Introducing Her Boyfriend

Sienna

Sienna masih berada di dalam kamarnya, ketika ia mendengar dari bawah ada suara beberapa orang yang tengah berbincang. Sienna sekali lagi menatap tampilannya di cermin, sebelum akhirnya memutuskan keluar kamar dan menuruni tangga. Ketika langkah Sienna sampai di anak tangga terakhir, netranya langsung menangkap dua orang yang tengah ia tunggu kedatangannya.

Semua mata di ruang tamu juga lantas tertuju pada Sienna. Sienna melangkah ke sana, di mana sudah ada papanya, mamanya, juga Alvaro dan Gio.

Sienna mengambil tempat di samping mamanya yang tengah mengobrol dengan Gio. Renata nampak akrab dengan Gio. Begitupun dengan Gio yang bahkan sudah memanggil Renata dengan sebutan ‘Nenek’. Mereka berdua membicarakan berbagai hal, Renata bertanya soal sekolah Gio dan makanan kesukaannya, dan Gio menjawabnya dengan antusias.

“Nenek, Gio mau kue yang itu, boleh ngga?” celetuk Gio sembari menunjuk salah satu toples yang ada di meja.

“Boleh, dong. Gio mau yang ini? Nenek ambilkan, ya?” Renata pun mengambilkan toples tersebut dan memberikan sepotong kue yang diinginkan Gio.

Alvaro dan papanya tengah rbincang ringan. Ketika netra Sienna bersinggungan dengan Alvaro yang duduk di depannya, papanya yang duduk di samping Alvaro pun lantas berujar, “Sudah berapa lama kamu dan Sienna saling mengenal?”

***

Alvaro

Gio

Saat waktu menunjukkan pukul 7, mereka akhirnya memutuskan untuk makan malam, setelah sebelumnya berbincang-bincang. Di meja makan itu, selain ada kedua orang tua Sienna, ada kakak lelaki dan adik lelakinya juga. Valiant dan Christo, keduanya nampak welcome menyambut kedatangan Alvaro dan Gio. Valiant mengajak Alvaro mengobrol beberapa hal kecil saat acara makan berlangsung.

Sienna kembali menarik kursi di samping Alvaro, setelah ia mengambil wadah berisi potongan buah segar dari kulkas. Sienna yang melihat kedekatan Alvaro dan kakaknya, merasa senang juga. Sebelumnya juga Alvaro nampak mudah akrab dengan Christo. Mereka membicarakan beberapa hal tentang film, dan Christo sang penikmat film bertema bela diri sangat antusias bertemu Alvaro yang notabene berprofesi sebagai seorang aktor laga.

“Al, mau nambah lagi ngga? Biar Tante ambilin,” tanya Renata menawarkan sepiring lauk kepada Alvaro.

“Boleh, Tante. Makasih ya,” ucap Alvaro begitu Renata menuangkan lauk ke piringnya. Alvaro kembali menyantap makanan di hadapannya yang memang sesuai dengan seleranya itu.

Sementara itu Sienna menawarkan Gio untuk disuapi olehnya, tapi anak itu malah minta disuapi oleh Renata.

“Sekarang dulu, Gio mau disuapin sama Nenek. Boleh yaa Bunda?” ujar anak itu.

“Iya, boleh,” ujar Sienna akhirnya.

“Oh iya Alvaro,” celetuk Renata tiba-tiba.

Alvaro pun menoleh pada Renata. “Iya, Tante?”

“Sienna cerita ke Tante, katanya kamu suka makanan pedes. Jadi Tante masak makanan pedes deh hari ini. Gimana rasanya? Ada yang kurang atau udah pas?”

Fabio yang sedari tadi duduk di samping Renata hanya memperhatikan istrinya yang nampak antusias, dan pancaran kebahagiaan di wajahnya tidak dapat ditutupi. Renata senang sekali waktu Alvaro menjawab bahwa ia menyukai masakan buatan Renata. Rasanya mirip dengan masakan mamanya, padahal Renata mengatakan bahwa ia baru sekali mencoba memasak makanan Sumatera.

Acara makan malam tersebut masih berlanjut, hingga makanan utama telah berhasil mengenyangkan perut, tibalah mereka saatnya menikmati makanan penutup. Sedari tadi Fabio yang tidak terlalu banyak menimbrung pembicaraan. Ketika buah di piring Fabio telah habis, pria paruh baya itu berujar kepada Alvaro.

“Habis ini Papa mau ngobrol berdua sama Alvaro di teras. Boleh ya?” Sienna yang mendapati kalimat itu dari Fabio, entah mengapa merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Sienna memang sudah merasakannya, tapi sebelumnya ia mencoba menampik pikiran itu. Sienna tidak ingin menerka dulu tentang kenyataan bahwa papanya tidak menyetujui hubungannya dengan Alvaro. Namun Sienna memang harus membuktikan itu sendiri dan mendengarnya secara langsung.

***

Di ruang makan itu kini hanya tersisa Sienna, Renata, dan Gio. Sienna telah selesai menikmati buah di piringnya sebagai pencuci mulut. Gio tengah asyik mengemil coklat yang diambilkan Renata dari kulkas.

“Mah, Gio jangan dikasih makan coklat kebanyakan ya. Gio, ngga boleh terlalu banyak ya Nak,” ujar Sienna.

“Satu kali aja Bunda, ngga boleh?”

“Boleh makan coklat, tapi jangan kebanyakan. Nanti Gio batuk, Sayang. Mah, tolong titip Gio sebentar ya.”

“Kamu mau ke mana?” Renata bertanya ketika melihat Sienna beranjak dari kursinya. Namun putrinya itu tidak menjawab, Sienna hanya berlalu begitu saja meninggalkan ruang makan.

***

Sienna akan mendengarnya sendiri. Di balik tembok rumahnya yang membatasi antara ruang tamu dengan teras luar, di sana Sienna mendengarkan perbincangan antara papanya dan Alvaro. Sienna merasa gugup, karena ia mengetahui watak papanya yang memang sedikit keras. Sienna takut apa yang ia khawatirkan akan menjadi kenyataan.

Sienna masih di sana, masih mendengarkan perkataan papanya. Dari posisinya saat ini, Sienna dapat dengan jelas mendengar kalimat yang dilontarkan papanya.

“Saat Sienna bilang dia menjalin hubungan dengan seorang lelaki, saya sebagai papanya tentu ingin tau siapa laki-laki itu. Maka saya mencari beberapa hal tentang kamu,” Fabio menjeda ucapannya. Tatapan mata Fabio menatap Alvaro dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun dari tatapan itu, Alvaro dapat menilai bahwa Fabio tidak menyukainya.

“Saya akan mengatakan yang sesungguhnya sama kamu, Alvaro. Saya tidak setuju anak saya menjalin hubungan dengan kamu.” Telak, Fabio mengatakannya. Sienna yang mendengar kalimat itu, merasakan dadanya yang seketika seperti dihantam dengan kuat. Sienna tidak tahu bahwa rasanya akan sesakit ini. Namun pasti Alvaro yang mendapati kaliamt itu dari papanya jauh lebih sakit.

Selama beberapa detik, tidak ada percakapan lagi antara Fabio dan Alvaro. Sienna masih berdiri di sana, meskipun rasanya sulit dan ia ingin sekali memohon pada papanya untuk merestui hubungannya dengan Alvaro.

Setelah keheningan yang cukup lama itu, Alvaro akhirnya berujar. “Kalau saya boleh tau, apa alasan Om tidak merestui hubungan saya dengan Sienna?”

“Kamu tau jawabannya, Alvaro. Kamu sendiri juga pasti paham, hubungan kamu dengan anak saya tidak akan mudah.” Fabio menjeda ucapannya sesaat. Bagi Fabio sulit juga mengatkaan ini, tapi rasa sayangnya pada putrinya tentu berhasil memaksanya untuk mengatakan kenyataan yang pahit ini.

“Saya tidak ingin anak saya terluka karena harus bersama kamu. Bagi Sienna, tidak gampang untuk berada di samping kamu,” Fabio berujar lagi.

Sienna mendengarkannya, ketika papanya mengatakan alasan pasti beliau tidak merestui hubungannya dengan Alvaro. Fabio telah mempertimbangkan beberapa hal, yakni yang menyangkut masa lalu Alvaro, status pernikahan Alvaro dengan Marsha saat ini, dan pekerjaan Alvaro sebagai artis. Fabio beranggapan bahwa berada di sisi Alvaro hanya akan menyakiti Sienna, entah itu datang dari masa lalunya, masa sekarang, atau bisa juga di masa depan nantinya.

“Alvaro, saya minta kamu untuk mengerti apa yang menjadi concern saya. Kalau kamu sungguh-sungguh menyayangi Sienna, seharusnya kamu tau, apa yang harus kamu putuskan.”

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭