His Efforts

Sudah tiga hari berlalu sejak Fabio terang-terangan mengatakan ia tidak merestui hubungan anaknya dengan Alvaro. Sienna telah mengetahui semuanya. Oleh karena itu, Sienna meminta Alvaro untuk sementara tidak datang ke rumahnya. Namun pada dasarnya, Alvaro nekat dan keras kepala. Malam ini Alvaro mengantar Sienna pulang ke rumahnya, dan berakhir bertemu dengan Fabio di sana.

“Malam, Om,” ucap Alvaro yang kemudian menyalami tangan Fabio. Fabio nampak berekspresi datar, meskipun akhirnya ia mempersilakan Alvaro untuk duduk di ruang tamu. Sienna berlalu dari hadapan kedua lelaki beda generasi itu.

Tidak lama kemudian, Sienna telah kembali dengan dua buah gelas berisi minuman. Satu diletakkan di dekat Fabio, dan satunya lagi ia letakkan di dekat Alvaro.

“Om, ada hal yang ingin saya sampaikan sama Om,” Alvaro membuka suaranya. Sienna menatap Alvaro dengan tatapan khawatirnya. Namun Alvaro mengisyaratkan dari pada Sienna, bahwa Sienna tidak perlu mengkhawatirkan apa pun.

Fabio melayangkan tatapannya pada Alvaro dan Sienna. Dari sorot matanya, Fabio tidak bisa berbohong kalau ia tidak suka terhadap kekasih anak gadisnya itu.

“Saya paham betul Om memprioritaskan kebahagiaan Sienna. Saya sudah memikirkan dan membuat keputusan.” Alvaro menjeda ucapannya sesaat. Kalau sebelumnya, lelaki yang menjalin hubungan dengan Sienna akan langsung mundur begitu Fabio tidak merestui, kali ini justru sebaliknya. Sepertinya Alvaro memang memiliki nyali yang tinggi dan tekad yang kuat. Buktinya lelaki ini masih berani menampakkan batang hidungnya di hadapan Fabio, saat jelas-jelas Fabio bersikap antipati padanya.

“Saya akan memperjuangkan Sienna, Om. Saya akan berusaha meyakinkan dan membuat Om memberi restu untuk hubungan kami. Saya minta tolong, berikan saya kesempatan untuk menunjukkan kalau saya pantas untuk Sienna.”

Fabio masih diam di sana. Kedua rahangnya yang tampak mengeras. Tatapan dingin dari kedua mata Fabio, seperti sudah memberikan Alvaro jawaban tanpa perlu disampaikan melalui frasa.

“Pah, tolong pertimbangkan dulu,” ujar Sienna dengan nada memohonnya.

Permohonan Sienna tidak digubris oleh Fabio. Fabio memutuskan tetap kekeuh dengan keputusannya di awal. “Sienna, papa tetap tidak setuju,” ujar Fabio dengan nada tegasnya.

“Kalau kalian tetap ingin melanjutkan hubungan, silakan. Itu adalah pilihan dan konsekuensi untuk kalian berdua. Papa tidak bisa berbuat apa-apa, kan?” ujar Fabio. Kalimat yang terlontar dari sosok laki-laki yang selama ini Sienna sayangi dan hormati itu, rasanya begitu mampu menghujam dada Sienna. Sienna menatap papanya dengan tatapan terluka. Belum pernah Sienna merasa sesakit ini saaat mendapati seseorang yang ia sayang, justru menolak sosok laki-laki lain yang juga ia sayangi.

“Restu orang tua itu penting, dan papa yakin kalian paham soal itu. Tapi kembali lagi, Papa nggak bisa berbuat apa pun kalau putri Papa masih keras kepala.” Usai mengucapkan dua kalimat itu, Fabio beranjak dari posisinya dan berlalu dari hadapan Sienna dan Alvaro.

Selama beberapa menit, tidak ada percakapan antara Alvaro dan Sienna. Keduanya sama-sama terdiam dan terlalu banyak pikiran yang mengantre di dalam benak mereka.

Sampai akhirnya, Alvaro mengatakan bahwa ia harus pamit pulang. “Don’t think about it too much, oke?” ujar Alvaro sambil menatap Sienna lekat.

“Al, tapi—”

“Wajar beliau belum merestui kita, Sienna. Your dad really loves you, so what he did is not wrong.”

Kenyataan memang sulit, tapi itulah yang harus Sienna dan Alvaro hadapi.

Sienna mengantar Alvaro sampai pagar rumahnya. Sebelum Alvaro berlalu dari sana, Alvaro mengarahkan tangannya untuk mengusap puncak kepala Sienna. “Sienna, percaya sama gue ya. Gue nggak akan nyerah dan mundur. Gue akan yakinin papa lo, sampai beliau ngerestuin kita.”

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭