I Would Definitely Lost Her

Hidup setiap manusia sesungguhnya dipenuhi oleh kejutan, karena apa yang akan terjadi hakikatnya tidak dapat diprediksi. Namun bagi Arsen, terlalu banyak kejutan di dalam hidupnya, terlebih sejak ia mengabdikan dirinya untuk bekerja menjadi asisten Marcel.

Setelah acara fashion show yang dihadiri oleh Marcel, pria itu memberi sebuah tugas kepada Arsen. Marcel memang memiliki beberapa asisten dan setiap orang yang bekerja dengannya, memiliki spesialisasi mereka masing-masing. Arsen memiliki spesialisasi tugas untuk mengurus apa pun yang berhubungan dengan urusan percintaan Marcel.

Di luar prediksi Arsen, Marcel memerintahkannya untuk mencari tahu tentang perempuan yang ia lihat di acara pameran fashion itu. Namun perempuan itu bukanlah Anneth, melainkan seorang perempuan yang merupakan temannya Anneth.

Segala yang memungkinkan bisa didapat, harus didapatkan, karena Marcel memerlukan informasi tersebut.

Sudah terhitung dua hari Arsen mencari informasi mengenai Olivia, gadis yang sukses membuat Marcel tertarik. Kini Arsen telah mendapatkannya dan akan memberi data tersebut kepada Marcel. Arsen mengumpulkan informasi tentang Olivia di sebuah dokumen berformat PDF yang telah ia kirimkan ke email Marcel.

Begitu Arsen sampai di ruangan Marcel, atasannya itu memintanya untuk membacakan hasil temuannya.

Marcel sedang cukup sibuk dengan pekerjaan di ipad-nya, jadi ia tidak punya waktu untuk membaca dokumen yang diberikan Arsen.

“Oke. Nama lengkapnya Olivia Agatha Christie, umurnya tiga puluh tahun. Dia punya studio, tapi orang-orang lebih sering nyebutnya butik, dan sekarang udah dikenal sama banyak orang. Butik itu jadi tempat buat Olivia merancang gaun pernikahan yang dipesen sama klien. Diperkirakan pendapatan Olivia tiap bisa sampai di angkat 3 digit. Klien-klien Olivia selama ini, nggak cuma di dalam negeri, tapi di luar negeri. Jadi rancangannya bisa dibilang udah mendunia. Hourglass Studio by Olivia Christie, itu nama perusahaannya.”

Arsen menjeda ucapannya sesaat, ia lantas beralih ke halaman berikutnya. “Olivia pernah pacaran sama putra sulung pengusaha otomotif, namanya Rendy Adhiyasa. Terus dia juag pernah pacaran cukup lama sama Erlangga Ganindra, anak pemilik perusahaan start up e-commerce yang logonya warna orange itu. Habis itu ada Vero Aldric Siahaan, pengacara yang usianya 35 tahun, punya firma hukum sendiri dan udah banyak memenangkan kasus-kasus besar di pengadilan. Habis itu ada—”

Wait. Apa sisanya masih orang yang berpengaruh?” Marcel menginterupsi penjelasan Arsen.

“Engga sih. Orang biasa kayaknya, paling banter punya jabatan tinggi di advertising agency sama pengusaha kecil.”

“Oke. Kalau gitu, udah cukup sampai di sana soal mantannya Olivia.” Marcel mengatakan pada Arsen, bahwa deretan mantan kekasih Olivia jika selanjutnya tidak cukup berpengaruh, maka Marcel tidak perlu menegtahuinya. Karena bagi marcel, mereka tidak sebanding dengannya, dan Marcel hanya butuh tau siapa sajas mantan Olivia yang sekiranya dpaat ia jadikan patokan seperti apa lelaki yang disukai Olivia.

“Kalau tentang keluarganya? Ada informasi?” Marcel bertanya.

“Gue nggak nemu informasi tentang keluarganya. Tapi kayaknya sih Olivia tinggal sendiri dan dia punya apartemen di darah Jakarta Selatan.”

“Oke. Gue punya tugas lagi untuk lo. Gue mau lo cari tau, kira-kira di kesempatan atau acara apa, yang memungkinkan gue untuk bisa ketemu sama Olivia.”

Marcel tertarik kepada Olivia dan berencana melihat sosok itu untuk yang kedua kalinya. Jika pertemuan pertama adalah sebuah takdir atau pun kebetulan, maka bagi Marcel pertemuan kedua adalah sebuah rencana yang bisa pria itu atur dengan baik.

***

Marcel telah menerima informasi yang dikirim oleh Arsen ke emailnya. Arsen membuat beberapa rencana yang nantinya akan di seleksi kemabli oleh Marcel. Dari 3 rencana yang dibuat Arsen, Marcel pun akhirnya telah memilih 1 renana. Marcel akan bertemu dengan Olivia di sebuah acara pernikahan. Bagaimana hal tersebut dapat terwujud? Jawaban jelasnya adalah karena adanya uang dan koneksi.

Olivia merancang gaun untuk calon istri sahabatnya dan dipastikan akan menghadiri acara resepsi pernikahan yang diselenggarakan minggu depan.

Marcel akhirnya telah memutuskan menempuh sebuah cara, agar ia bisa hadir di acara tersebut. Namun tentunya seperti bagaimana mestinya, pria itu harus menjaga citranya. Maka Marcel akan datang ke acara tersebut bukan sebagai sosok sebagai tamu biasa.

Marcel telah merencanakan sesuatu dengan tujuan, nantinya Olivia akan mengetahuinya sebagai Marcellio Moeis, yakni seorang pengusaha muda yang memiliki pengaruh besar di dunia bisnis.

***

Satu minggu kemudian.

Pukul 7 di hari Sabtu malam, Marcel telah sampai di tempat tujuannya. Sebuah gedung berkapasitas besar itu, menjadi tempat diadakannya sebuah pernikahan dari putri seorang pengusaha pertambangan minyak.

Seperti yang Marcel inginkan, ia hadir bukan sebagai tamu biasa. Marcel menjalin hubungan bisnis dengan Hari Tanoesudibyo, pengusaha berusia 60 tahunan, yang merupakan orang tua dari orang yang mengadakan resepsi ini.

Pesta di gedung itu tampak berjalan seperti pesta pada umumnya. Para tamu menikmati hidangan yang telah disajikan, sebagian lainnya sedang memberi selamat pada kedua mempelai di atas pelaminan dan melakukan sesi foto.

Marcel baru saja melangkah memasuki ballroom tempat di mana pesta tengah berlangsung. Sebagian pasang mata yang kebetulan berpapasan dan menyadari eksistensi Marcel, seketika menatap ke arahnya selama beberapa detik. Marcel tidak tahu pasti, tapi sepertinya mereka mengenal siapa dirinya.

Terlihat sendirian di tengah banyak orang, tentunya bukan style seorang Marcel. Maka malam ini, Marcel terpaksa mengajak sepupu perempuannya untuk menemaninya datang ke acara ini.

“Cel, demi deh gue males banget sebenernya pergi sama lo berdua gini,” Cassandra berucap pelan di dekat Marcel.

“Kenapa? Lo takut penangkaran buaya lo tutup habis ini?” balas Marcel dengan nada jenaka.

“Iyalah. Kisah cinta lo tuh udah jadi perbincangan banyak orang. Kelakuan lo yang pacaran terus, bikin Om Enrico sama Tante Valerie pusing, tau nggak,” ucap Cassandra panjang lebar.

Marcel hanya tertawa sekilas mendengar ucapan sepupunya itu. Sebenarnya di balik tawa itu, Marcel tengah menertawakan dirinya sendiri. Sebegitu terlihatkah bahwa Marcel hidup dalam aturan orang tuanya? Hingga Cassandra sepertinya paham bahwa kedua orang tuanya kerap kali tidak setuju ketika Marcel menjalin hubungan dengan yang bukan pilihan mereka.

“Kalau besok keluar rumor, tinggal bilang kalo lo sepupu gue, gampang kan. Tenang aja, penangkaran buaya lo bakal aman,” ucap Marcel dengan nada santai.

“Mungkin bakal ada yang percaya, tapi lebih banyak yang nggak percaya, Cel. Secara kita sepupu jauh, nama keluarga kita juga beda. Yang ada nih ya, gue bakal dikira gebetan baru lo setelah lo end up sama Naomi,” ujar Cassandra seperti sudah dapat memprediksi apa yang akan terjadi berkat ia yang malam ini pergi berdua dengan Marcel.

“Lo mau apa dari gue? Porsche keluaran terbaru?” cetus Marcel dengan cepat.

Cassandra meneguk minuman di gelas rampingnya satu tegukan, lalu perempuan bermata sipit itu berujar, “Hmmm .. boleh sih. Sepupu gue emang loyal dan pengertian ya. By the way, pasti lo punya tujuan dateng ke acara ini. Seorang Marcellio Moeis, bukan style-nya banget buat dateng ke acara pernikahan anak kolega bisnisnya, kalau nggak ada tujuan bisnis yang menguntungkan, ya pasti ada tujuan lain.”

Marcel meneguk minuman di gelasnya satu tegukan, lalu pria itu berujar, “Yes. You knew me so well, my cousin.” Marcel masih berada di tempatnya, tapi kedua matanya memindai sebisa mungkin untuk mencari sosok yang menjadi alasannya datang ke acara ini.

Di antara banyaknya orang, tidak terlalu jauh dari posisinya, Marcel mendapati sekumpulan perempuan yang menggunakan pakaian seragam. Mereka pasti adalah bridesmaid yang telah dipilih sang pengantin perempuan.

Marcel menduga bahwa sosok yang ia cari merupakan salah satu dari mereka.

“Cel, hello,” celetuk Cassandra sembari mengibaskan tangannya di depan wajah Marcel.

“Cel, lo liat apa sih?” Cassandra mengikuti arah pandang Marcel, tapi belum juga menemukan jawaban.

“Tepat di arah jam sembilan,” ujar Marcel tanpa mengalihkan tatapannya.

Cassandra yang sungguh penasaran pun akhirnya mencoba mengikuti arah yang diinstruksikan oleh Marcel. Cassandra melihat tepat ke arah jam sembilan dari posisinya saat ini.

Cassandra lantas menemukan sosok perempuan yang kira-kira tingginya tidak jauh berbeda dengannya. Perempuan itu mengenakan sebuah dress berwarna putih gading, dan rambut coklat gelapnya di keriting di bagian bawah. Perempuan tersebut tengah mengobrol bersama teman-temannya, lalu tersenyum ramah pada orang-orang. Dari cara perempuan itu bicara saja, Cassandra kagum pada image anggun yang ditunjukkan perempuan itu.

“Dia siapa Cel?” Cassandra menoleh kembali pada Marcel dan bertanya untuk menjawab rasa penasarannya.

“Lo nggak bisa nebak?” Marcel malah balik melemparkan pertanyaan sambil memainkan gelas bening ramping di tangannya.

Oh, god. Dia .. cewek inceran lo selanjutnya?” cetus Cassandra yang langsung tepat sasaran. Gadis itu yakin bahwa dirinya benar, karena ia tahu tabiat sepupunya, serta gelagat yang Marcel tunjukkan saat ini adalah hanya jika pria itu sedang mengincar seorang perempuan.

“Segininya lo sampe beli saham di perusahaannya Hari Tanoesudibyo buat dateng ke acara ini karena cewek itu juga dateng? Padahal kan lo bisa dateng tanpa beli saham, Cel. Why? Gue nggak paham deh sama lo. Lo bener-bener kebanyakan uang ya?”

Kinda,” ujar Marcel menjawab pertanyaan terakhir Cassandra.

Damn. Terus sekarang lo mau ngapain? Lo mau samperin tu cewek terus ngajak kenalan?”

Nope,” ujar Marcel.

Cassandra bodoh, batin Cassandra memaki dirinya sendiri. Gaya tersebut jelas-jelas tidak cocok untuk seorang Marcel.

I want to make sure that I really have interest on her, before I get her. Karena waktu gue liat dia pertama kali, gue nggak punya banyak waktu dan kesempatan untuk mastiin,” terang Marcel.

So, sekarang lo udah dapet jawabannya?” Cassandra bertanya.

“Hmm,” gumam Marcel. “I will get her,” lanjutnya dengan nada tanpa keraguan.

Marcel lantas meneguk minumannya sekali lagi, lalu ia kembali berujar, “Kalau sekarang gue secara langsung ngajak dia kenalan, I would definitely lost her. Perempuan itu hakikatnya punya rasa ingin tau yang tinggi, jadi gue punya cara sendiri untuk bikin dia penasaran dan akhirnya tertarik.”

Setelah penjelasan yang Marcel paparkan itu, Cassandra benar-benar dibuat speechless oleh pemikiran cerdas sepupunya itu.

Marcel selalu memiliki caranya sendiri dalam mendapatkan apa yang ia mau, termasuk soal perempuan. Cassandra tidak dapat memungkiri, bahwa sepupunya itu memang sangat handal dalam urusan memenangkan hati para perempuan.

***

Terima kasih telah membaca Fall in Love with Mr. Romantic 🌹

Jangan lupa kasih masukan biar kedepannya bisa lebih baik lagi 💕

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~🍒