Keputusan untuk Berpisah

Siang ini Olivia kembali mendapati Marcel datang ke ruang rawatnya. Setelah Om dan Tantenya berpamitan pulang, Marcel baru memunculkan batang hidungnya di sana. Olivia tidak ingin Marcel bertemu dengan Om dan Tantenya, yang tentu saja bisa menimbulkan banyak pertanyaan di benak keduanya.

Marcel dan Olivia akhirnya bicara dengan Dokter Sarah mengenai kondisi kandungan Olivia.

Olivia mengatakan bahwa Dokter Sarah bisa memaparkannya kepada Marcel, karena pria jangkung di hadapan mereka saat ini adalah ayah biologis dari janin yang dikandung Olivia.

Akhirnya Dokter Sarah menjelaskan pada Marcel. Kandungan Olivia saat ini kondisinya lemah dan cukup rentan. Olivia perlu dipantau oleh dokter agar nutrisinya selama hamil tercukupi dan kondisi psikologis Olivia akan menjadi perhatian dokter selama masa kehamilannya. Kemarin Olivia mengalami drop karena kurang asupan makanan untuk tubuhnya. Olivia juga tidak boleh merasa stres dan tertekan, karena dikhawatirkan dapat mempengaruhi kondisi janin di kandungannya.

Usai Dokter Sarah selesai menjelaskan, beliau pamit dari ruang rawat itu. Marcel mengantar Dokter Sarah sampai ke pintu dan bicara lagi dengan beliau di ruang ruangan.

“Terima kasih banyak, Dok,” ucap Marcel pada Dokter Sarah.

“Sama-sama, Pak Marcel.”

“Kayaknya Olivia udah nyaman sama Dokter. Jadi untuk seterusnya, saya minta tolong kesediaan Dokter untuk jadi dokter obgynnya Olivia. Bagaimana Dok?” Marcel bertanya.

Dokter Sarah mengangguk dan akhirnya menyanggupi permintaan yang diajukan oleh Marcel.

Setelah itu Dokter Sarah pamit berlalu dari sana.

Marcel kemudian kembali melangkah masuk ke dalam ruang rawat Olivia.

Marcel mendapati Olivia di ranjangnya. Marcel lalu menarik kusi di samping ranjang dan menempatkan dirinya di sana.

“Kamu pengen Dokter Sarah jadi Dokter obgyn kamu, kan? Tadi aku udah minta sama beliau dan katanya beliau bersedia. Sekarang kamu nggak perlu mikirin apa pun, aku yang akan urus semuanya. Kalau kamu butuh sesuatu, kamu tinggal bilang, oke?”

Marcel mengucapkannya bertubi-tubi, sementara Olivia hanya mendengarkan dan menatap Marcel dengan tatapan bingungnya. Olivia belum mengucapkan sepatah kata apa pun, Marcel juga akhirnya menjadi diam. Mereka sama-sama membisu pada akhirnya dan hanya menatap canggung.

“Aku minta maaf,” ucap Marcel setelah keterdiaman keduanya yang cukup panjang.

“Minta maaf untuk apa?”

“Aku nggak ngertiin posisi kamu dan kemarin aku bilang kamu egois,” ujar Marcel.

“Kamu nggak perlu minta maaf,” ujar Olivia. Kemudian Olivia menjeda ucapannya, ia menundukkan pandangannya dan hanya menatap jemarinya yang saling tertaut.

“Aku sadar kalau aku egois. Dengan aku pergi gitu aja dan nggak ngasih tau kamu tentang anak kita,” ucap Olivia tanpa bisa menatap ke arah kedua mata Marcel. Olivia terlalu tidak sanggup untuk melakukannya.

“Olivia, please look at me,” ucap Marcel sembari meraih satu tangan Olivia dan menggenggam ringan di sana.

Olivia yang semula menunduk, kini akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Marcel. Olivia tahu ketika ia menatap kedua mata itu, dirinya masih begitu mencinta terhadap sosok di hadapannya ini.

Marcel kemudian berujar, “Tanpa fakta kalau kamu hamil sekali pun, aku tetap nggak akan menikah sama Ghea, karena aku nggak mencintai dia. Kemarin aku dateng ke butik, karena aku pengen mastiin kamu ada di sana atau engga. Aku nggak bener-bener pengen dateng untuk cobain tuxedo itu atau ngurus apa pun tentang pernikahan aku sama Ghea.” Marcel menjeda ucapannya sesaat.

Olivia mendapati luka yang rasanya begitu dalam pada diri Marcel kala pria itu melontarkan kata demi kata dari bibirnya. Posisi Marcel juga tidak mudah, pria itu tidak ingin menjalani sesuatu yang tidak dikehendaki oleh hatinya.

“Liv, aku mau memperjuangkan kamu, aku memperjuangkan cinta kita, dan bikin keluarga kecil sama kamu. Cuma kamu,” ucap Marcel.

Olivia tidak kunjung menanggapi ucapan Marcel, membuat Marcel merasa khawatir dan takut.

“Liv?” Marcel berujar lagi, kali ini suaranya terdengar memelan.

“Kamu ragu sama aku?” Marcel melontarkan pertanyaan, karena sepertinya dari pancaran mata Olivia, perempuan itu memang meragu terhadapnya.

Olivia lantas menggeleng pelan. “Aku bukannya ragu sama kamu, Cel,” Olivia berucap lirih.

Olivia kemudian menjelaskan bahwa dirinya tidak ragu terhadap perasaan cinta Marcel kepadanya atau tentang Marcel yang ingin memperjuangkan hubungan mereka. Namun Olivia hanya terlalu takut terhadap jalan yang akan mereka tempuh, jika Marcel menentang orang tuanya dan berniat memperjuangkan cinta mereka. Olivia hanya tidak ingin menjauhkan Marcel dari orang tuanya dan membuat hubungan Marcel dengan orang tuanya semakin buruk. Jalannya terlalu penuh rintangan. Olivia juga tidak sampai hati, jika sampai keluarga Ghea tahu bahwa pernikahan akan dibatalkan.

Olivia perlahan melepaskan tangannya dari genggaman tangan Marcel.

Marcel pun menatap Olivia dengan tatapan tidak percaya, hancur, dan terluka.

“Liv .. ” Marcel berujar pelan dengan nada memohon. Namun Olivia tetap bersikeras dengan keputusannya, bahwa ia tidak ingin Marcel memperjuangakannya.

Hari itu Olivia telah memutuskan bahwa ia tetap akan melangkah pergi dari Marcel, atau lebih tepatnya meminta Marcel untuk pergi dari hidupnya. Genggaman tangan yang dilepas begitu saja, menjadi tanda sebuah perpisahan.

“Cel, kamu pulang ya. Aku mau istirahat,” ucap Olivia dengan suaranya yang terdengar sedikit bergetar. Olivia berbaring di ranjang dan bergerak memunggungi Marcel di sana.

Olivia tengah menahan isak tangisnya, ia mengulum kedua belah bibirnya ke dalam. Olivia hanya ingin Marcel segera pergi agar ia bisa puas menumpahkan air matanya.

***

Terima kasih telah membaca Fall in Love with Mr. Romantic 🌹

Jangan lupa kasih masukan biar kedepannya bisa lebih baik lagi💕

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍒