Introducing : The Ninety Seven

Sampai saat Raegan memarkirkan mobilnya di sebuah garasi yang cukup luas, Kaldera tidak berhenti takjub terhadap tempat yang kini didatanginya. Tempat ini sungguh besar dan sangat mewah. Kaldera hanya pernah melihat tempat seperti ini di drama Korea yang ditontonnya.

Hari ini sepulang sekolah, Kaldera pergi bersama Raegan. Raegan mengatakan kalau ia akan mengenalkan Kaldera pada orang-orang yang akan menjaganya. Kaldera telah setuju untuk memenuhi syarat dari Raegan. Kaldera hanya menuruti Raegan, meski ia sendiri masih sangsi bahwa memang benar-benar ada bahaya yang akan mengancamnya.

Raegan lebih dulu turun dari mobil dan Kaldera segera mengikuti langkah lebar pria itu. “Apa aku boleh tau mereka sebenarnya siapa? Kenapa Mas Raegan minta mereka untuk melakukan tugas itu?” pertanyaan tersebut Kaldera lontarkan selama perjalanannya mengikuti langkah Raegan memasuki tempat ini. Kaldera tidak tahu berapa jauh lagi ia harus berjalan untuk sampai ke tempat yang menjadi tujuan mereka.

The 97 Headquarters

Raegan tiba-tiba berbalik, membuat jaraknya dan Kaldera menjadi sangat dekat. Kaldera nampak sedikit terkejut, ia pun bergerak otomatis mundur beberapa langkah dari Raegan.

“Ada beberapa hal yang nanti boleh kamu ketahui, tapi ada juga yang nggak boleh kamu ketahui,” ucap Raegan.

Sepertinya Raegan memang tidak ingin membahas hal tersebut lebih jauh. Jadi Kaldera memutuskan untuk menganggukinya saja. Raegan pun kembali melanjutkan langkahnya dan Kaldera mengikutinya di belakang.

Ketika mereka menaiki lift, Kaldera melihat Raegan tengah berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. “Lo di mana? Romeo sama Calvin juga, kenapa markas kayak nggak berpenghuni?” ujar Raegan di telfon.

Setelah mendengar jawaban dari orang yang terhubung dengannya itu, Raegan lekas mematikan sambungannya. “Mereka ada di tempat yang berbeda di rumah ini. Pertama kita ke ruang billiard dulu,” ucap Raegan pada Kaldera.

***

Billiard room

Sepertinya tempat ini memang diciptakan sedemikian rupa menakjubkan dan memanjakan orang-orang yang tinggal di dalamnya. Ada ruang billiard di rumah ini dan katanya salah satu anggota mereka memang sangat menyukai permainan tersebut.

Begitu memasuki ruangan billiard itu, Raegan dan Kaldera langsung disambut oleh sosok pria bertubuh jangkung yang sedang memegang tongkat billiard dengan satu tangannya. Potongan rambut pria itu undercut, tubuhnya tinggi semampai, dan siapa pun yang melihatnya mungkin berpikiran bahwa pria ini bisa menjadi seorang model yang sukses.

Pria itu segera menaruh tongkat billiard-nya, lalu ia berjalan ke arah Raegan dan Kaldera.

“Halo, Kaldera. Kenalin gue Barra,” tanpa babibu, pria itu langsung menyodorkan tangannya di depan Kaldera dan memperkenalkan diri.

“Kaldera,” tangan Kaldera terjulur dan membalas jabatan tangan itu. Kemudian Barra sedikit menceritakan tentang dirinya kepada Kaldera. Namanya lengkap pria itu adalah Airlangga Barra Alatas. Barra menyukai olahraga basket sama seperti Raegan, mahir melakukan bela diri, panahan, dan pria itu juga memegang sabuk hitam taekwondo.

Barra

“Seiring berjalannya waktu, lo akan lebih kenal dengan sendirinya sama gue, Calvin, dan Romeo. We are kind, mostly to girls. But take a note, Romeo is the most kind to girl,” ujar Barra diiringi kekehan kecilnya.

Selesai perkenalan dengan Barra, Raegan mengajak Kaldera untuk ke ruangan bowling. Mereka akan bertemu dengan salah satu anggota The Ninety Seven yang paling muda, yakni Calvin Putra Angkasa.

Bowling Room

Begitu seseorang menyadari adanya orang lain di ruangan bowling itu, orang itu langsung mengurungkan niatnya untuk melempar bola ke arah 10 pin bowling yang telah menunggunya.

Calvin meletakkan bola di tangannya dan berjalan menghampiri dua orang di sana.

Calvin

“Hai, Kaldera. Salam kenal ya, gue Calvin,” ucap pria berwajah tampan itu sembari mengulaskan senyum menawannya.

Kaldera lantas mengangguk dan balas mengulaskan senyuman ramahnya. “Kaldera,” ucapnya memperkenalkan diri. Calvin secara singkat memperkenalkan dirinya kepada Kaldera. Ketika Calvin bercerita lebih jauh, Raegan nampak memberi kode melalui gerakan matanya. Calvin langsung paham dan segera menghentikan kalimatnya.

“Oke, tinggal Romeo. Gue udah kenalin Kaldera ke Barra sebelumnya,” Raegan pun berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

Calvin pun mengangguk satu kali, mempersilakan Raegan dan Kaldera untuk meninggalkan ruangan bowling. Sepeninggalan Raegan dan Kaldera, Calvin menghela napas panjang dan sedikit mengumpat. Hampir saja ia keceplosan mengatakan soal identitas keempat pria yang akan menjaga Kaldera.

***

Room pool

Tempat terakhir yang akan menjadi tujuan Raegan dan Kaldera adalah sebuah kolam renang indoor yang dilengkapi dengan ruangan mandi, sauna, serta area spa. Satu-satunya manusia yang sedang berenang dengan gaya bebasnya itu, adalah Romeo Damian Sagara.

“Hei, Bro,” seru Romeo ketika menyadari kehadiran Raegan di sana. Melihat Romeo yang keluar dari kolam tanpa mengenakan pakaian atasnya, membuat Kaldera otomatis menutup mata dengan kedua tangan. Raegan pun reflek menyuruh Romeo mandi lebih dulu dan menggunakan pakaiannya dengan lengkap.

“Ups, sorry,” ucap Romeo yang lantas segera berlari menuju ruang mandi.

“Kamu bisa buka mata, Romeo udah nggak ada,” ucap Raegan yang memperhatikan Kaldera masih menutup matanya.

Beberapa detik setelahnya, Kaldera akhirnya menjauhkan tangannya dari depan matanya.

“Kita tunggu Romeo di sana aja,” Raegan menunjuk ke arah sebuah rooftop yang tidak jauh dari kolam itu.

Kaldera mengangguk, ia mengikuti langkah Raegan untuk sampai ke rooftop. Setelah sekitar 15 menit kemudian, Romeo datang dan memecah situasi hening yang terjadi di antara Raegan dan Kaldera. Pria bertubuh kekar dan tinggi itu kini telah lengkap berpakaian, sebuah handuk putih kecil berada di satu tangannya, dan rambutnya masih tampak setengah basah.

Romeo

Romeo mengulurkan tangannya kepada Kaldera, pria itu lantas tersenyum ramah. “Hai. You must be Kaldera, right?”

Belum sempat Kaldera membalas uluran tangan itu, Romeo lebih dulu meraih tangannya dan menjabatnya seraya berucap, “Kenalin, gue Romeo.”

“Kaldera,” ucap Kaldera akhirnya dan cukup lama Romeo menahan tangannya.

Begitu bersinggungan tatap dengan Raegan, Romeo pun segera melepaskan tangan Kaldera dari genggamannya.

Romeo menceritakan tentangnya dan itu tidak sedikit. Jadi Raegan segera menghentikan Romeo dan mengatakan bahwa perkenalan hari ini telah selesai dan cukup sampai di sini. Namun rupanya Romeo masih mengikuti Raegan dan Kaldera sampai ke parkiran.

“Kenapa lo sama Kaldera cepet-cepet pulang sih?” tanya Romeo begitu Raegan akan membuka pintu mobilnya. Kaldera telah masuk lebih dulu ke dalam mobil, sementara Raegan masih berada di luar dan tengah berbincang dengan Romeo.

“Apa lagi? Agenda hari ini cuma ngenalin Kaldera ke kalian, and it’s already done,” ucap Raegan santai.

Romeo lantas mengangguk-angguk mendengar ucapan Raegan. Romeo masih di sana, seperti tidak berniat pergi. Raegan yang memperhatikan sahabatnya itu lantas menyeletuk. “You keep your eyes on her,” ujar Raegan yang seolah telah begitu tahu apa yang ada di dalam kepala Romeo. Romeo dan Raegan bergabung ke dalam geng di waktu yang cukup dekat dan mereka sudah cukup lama saling mengenal.

Yes. She’s so beautiful,” balas Romeo seraya mengulaskan senyum tipis di wajah tampannya.

Remember our job. I wanted you you focus to protect her,” ucap Raegan.

“Lo tenang aja. She will be safe with us,” balas Romeo disertai kekehannya.

Sebelum berbalik dari hadapan Romeo, Raegan pun kembali mengatakan satu hal pada lelaki itu. Itu merupakan sebuah rahasia yang harus Romeo, Calvin, dan Barra jaga dengan apik.

“Gue nggak ingin Kaldera sampai tau tentang identitas kita. Tugas kita cuma ngelindungin dia, jangan sampai Kaldera mengenal kita lebih jauh. Lo paham maksud gue, kan?”

Romeo menatap Raegan sejenak, tidak lama pria itu akhirnya mengangguk paham. Raegan pun berlalu dari hadapan Romeo dan memasuki mobilnya.

Sepeninggalan Raegan, Romeo masih berdiri di tempatnya, bahkan sampai mobil hitam Raegan meninggalkan area parkiran. Romeo mengerti maksud dari amanat yang disampaikan oleh Raegan barusan.

Jika ada orang yang mengetahui identitas mereka dan mengenal mereka lebih jauh, maka semakin banyak kemungkinan bahaya yang dapat mengancam orang tersebut. Meski sikap Raegan tidak menunjukkannya secara gamblang, tapi Romeo dapat merasakan bahwa Kaldera adalah harta yang begitu bernilai besar bagi Raegan.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂