Kehidupan Sang Selebriti Terkenal
Sesi pemotretan itu telah berlangsung selama kurang lebih 1 jam. Brand dengan produk parfum luxury beraroma manis tersebut mengusung tema pemotretan simpel, elegan, dan seksi. Selain itu, sesuai dengan nama produknya yakni ‘Eternity’, pose model yang dipotret pun akan menggambarkan keabadian cinta yang tidak lekang oleh waktu.
Setelah mendapatkan beberapa hasil foto, tim fotografer nampak sangat puas dengan hasil jepretan mereka. Bahkan mereka langsung mencoba mengedit hasil foto tersebut karena tidak sabar melihat hasilnya setelah diberi logo yang merupakan merek produk. Hasil fotonya terlihat sempurna, mulai dari chesmistry model, ekspresi wajah, serta pose yang sangat sesuai dengan tema, semua itu sukses mengundang applause dari seluruh crew yang ada di sana.
Foto yang didapat ada yang berlatarkan di ruang tamu, ada yang menggunakan green screen yang nantinya akan diedit dengan latar pemandangan di pantai, serta yang terakhir adalah berlatarkan di atas kasur.
Sesi foto yang terakhir, Alvaro dan Marsha akan mengambil potret di atas kasur. Setelah mengganti pakaian untuk sesi selanjutnya, Marsha kini tengah merebahkan dirinya di ranjang terlebih dulu, baru setelah itu Alvaro menyusulnya. Dua orang pengarah gaya pun membantu mengatur pose untuk Alvaro dan Marsha.
Marsha diminta untuk memasang ekspresi wajah fierce, tatapannya harus tajam memicing dan mengarah ke kamera. Sementara Alvaro diminta untuk merebahkan kepalanya di atas perut Marsha dan menatap ke arah Marsha dengan ekspresi lembut dan mesra.
Usai kamera mengambil beberapa potret mereka, Marsha dengan cepat mengubah ekspresinya ketika netranya bersinggungan dengan Alvaro. Marsha lantas mengarahkan tangannya untuk mengusap lembut sisi wajah Alvaro. “Kamu baru aja selesai shooting langsung pemotretan ke sini, emangnya nggak cape?” tanya Marsha dengan pandangannya yang tidak lepas menatap wajah lelah Alvaro.
Alvaro menggeleng, membuat kedua alis Marsha seketika bertaut. “Aku harus ambil job photoshoot ini, karena kalau engga …” Alvaro menggantung ucapannya, pria itu menatap Marsha dengan tatapan menggoda.
“Kalau engga apa?” tanya Marsha yang terlihat bingung.
“Kalau engga, nanti kamu pemotretan sama aktor atau model laki-laki selain aku. Kamu liat, konsepnya intim banget kayak gini, mending aku ambil aja job-nya,” tutur Alvaro blak-blakan. Marsha yang mendapati ujaran itu untuknya, tidak lagi mampu menahan senyuman di wajahnya.
“Dasar kamu,” Marsha pun tertawa pelan, lalu perempuan itu bangkit dari posisinya. Alvaro masih di posisi rebahannya, tapi kedua matanya tidak lepas memandang ke arah Marsha, menatap setiap pergerakan perempuan itu. Marsha kini tengah dibantu oleh asistennya untuk melepaskan aksesoris di tubuhnya, lalu asistennya yang lain mengambilkan pakaian ganti untuknya.
Pemotretan hari ini telah selesai, model yang bekerja sudah diperbolehkan untuk rapi-rapi dan berkemas. Ketika Marsha sudah selesai berganti pakaian, Marsha melenggang menghampiri Alvaro di ruangan yang diperuntukkan khusus untuk lelaki itu. Setibanya di sana, Marsha melihat Alvaro sedang dibantu untuk membersihkan makeup di wajahnya. Tiba-tiba Alvaro meminta Marsha yang melakukannya. Jadi akhirnya Marsha meminta kepada asisten itu untuk meninggalkannya pekerjaannya.
Akhirnya tersisa Marsha dan Alvaro di ruangan itu. Saat Marsha mengusapkan kapas ke wajah Alvaro, pria itu menghela pinggang Marsha untuk mendekat.
“Al, sebentar dulu, aku mau bersihin makeup kamu,” ujar Marsha meminta Alvaro berhenti menyentuhnya karena ia jadi kesulitan melakukan kegiatannya.
“I want to hug you. I missed you so bad, dari kemarin kita sama-sama sibuk untuk kerjaan,” ucap Alvaro seraya mendongakkan wajahnya dan menatap Marsha lekat-lekat.
“I missed you too,” balas Marsha.
“Nanti kamu pulang ke rumah aku kan? It’s a Saturday night, and it’s the time for our family, right?”
“Iya, malam ini aku pulang ke rumah kamu. Kerjaan aku udah beres semua, jadi malam ini kita bisa habisin waktu bertiga. Kamu, aku, dan Gio.” Marsha mengulaskan senyum lebarnya, ia telah selesai membersihkan makeup di wajah Alvaro.
Senyum Alvaro otomatis terulas juga. Rasanya hidup Alvaro begitu sempurna di usianya yang menginjak angka 25 di tahun ini. Alvaro telah memiliki seorang anak laki-laki yang diberi nama Giorgino Gavi Zachary, selain itu ia memiliki seorang kekasih yang begitu mencintainya, yakni Marsha Iliana Tengker. Alvaro dapat menikmati hidupnya, kesuksesan karir dan orang-orang di sekitarnya yang menyayanginya, berhasil melengkapi hidupnya. Ditambah lagi ia dan Marsha sudah merencanakan sebuah pernikahan.
Ketika netra Alvaro dan Marsha saling mengunci, dengan jarak keduanya yang tersisa sangat minim, mereka lantas sama-sama mendekatkan diri dan sangat tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun saat tersisa 2 centi lagi jarak di antara mereka, sebuah suara menginterupsi keduanya. Alvaro dan Marsha cepat-cepat menarik kembali tubuh mereka.
“Mama! Papa!” seruan itu terdengar bersamaan dengan seorang anak laki-laki yang melenggang memasuki ruangan.
Alvaro dan Marsha nampak sedikit terkejut mendapati keberadaan anak mereka. Kemudian kehadiran Gio disusul oleh kehadiran Gina, suster yang bertugas menjaga anak mereka. Gina pun menjelaskan pada Alvaro dan Marsha kalau tadi Gio meminta menyusul ke tempat kerja papa dan mamanya. Jadilah tiba-tiba Gio datang ke sini tanpa sepengetahuan Alvaro maupun Marsha. Setelah menjelaskannya, Gina pamit berlalu dari ruangan itu, meninggalkan Gio bersama dengan kedua orang tuanya.
“Gio, kamu harus izin dulu sama Papa kalau mau nyusul,” tutur Alvaro kepada anaknya. Gio terlihat mencebikkan bibirnya, anak itu tahu bahwa papanya tengah marah padanya karena ia melanggar aturan yang telah dibuat. Gio pun langsung menghambur pada Marsha dan memeluk pinggang ibunya, menyembunyikan wajahnya di pelukan Marsha.
Marsha dengan lembut menasehati anaknya, ia balas memeluk tubuh kecil Gio dengan kedua lengannya. “Gio sayang, lain kali boleh kok kalau mau nyusul Mama dan Papa ke tempat kerja. Tapi Gio harus izin dulu ya,” ujar Marsha.
“Kenapa Gio harus izin? Kan Gio cuma pengen ketemu Papa sama Mama, emangnya nggak boleh?” celetuk bocah itu.
“Karena Papa sama Mama lagi kerja, ini tempat kerja, bukan tempat bermain. Jadi kalau Gio mau nyusul, harus kasih tau Papa atau Mama dulu, oke?” ujar Marsha lagi. Gio akhirnya mengangguk setuju dan akan melakukan apa yang dikatakan oleh Marsha di lain kesempatan. Alvaro nampak menghembuskan napasnya, ia jadi merasa bersalah karena tadi sempat mengomeli anaknya dan nada bicaranya memang terdengar agak tinggi.
“Gio sayang, maafin Papa ya,” ucap Alvaro. Beberapa detik setelah ucapan Alvaro, Gio menoleh ke arah Alvaro. Gio masih memeluk Marsha, anak lelaki itu menatap Alvaro dengan kedua mata yang nampak berkaca-kaca.
“Maafin Papa ya?” ulang Alvaro lagi.
“Ada syaratnya kalau Papa mau dimaafin,” celetuk Gio.
“Oke,” Alvaro menghembuskan napasnya. “Apa syaratnya?” Begitulah Alvaro, pria itu akan mudah luluh terhadap apa pun yang menyangkut soal Gio.
“Syaratnya malam ini Gio mau main sama Papa dan Mama sampai jam 10,” ujar Gio.
“Malem banget itu, Sayang. Emangnya Gio mau main apa, Nak?” tanya Marsha.
“Oke, nggak masalah. Sampe jam 10 aja kan?” Alvaro justru langsung mengiyakan, membuat Marsha mengernyit menatap Alvaro. “Al, tapi itu malem banget lho,” ujar Marsha.
Ucapan Marsha seolah hanya angin lalu, Alvaro tidak mau mendengarnya.
“Gio, papa kan baru selesai syuting sama pemotretan hari ini, Papanya cape lho Nak kalau main sampai jam 10,” Marsha berujar lagi.
“Gio, malam ini kamu mau main apa?” Alvaro malah bertanya demikian.
“Gio mau bikin mini drama sama Papa dan Mama, terus main mobil-mobilan, dan nonton film. Kan kemarin Papa udah janji sama Gio,” cerocos anak lelaki itu.
“Oke, Papa akan turutin mau kamu. Tapi kamu maafin Papa ya?” Alvaro mengulurkan tangannya dan kemudian dengan cepat Gio menyambutnya. Akhirnya Alvaro dan Gio berjabatan tangan sebagai tanda bahwa Gio telah memaafkannya.
Marsha yang melihat kejadian itu di depannya tidak lagi merasa heran. Alvaro memang sangat mencintai anaknya, apa pun itu demi Gio, Alvaro akan selalu mengusahakannya. Terlebih Alvaro dan Marsha memang kurang memiliki waktu untuk Gio, jadi saat mereka free dari pekerjaan, sebisa mungkin Alvaro dan Marsha akan meluangkan waktu untuk buah hati mereka.
***
Jam dinding di ruang keluarga itu tengah menunjukkan pukul 5 waktu sore hari. Terlihat Alvaro, Marsha, dan Gio tengah bermain bersama di ruangan yang luas itu. Gio menggunakan topeng superhero favoritnya dan Alvaro menggunakan topeng karakter yang merupakan villain dari superhero yang diperankan Gio. Masing-masing mereka memegang senjata bohongan di tangan, dan misi Gio kali ini adalah menyelamatkan Marsha yang berperan sebagai tokoh perempuan dari sergapan sang villain yang diperankan oleh Alvaro.
“MJ, you are safe with me now,” ucap Gio sambil pergelangan meraih tangan Marsha dan membawanya pergi bersamanya.
Gio tampak senang karena ia telah menang dari Alvaro. Alvaro berakting seolah ia kalah sungguhan, pria itu menjatuhkan tubuhnya ke sofa dan mengerang kesakitan sambil memegang dadanya.
Marsha yang melihat akting Alvaro tidak lagi kuasa menahan tawanya. Akting Alvaro memang patut diacungi jempol. Alvro sangat mendalami perannya, lelaki itu melakukannya dengan sangat baik dan natural. Alvaro dapat menjadi sosok yang terlihat sangat konyol hanya demi menyenangkan Gio.
“Peter Parker, wait for my revenge. Just wait for it,” ucap Alvaro dan setelah itu ia bangkit dari posisi baringannya. Drama kecil-kecilan itu pun berakhir sampai di sana. Kemudian Alvaro, Marsha, dan Gio bersamaan membungkukkan badan sebagai ucapan terima kasih, seolah-olah di depan mereka ada ribuan penonton yang tengah menyaksikan drama itu.
“Habis ini udahan ya, Nak? Kamu udah capek tuh, sampai keringetan gini,” ujar Marsha seraya meraih Gio dan mengusap pelipis anaknya.
“Sayang, aku juga keringetan lho. Gio aja nih yang diusapin?” celetuk Alvaro sembari mencebikkan bibirnya.
Marsha lalu bergerak untuk mengusap pelipis Alvaro juga. “Selalu deh kamu, nggak mau kalah sama anaknya. Kalian tunggu sini sebentar, Mama ambil minum dulu ya.” Setelah itu Marsha melenggang dari ruang keluarga menuju dapur.
“Papa, it’s time to watch a movie. Papa di situ aja, biar Gio yang nyalain TV,” ujar Gio.
Alvaro pun memperbolehkan Gio menyalakan TV sendiri dan mengatur setting untuk memutar film yang akan mereka tonton. Alvaro masih duduk di sofa dan memperhatikan Gio yang tengah menyalakan TV, sampai pada saat layar kaca di hadapan mereka menampilkan sebuah acara gosip, Alvaro segera meraih remote control dari tangan Gio dan mematikan TV belayar datar itu.
“Papa, kenapa dimatiin? Tadi ada Papa sama Mama di TV, Gio mau liat dulu sebentar,” ucap Gio kepada Alvaro.
Alvaro tidak dapat membalas ucapan Gio karena ia juga kebingungan untuk menjelaskannya. Pasalnya acara gosip itu menayangkan berita kurang baik tentang dirinya, Marsha, dan juga Gio. Alvaro tidak akan membiarkan anaknya menyaksikan berita itu. Cukup Alvaro dan Marsha saja yang akan mendengarnya, tidak dengan anak mereka.
Ditengah-tengah keterdiaman Alvaro itu, Marsha kembali ke ruang keuarga. Marsha meletakkan dua gelas yang dibawanya di meja lalu ia bertanya pada Alvaro. “Al, kenapa?”
Alvaro hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaan Marsha. Kemudian Alvaro beralih pada Gio dan mengajak anaknya untuk melakukan hal lain selain menonton film di TV. Marsha yang kebingungan lantas mengikuti langkah Alvaro dan Gio. Mereka melenggang menuju ruang belajar, untungnya Gio mau menurut ketika Alvaro mengajaknya bermain game ketimbang menonton film.
Selagi Alvaro dan Gio bermain game di komputer, Marsha melenggang keluar dari ruang belajar itu. Marsha lantas mengambil ponselnya dan mengecek sesuatu di sana. Ia ingin memastikan dugaannya, bahwa ada gosip kurang sedap yang berhembus di media, mengenai dirinya dan Alvaro. Sikap Alvaro yang tadi tiba-tiba berubah, membuat Marsha berpikir bahwa ada sesuatu di TV yang akhirnya membuat Alvaro tidak memperbolehkan Gio untuk menonton TV.
Rupanya benar saja, ada berita soal Alvaro, Marsha, dan Gio. Berita tersebut telah ramai menjadi perbincangan di media sosial. Inti dari berita tersebut adalah tentang publik yang mencurigai identitas Gio yang sebenarnya. Marsha membawa Headline berita yang terdapat pada kolom Hot Gossip yang berbunyi “Alvaro Zachary : Aktor Laga dengan Bayaran Tertinggi di Tahun 2022, diduga memiliki anak di luar pernikahan dengan kekasihnya, Marsha Iliana Tengker”.
Pada awal kalimat di deskripsi berita, tertulis bahwa anak yang diakui Alvaro sebagai anak angkatnya yang diadopsi sejak bayi, mendapat dugaan bahwa sebenarnya anak itu adalah anak kandung Alvaro dan Marsha yang telah dipalsukan identitasnya. Marsha juga melihat bahwa berita tersebut sudah sampai trending di Twitter dan ada foto-foto dirinya bersama Alvaro ketika mereka berpacaran, entah dari mana media mendapatkan foto pribadi tersebut.
Alvaro memang mengakui Gio sebagai anak angkat yang pria itu adopsi dari sebuah panti asuhan milik keluarganya. Namun karena Gio memiliki wajah yang mirip dengan Marsha dan sedikit juga mirip dengan Alvaro, publik mulai curiga hingga menimbulkan rumor tidak sedap bahwa Gio adalah anak hasil hubungan di luar nikah antara Alvaro dan Marsha. Selain itu, ada berita juga tentang Marsha yang sempat vakum dari dunia hiburan selama kurang lebih 1 tahun, itu dijadikan faktor yang ikut memperkuat dugaan bahwa Gio sebenarnya adalah anak kandung Alvaro dan Marsha.
Kegiatan Marsha membaca berita tiba-tib terinterupsi karena Alvaro yang tiba-tiba menghampirinya.
Marsha lantas bertanya pada Alvaro, “Kamu nggak temenin Gio main game?”
“Gio mau main sendiri katanya, udah pinter anak kita,” ujar Alvaro.
Kemudian Alvaro yang melihat apa yang sedang dibuka oleh Marsha di ponselnya, segera bergerak mengambil alih benda itu. Alvaro membaca headline berita yang tertulis di sana, tapi tidak lama kemudian Alvaro meletakkan ponsel itu di meja. Alvaro tidak membiarkan Marsha membaca artikelnya semakin jauh.
Alvaro menatap Marsha, kemudian ia berujar, “Itu cuma rumor dan nggak ada bukti yang jelas untuk mengungkapnya. Nggak usah terlalu kamu pikirin, oke? Aku pastiin Gio nggak akan sampai dengar berita itu.”
Marsha pun mengangguk mengiyakan ucapan Alvaro.
Barusan Marsha memang mengkhawatirkan berita yang muncul itu. Entah dari mana media bisa menyambungkan benang-benang merah yang sebenarnya memang merupakan kebenaran yang sesungguhnya. Marsha dan Alvaro memang menyembunyikan kenyataan tentang anak mereka selama 7 tahun belakangan. Mereka terpaksa menyembunyikan fakta bahwa anak laki-laki yang diketahui publik adalah anak angkat Alvaro, sebenarnya adalah anak dari hasil hubungan Alvaro dengan Marsha 7 tahun yang lalu.
7 tahun yang lalu, Marsha hamil dan sempat ingin menggugurkan kandungannya, tapi Alvaro mencegahnya. Saat tahu mereka punya anak, karir Alvaro sebagai aktor dan Marsha sebagai aktris baru saja naik daun, jadi mereka harus memikirkan cara untuk mempertahankan anak mereka, tapi tetap menjaga nama baik sebagai seorang public figure. Memiliki anak di luar pernikahan adalah hal yang pada saat itu masih sangat tabu, jadi Alvaro dan Marsha berpikir bahwa solusi itu adalah yang terbaik.
Setelah Alvaro dan Marsha sepakat, akhirnya Marsha mengasingkan diri dan benar-benar tidak terlihat di dunia hiburan. Sampai akhirnya 9 bulan kemudian Marsha melahirkan seorang bayi lak-laki, Marsha baru kembali. Sejak Gio masih bayi, anak lelaki itu dibesarkan oleh Alvaro dan keluarganya. Gio diakui sebagai anak angkat Alvaro, dengan tujuan untuk menutupi perbuatan Alvaro dan Marsha di masa lalu.
***
Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷
Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜
Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭