernikahannya dengan almarhum istrinya.
Marcel berhenti sejenak dari kegiatannya, pria itu meletakkan ipad di tangannya. Marcel memperhatikan meja kerjanya, lalu matanya berpendar menatap sekeliling ruang kerjanya. Tidak ada satu pun kenangan berupa foto tentang mendiang istrinya, itu karena Marcel tidak mencintai perempuan yang ia nikahi, meski ia telah mencoba. Mungkin orang-orang bahwa berpikir Marcel mencintai almarhum istrinya, toh mereka bisa sampai memiliki seorang anak. Namun siapa yang tahu, seorang anak bisa hadir tanpa adanya rasa cinta. Membuat anak tidak selamanya berarti membuat cinta, bukan?
Setelah istrinya meninggal, Marcel ingin kembali mendapatkan seseorang yang masih memenuhi hatinya, yakni mantan kekasihnya. Namun rupanya ia telah terlambat berjuang. Pada akhirnya, Marcel benar-benar kehilangan sosok perempuan yang ia cintai. Sudah 3 tahun berlalu, Marcel mencoba melupakan orang itu. Marcel berpacaran dengan banyak gadis, hingga jumlahnya tidak terhitung.
Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu ruangan yang seketika membuat lamunan Marcel buyar.
“Masuk,” ujar Marcel.
Detik berikutnya pintu terbuka dan menampakkan sosok perempuan yang familiar bagi Marcel. Sosok itu seperti biasa tampak cantik, rambutnya coklat sebahu, hidungnya bangir, dan mata bulatnya berwarna coklat gelap yang alami tanpa perku menggunakan contact lens.
“Hai,” sapa perempuan berparas blasteran Asia Inggris yang masih berdiri di ambang pintu.
“Hai,” balas Marcel.
“Baby, I missed you so bad. Udah 3 hari kita nggak ketemu. Aku kerja, kamu juga kerja terus.”
Perempuan itu adalah Naomi Bachdim, kekasih Marcel saat ini.
Naomi lantas melangkahkan kakinya memasuki ruang kerja Marcel setelah menutup pintu.
“Kamu bukannya masih marah sama aku?” Marcel bertanya, atampak kerutan di keningnya. Marcel merasa bingung, Naomi yang biasanya keras kepala, kini berubah menjadi perempuan manis dan penurut dalam waktu singkat.
“Aku nggak marah sama kamu, Sayang,” ujar Naomi yang kini sudah berada tepat di hadapan Marcel.
Naomi mendekat pada Marcel, lalu perempuan itu meraih kedua lengan Marcel untuk melingkar di pinggangnya. Marcel lantas sedikit mendongak untuk menatap Naomi tepat di iris matanya.
“Besok kita take off pesawat jam 8 pagi ke Paris, ya,” ujar Naomi.
Oh, pantas saja, batin Marcel. Rupanya Arsen telah melakukan pekerjaannya dengan cukup baik.
Kemudian Naomi berujar lagi, “Arsen udah beli tiket buat kita. Katanya kamu ada urusan bisnis di Dubai tanggal 25. Jadi kita di Parisnya dua hari aja, habis itu aku ikut kamu ke Dubai. Gimana?”
“Okey,” jawab Marcel dengan nada suara yang terdengar kurang antusias.
“Kamu kayak nggak semangat gitu deh mau pergi sama aku,” ujar Naomi yang segera sadar akan sikap Marcel.
“Nggak gitu, Sayang,” ucap Marcel sambil berusaha menampilkan senyumnya. “Aku seneng bisa pergi sama kamu. Udah lama kita nggak spend time bareng, right?”
Naomi lantas mengangguk cepat dan tampak antusias. Naomi merasa bahwa ia hidup di dalam negeri dongeng, tepatnya setelah ia menjadi kekasih seorang Marcellio Moeis.
Rasanya Naomi bisa mendapatkan semua yang dirinya inginkan, dengan memiliki seorang pacar yang kekayaannya cukup untuk menghidupi 7 keturunan atau mungkin bisa lebih dari itu.
***
Terima kasih telah membaca Fall in Love with Mr. Romantic 🌹
Jangan lupa kasih masukan biar kedepannya bisa lebih baik lagi 💕
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~🍒