I Can’t Hug You Like Before I Always Did

Arsen memberitahu Marcel bahwa kemungkinan Marcel bisa bertemu dengan Olivia di butik. Ada kemungkinan bahwa Olivia telah kembali dan menjadi desainer yang akan merancang gaun untuk Ghea, skelaigus juga membuat tuxedo untuk Marcel di hari pernikahannya.

Hari ini memang merupakan jadwal Marcel dan Ghea untuk bertemu dengan desainer yang merancang pakaian untuk resepsi. Alamat butik tempat desainer itu adalah alamat butik milik Olivia.

Marcel pun segera beranjak dari posisinya dan tidak memikirkan apa pun lagi untuk pergi ke butik itu. Arsen memberitahu Marcel sebuah informasi lain yang mengejutkan, bahwa Olivia dan Ghea memiliki hubungan keluarga, yakni keduanya adalah saudara sepupu.

“Sen,” ujar Marcel tepat begitu Arsen menghentikan mobil di depan sebuah tempat yang jelas sangat familiar bagi Marcel. Jelas, karena tempat itu merupakan butik milik Olivia.

“Gue pengen ketemu Oliv, tapi semuanya kayak percuma aja,” ujar Marcel dengan tatapan kosongnya.

“Maksud lo?” Arsen bertanya.

“Emangnya gue bisa masuk ke sana, terus gue bilang ke Ghea kalau Oliv itu pacar gue, dan gue pengen batalin pernikahan karena gue cinta sama Oliv, bukan orang lain.”

Arsen kembali menghembuskan nafas panjangnya mendengar kalimat Marcel. Sepertinya ia harus banyak-banyak bersabar. “Lo cinta boleh, tapi jangan jadi goblok,” ujar Arsen akhirnya.

“Lo bilang apa? Lo ngatain gue barusan?” cetus Marcel.

“Iya, gue ngatain lo. Itu bukan gaya lo banget, Bos. Inget, lo itu pinter. Lo lulusan S2 Havard, anjir. Sekarang lo masuk ke sana bukan untuk bilang kalau lo nggak akan nikah sama Ghea dan lo cuma cinta sama Oliv. Tapi lo masuk ke sana buat cari tau, Oliv bener ada di sana atau engga. Oliv beneran udah balik atau engga. Katanya lo cinta sama Oliv, menurut gue ini saatnya lo berjuang kalau lo emang mau perjuangin dia.”

Perlahan akhirnya Marcel mengangguk dan setuju dengan Arsen. Marcel pun mengakui bahwa beberapa detik lalu, dirinya telah berpikir dengan begitu bodoh. Jelas itu sama sekali bukan gayanya. Ke mana Marcel yang pantang menyerah dan bisa menyusun strategi dengan baik dalam mendapatkan sesuatu?

“Oke. Gue bakal masuk ke sana untuk tau dulu situasinya. Habis itu gue bakal susun strategi,” ujar Marcel memutuskan.

“Strategi untuk apa?” Arsen bertanya.

“Yaa strategi untuk bikin Oliv balik lagi sama gue dan gue bakal perjuangin dia. Gue nggak mau nikah sama perempuan lain, kecuali itu Oliv,” ujar Marcel.

Baiklah. Arsen kini sungguh percaya bahwa cinta dapat membuat seseorang menjadi hampir gila dan kadang bisa sedikit bodoh. Bahkan Marcel yang notabenenya pintar dan jenis di mata Arsen selama ini, bisa seketika dibuat terlihat bodoh hanya karena cinta.

***

Marcel melangkahkan kaki panjangnya memasuki bangunan dengan nuansa putih dan krem yang sudah sangat fameliar baginya.

Ketika Marcel sudah membawa dirinya masuk, pandangannya lekas hanya tertuju pada satu orang. Olivia sungguh ada di sana. Marcel melihat kembali sosok yang rasanya begitu ia rindukan. Namun Marcel tidak bisa membawa tubuh itu untuk ia dekap, untuk menebus semua rasa rindunya.

Secara nyata, kini kedua netra Marcel mendapati sosok Olivia, sosok yang telah memiliki hatinya itu berjarak tidak jauh dari posisinya berdiri saat ini.

Kehadiran Marcel di butik itu lekas sadari oleh Ghea. Ghea yang sebelumnya tengah mengobrol dengan Olivia, segera berjalan menghampiri Marcel, lalu membawa Marcel untuk bertemu dengan Olivia.

“Tadi asisten kamu bilang, katanya kamu nggak bisa dateng?” Ghea bertanya pada Marcel, tanpa perempuan itu tahu bahwa Marcel tidak fokus pada pertanyaannya dan justru tengah menatap ke arah Olivia.

“Cel?” Ghea berujar lagi, lekas Marcel pun tersadar.

“Eh iya. Sorry. Kenapa?” Marcel kini mengalihkan tatapannya pada Ghea.

“Oh, nggak papa, nggak terlalu penting. Yang penting sekarang kamu udah di sini. Oh iya, aku mau ngenalin kamu ke Kak Oliv. Kak Oliv ini Kakak sepupuku dari keluarga Papaku,” ujar Ghea yang langsung mengenalkan Marcel dengan Olivia.

Seketika Marcel dan Olivia saling bertukar pandang. Lebih tepatnya dari tadi Marcel sudah menatap Olivia, tapi baru saat ini Olivia akhirnya menatap ke arah Marcel.

Olivia kemudian lebih dulu mengulurkan tangannya kepada Marcel, bersikap seolah perempuan itu tidak mengenal Marcel. Dari cara Olivia menatapnya, Marcel tahu Olivia tengah berusaha keras berakting bahwa ia tidak mengenal Marcel. 2 orang karyawan Olivia di sana juga tampak tidak mengenali Marcel, padahal mereka sebelumnya jelas tahu bahwa Marcel adalah kekasih atasan mereka.

Marcel akhirnya menyambut uluran tangan Olivia, tangan mereka pun saling berjabatan.

“Olivia,” Olivia berujar menyebutkan namanya.

“Marcel,” ucap Marcel.

Hanya dua detik jabatan tangan itu terjadi, kemudian Olivia segera menarik tangannya agar terlepas dari Marcel.

Setelah itu Olivia mengajak kliennya, yakni Ghea dan Marcel untuk mendiskusikan pakaian yang akan Olivia rancang untuk dipakai di hari pernikahan dua sejoli itu.

Olivia berakting dengan begitu bagus, bahkan karyawannya juga. Sampai-sampai Marcel dibuat tercengang dan hanya menatap nanar kepada Olivia.

Perasaan Marcel campur aduk. Ternyata sesakit ini rasanya mendapati seseorang yang kamu cintai berada di hadapanmu, tapi kamu sama sekali tidak bisa menggapainya. Sepertinya takdir memang tidak merestui mereka untuk bersama.

***

Sebelumnya Ghea telah menyampaikan keinginannya terkait model gaun pernikahannya kepada Olivia, yang akhirnya kemarin sudah sempat Olivia buatkan sketsanya.

“Jadi sesuai yang kamu pengen untuk gaunnya, biar kesan anggun dan femininnya terlihat, nanti dibagian bahu aku akan buat bentuk sabrina kayak ballgown-nya Cinderella. Untuk bahannya aku buat full payet nantinya, jadi kesan glamnya juga dapet. Seperti ini kira-kira gambarannya, silakan kamu liat dulu,” jelas Olivia pada Ghea.

Olivia pun mengeluarkan sketsa rancangannya dan tengah menunjukkannya kepada Ghea.

Olivia lalu juga mempresentasikan sketsa untuk tuxedo yang warnanya akan dibuat senada. Tuxedo itu nantinya akan dikenakan oleh Marcel pada saat acara resepsi. Warna yang dipilih Ghea adalah broken white, dan Ghea memang ingin warna gaunnya selaras dengan pakaian pengantin prianya.

Sedari tadi Olivia menjelaskan, Marcel sama sekali tidak bisa fokus dan mendengarkan penjelasan tentang rancangan yang dibuat oleh Olivia. Semuanya seperti masuk ke telinga kanannya, lalu keluar melalui telinga kirinya.

Selama Olivia mempresentasikan prototype desainnya di hadapannya dan juga Ghea, Marcel secara sengaja tidak melepaskan pandangannya dari Olivia.

Hal tersebut jelas disadari oleh Olivia, membuat perempuan itu nampak khawatir dan tidak nyaman akan itu. Olivia takut bahwa Ghea akan menyadari kelakuan Marcel yang sedari tadi terus menatap ke arahnya.

“Oh iya, Ghea. Kebetulan aku ada contoh gaun yang mirip kaya sketsa ini. Kalau mau fitting dulu, bisa dicoba. Gimana?” Olivia menawarkannya pada Ghea, agar Ghea dapat gambaran kira-kira seperti apa pakaian yang nanti digunakan.

“Boleh banget Kak kalau gitu. Aku mau ya. Kalau untuk tuxedo-nya ada juga ngga Kak?” Ghea langsung menyambut tawaran itu dengan antusias.

“Ada kok,” Olivia menjawab dan segera meminta karyawannya untuk mengambilkannya.

Kemudian tidak lama kemudian, 2 orang karyawan di butik itu membawakan sepasang pakaian yang tampak begitu menawan. Sebuah gaun dengan bahu berbentuk sabrina dan penuh payet akan dicoba dikenakan oleh Ghea. Serta satunya lagi adalah sepasang tuxedo dan celana bahan panjang untuk sang calon pengantin pria, yang sepertinya tampak pas ukurannya untuk Marcel. Tuxedo itu nampaknya cocok untuk tubuh tegap dan jangkung Marcel.

Dengan langkah beratnya, Marcel akhinya membawa dirinya untuk ke ruang ganti. Marcel akan mengganti stelannya dengan tuxedo itu di salah satu bilik ruangan fitting. Sedangkan Ghea akan dibantu menggunakan gaun itu bersama Olivia dan karyawan butiknya.

Marcel rupanya telah selesai lebih dulu beberapa menit kemudian. Pria itu lekas membawa dirinya kembali ke tempat semula.

Marcel mendapati Ghea tengah mengenakan gaun yang cantik itu. Namun tatapan Marcel tidak juga bisa tertuju pada calon mempelai wanitanya. Melainkan netranya menatap pada sosok di samping Ghea yang tengah membantu perempuan itu dengan gaunnya.

Ghea kini sudah selesai dengan gaunnya. Ghea kemudian melangkah mendekat pada Marcel. Ghea berdiri di samping Marcel dan keduanya menghadap pada kaca full body yang ada di hadapan mereka.

Marcel diam saja di sana tanpa ekspresi apa pun di wajahnya. Marcel mendapati Olivia menatapnya dan Ghea. Kekasihnya menatapnya dengan perempuan lain dan tengah tersenyum. Namun Marcel tahu itu adalah sebuah senyum kepedihan dan terlihat menyakitkan.

Benar. Olivia tersenyum, tapi hatinya terasa sungguh sakit. Kedua lulutnya seketika lemas, rasanya seperti jelly. Olivia baru akan melangkah untuk mencapai kursi, ia ingin duduk karena rasanya sulit bagi kedua kakinya untuk menopang tubuhnya.

Namun belum sempat sampai Olivia menjangkau kursi di depan matanya, tubuhnya yang terasa lemas hampir saja ambruk, kalau saja karyawannya tidak segera memegang lengannya.

“Bu, Ibu nggak papa?” ujar Lia yang tengah menopang tubuh Olivia. Sontak kejadian itu mengundang perhatian Ghea, dan terlebih Marcel yang langsung serta merta menatap ke arah Olivia. Olivia pun mendapati tatapan khawatir itu dari kedua netra Marcel.

Tidak, Olivia tidak boleh jatuh saat ini. Dirinya harus kuat, agar Marcel tidak mengetahui kondisinya.

“Saya nggak papa, Lia,” ucap Olivia yang lekas mencoba untuk berdiri sendiri tanpa bantuan Lia. Namun Lia rupanya tidak melepas Olivia, karena karyawannya itu tahu soal keadaannya yang tengah mengandung.

Lia baru akan membopong Olivia ke kursi, tapi yang terjadi justru semakin parah. Olivia terjatuh pingsan dan segera mengundang perhatian semua orang yang ada di sana.

Terdengar sayup-sayup suara Lia memanggil nama Olivia, yang masih bisa didengar Olivia. Namun di antara semua suara yang memanggilnya itu, Olivia mendengar sebuah suara yang begitu fameliar baginya.

Itu adalah suara Marcel yang memanggil namanya secara spontan, seolah pria itu telah mengenal Olivia dan begitu khawatir mendapati Olivia terjatuh di depan matanya.

Setelah mendengar suara Marcel itu, Olivia benar-benar pingsan dan menutup matanya. Hingga kini semuanya tampak gelap bagi Olivia dan ia tidak mendapati apa pun lagi.

***

Terima kasih telah membaca Fall in Love with Mr. Romantic 🌹

Jangan lupa kasih masukan biar kedepannya bisa lebih baik lagi💕

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍒