His Chance to Meet Her

Perjodohan berkedok pernikahan bisnis yang telah direncanakan orang tuanya sejak lama, sebenarnya tidak pernah mendapat persetujuan dari Marcel.

Marcel telah menolaknya. Namun orang tuanya tetap mempersiapkan pernikahan tanpa memedulikan perasaannya. Marcel merupakan korban dari keegoisan orang tuanya. Sejak kecil hingga beranjak remaja, Marcel sebenarnya sadar bahwa hidupnya bukanlah miliknya. Marcel adalah pewaris tunggal karena ia merupakan putra sematawayang orang tuanya. Maka segala yang Marcel miliki dalam hidupnya, yakni harta, tahta, dan privilege, disadrinya tidak semata Marcel dapatkan tanpa imbalan. Di dunia ini memang tidak ada yang gratis, bukan?

Bertahun-tahun Marcel telah hidup dalam tekanan dan penderitaan. Marcel ingin keluar dan berhenti dari semua rasa sakit itu. Maka yang perlu Marcel lakukan adalah mendapatkan kebahagiaannya, meski itu harus menentang keputusan orang tuanya.

Pernikahan semakin dekat, segala persiapan dilakukan oleh kedua keluarga. Namun Marcel kerap menghindar dari segala yang berurusan dengan pernikahannya. Ia menyuruh asistennya untuk mengurus pernikahannya. Dengan alasan pekerjaan, Marcel sebisa mungkin tidak ingin ikut andil dalam mempersiapkan urusan pernikahannya.

Siang ini Marcel berada di ruang kerjanya. Marcel melirik layar ponselnya untuk yang kesekian kali. Oh, tidak. Kebiasaan tersebut sudah terjadi begitu saja. Marcel lakukan secara berulang akhir-akhir ini. Marcel yang sebelumnya terbilang jarang mengecek ponselnya, kini jadi lebih sering melakukannya. Semata Marcel lakukan karena hanya ingin memastikan apakah seseorang yang ia rindukan menghubunginya, atau ada kabar baik dari orang suruhannya yang ia minta untuk mencari keberadaan kekasihnya.

Marcel memutuskan kembali fokus pada layar ipadnya setelah tidak menemukan pesan yang diharapkannya. Hari ini Marcel tetap bekerja ke kantor meski sebenarnya kondisi tubuhnya belum sungguhan membaik. Marcel kemarin mendapat penanganan dari dokter karena tubuhnya yang tiba-tiba drop. Namun karena masih ingin bekerja, jadinya Marcel bekerja sambil mendapati selang infus di tangannya.

Baru beberapa detik Marcel kembali pada pekerjaannya, tiba-tiba layar ponselnya menyala, menandakan ada sebuah pesan yang baru saja masuk.

Marcel segera mengambil ponselnya dan melihat layarnya. Begitu melihat ID name di sana, Marcel segera menghembuskan nafasnya, tanda bahwa ia tampak kecewa karena pesan itu bukan dari seorang yang ia harapkan.

Pesan tersebut dari Ghea, perempuan yang dijodohkan dengannya. Marcel tidak berniat membalas pesan itu, lantas hanya membiarkannya masuk ke ponselnya, tapi juga tidak dibaca.

Dua detik berikutnya, sebuah telfon masuk ke ponselnya, rupanya itu adalah dari Ghea. Marcel tidak mengangkat panggilan itu, ia mengabaikannya begitu saja dan memilih untuk tetap fokus pada ipadnya.

Marcel tampak tidak terganggu dengan dering ponsel itu. Sama seperti hatinya yang seperti sudah mati dan beku, rasanya tidak bisa terbuka untuk perempuan lain. Hanya ada satu orang yang telah memilikinya, dan itu bukanlah perempuan yang kini tengah berusaha menghubunginya.

Hingga 3 kali panggilan itu tidak dijawab oleh Marcel, akhirnya Ghea tidak lagi menghubunginya.

Marcel pikir semuanya telah selesai, tapi rupanya tidak. Pintu ruangannya di ketuk dan Marcel segera mendapati Arsen di ambang pintu.

“Bos, lo nggak angkat telfonnya Ghea?” Arsen bertanya to the point.

“Kenapa emangnya?” Marcel justru balik bertanya, membuat Arsen menghembuskan nafasnya.

“Ghea barusan nelfon ke nomor kantor, terus diangkat sama Andra. Dia nanya kenapa lo nggak angkat telfonnya,” terang Arsen.

“Andra tau kan harusnya dia bilang apa ke Ghea?” sahut Marcel cepat.

Arsen mengangguk, tapi kemudian lelaki itu berujar lagi. “Tapi hari ini Ghea mau ngajak lo ketemu sama desainer yang bakal ngerancang baju resepsi pernikahan.”

“Bilang aja gue nggak bisa dateng, gue ada meeting atau apa pun itu. Andra udah tau harus gimana hadapin situasi ini. Lo juga tau kan, kalau gue nggak mau turun tangan,” ujar Marcel.

“Tapi lo nggak bisa menghindar kayak gini terus,” ucap Arsen. Arsen tahu mungkin Marcel akan kesal dengan apa yang ia ucapkan, tapi bagaimana pun Arsen tidak bisa membiarkan Marcel terus seperti ini.

“Lo harus tau satu hal dan ini penting,” ucap Arsen akhirnya. Arsen sebenarnya sudah tau, tapi memang belum memberitahu Marcel tentang hal yang diketahuinya itu.

“Apa?” Marcel menyahut dengan tampang tanpa ekspresi. Arsen pun berpikir bahwa bosnya itu sudah seperti manusia yang telah kehilangan separuh nyawanya, lebih tepatnya sejak kepergian seorang perempuan di hidupnya.

“Kemungkinan lo bisa ketemu sama Oliv. Kemarin waktu lo nggak dateng ke rapat buat bahas rencana pernikahan lo, gue sama Andra dapet info penting dari WO yang ngurus di sana. Lo harus tau, alamat butik yang bakal Ghea datengin, itu alamat butiknya Oliv,” terang Arsen panjang lebar.

Mendengar penurutan itu, Marcel segera meminta Arsen mengatakannya sekali lagi.

Lekas Arsen berujar lagi untuk menjelaskan sejelas-jelasnya. “Dengerin gue. Jadi desainer yang Ghea minta buat bikini gaun resepsi, kemungkinan desainer itu Oliv. Karena alamat butik yang gue dapetin, itu adalah alamat butiknya Oliv. Lo yakin nih lo nggak mau ke sana?”

***

Terima kasih telah membaca Fall in Love with Mr. Romantic 🌹

Jangan lupa kasih masukan biar kedepannya bisa lebih baik lagi💕

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍒