Intermezzo : Something Never Changed

Flashback saat hubungan Raegan dan Kaldera berusia satu minggu.

Raegan baru saja sampai di rumah, dan ia tidak menemukan keberadaan Kaldera. Raegan bergegas bertanya pada mbak Yuni, karena ia tidak menemukan Kaldera di kamar gadis itu. Mbak Yuni pun memberi tahu bahwa Kaldera tadi sempat pergi ke kamar Zio.

Di sini lah Raegan sekarang, di depan kamar Zio. Tangan Raegan meraih gagang pintu, lalu tanpa menunggu apapun ia membukanya dan masuk ke dalam.

“Kal—” panggilan Raegan seketika terhenti begitu saja. Raegan melihat Kaldera tertidur di kasur dengan posisi menyamping. Raegan lantas mengambil posisi di tepi kasur. Sejenak Raegan memperhatikan wajah tidur Kaldera.

Ternyata sedalam ini perasaan Raegan pada Kaldera. Hanya dengan melihat Kaldera, hatinya berdebar. Hanya dengan menatap wajah ini, Raegan bahagia. Sekarang Raegan juga mengerti alasan Redanzio mencintai sosok Kaldera sedalam ini.

Raegan masih mengamati wajah cantik nan manis itu. Kemudian Raegan tergerak untuk mendekat pada Kaldera dan hampir saja menyematkan sebuah kecupan di puncak kepala gadisnya. Namun sebelum itu terjadi, aksi Raegan terhenti saat Kaldera membuka netranya dan kini tengah menatap ke arahnya. Kaldera terbangun dari tidurnya saat Raegan akan melakukan itu.

Raegan menjauhkan tubuhnya dengan cepat, pria itu segera mengalihkan tatapannya ke arah lain. Kaldera pun bergerak untuk mengubah posisinya menjadi duduk.

“Aku ketiduran,” ucap Kaldera yang berusaha mencairkan suasana canggung di antara mereka.

“Kamu emangnya habis ngapain di sini?” tanya Raegan.

“Aku tadi lagi ngeliat-liat aja,” terang Kaldera.

“Kamu lagi kangen sama Zio?” tanya Raegan lagi.

Pertanyaan Raegan itu tidak langsung mendapat jawaban dari Kaldera. Mereka saling terdiam selama beberapa detik. Kemudian tidak lama berselang, Raegan beranjak dari posisinya setelah mengatakan bahwa pria itu akan pergi mandi.

“Mas,” Kaldera menahan tangan Raegan, membuat pria itu kembali berbalik menghadapnya.

Raegan langsung menatap ke arah tangannya yang dipegang oleh Kaldera.

“Kamu cemburu ya?” tanya Kaldera dengan nadanya yang terdengar sedikit merasa bersalah.

Perlahan-lahan Kaldera melepaskan genggaman tangannya pada tangan Raegan. Mereka terjebak dalam keheningan lagi. Raegan masih berdiri di sana, sampai akhirnya ia kembali duduk di tepi kasur.

“Iya Kal, aku cemburu,” ungkap Raegan.

Kedua mata Kaldera seketika membola kala mendengarnya. Namun detik berikutnya, Kaldera terlihat menahan senyumannya.

“Masa aku harus ke kamar kamu sih, Mas. Nanti kalau mbak Yuni, mama, atau papa liat, gimana? Mereka akan mikir apa?” gurau Kaldera.

Raegan nampak berpikir sejenak. Setelah tahu maksud perkataan Kaldera dan konteksnya hanya bergurau, sebuah senyum kecil pun terbit di wajah Raegan.

“Terus ngapain kamu ke kamar Zio? Bener kan, lagi kangen?” tanya Raegan lagi.

“Enggak, Mas. Tadi aku mau cari sesuatu di sini,” jawab Kaldera.

“Mas kamu jangan cemburu ih,” ujar Kaldera saat Raegan tidak memberikan respon apapun.

Then what should I do?” tanya Raegan.

Kaldera menatap Raegan lekat-lekat, kira-kira jarak wajah mereka saat ini hanya sejengkal. “You know, you really cute when you’re jealous. Kayak di foto ini, coba liat.” Kaldera segera menunjukkan foto yan gtadi ia temukan.

Raegan childhood photo

Raegan lantas melihat foto tersebut. Foto itu adalah potret dirinya saat ia berusia 6 tahun.

“*There's something never changed from you, this cute smile tho,” ujar Kaldera diiringi senyum lembutnya. Kaldera menatap Raegan kecil di foto itu, lalu bergantian menatap Raegan yang kini ada di hadapannya. Tampak berbeda, jelas. Namun seperti yang Kaldera katakan sebelumnya, senyuman manis yang khas dengan kedua lesung pipinya, sama sekali tidak berubah.

“Kamu kok bisa nemu foto ini?” tanya Raegan.

“Aku ke sini emang mau nyari ini. Mama bilang nggak ada di kamar kamu, ada di kamarnya Zio. Tapi nggak mungkin kan aku ke kamar kamu, jadi aku cari di sini aja,” terang Kaldera.

Ah, jadi itu rupanya. Raegan berusaha menahan senyuman di wajahnya. Apa yang baru ia pikirkan tadi? Mengapa ia bisa jadi secemburu ini?

“Mas, foto ini boleh nggak aku simpen?” tanya Kaldera yang seketika membuyarkan pikiran Raegan.

“Untuk?” tanya Raegan kemudian sambil menatap Kaldera lekat-lekat.

“Untuk aku simpen aja. Boleh nggak? Habisnya kamu lucu banget di sini,” ujar Kaldera.

Raegan lantas mengulaskan senyumnya, lalu ia mengarahkan tangannya untuk mengusap lembut puncak kepala Kaldera. “Iya, boleh kamu simpen.”

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂