Kidnapping
Kaldera pulang ke rumahnya dan memikirkan banyak hal di dalam benaknya. Kaldera berpikir tentang Raegan dan perkataan pria itu kepadanya. Raegan tidak akan menyerah untuk membuat Kaldera kembali merasakan cinta. Raegan ingin Kaldera mencintainya. Mereka tidak perlu terburu-buru untuk sampai ke tahap itu. Saat ini mungkin hanya Raegan yang merasakan perasaan cinta tersebut. Namun Raegan berjanji suatu hari nanti, mereka akan merasakan cinta itu berdua dan bisa saling melengkapi satu sama lain.
Setelah akhirnya merasa mengantuk, Kaldera pun memutuskan untuk tidur. Besok masih hari sekolah, Kaldera harus cepat tidur agar tidak terlambat bangun pagi. Saat Kaldera akan meraih gulingnya, sesuatu menahan aksinya itu.
‘Tok! Tok! Tok!’
Terdengar tiga kali ketukan di pintu kamarnya. Kaldera menghembuskan napasnya, matanya kembali terbuka padahal sebelumnya sudah terpejam. Ini jam 10 malam, apakah yang dipikirkan tantenya dengan mengetuk pintu kamarnya sekeras itu malam-malam seperti ini?
Kaldera memutuskan beranjak kasurnya. Kaldera berjalan ke arah pintu dan segera membukanya. Namun belum sempat pintu tersebut terbuka sepenuhnya, Kaldera segera menutup pintu itu lagi. Jantung Kaldera berdegup kencang karena apa yang baru saja dilihatnya di balik pintu. Orang yang mengetuk pintu kamarnya bukanlah tantenya dan Kaldera tidak tahu siapa orang itu.
Ketukan itu kembali terdengar, kali ini terasa lebih keras. Malam ini tantenya sudah pulang bekerja dan tadi memang sudah pergi tidur. Jadi siapa yang ada di balik pintu kamarnya saat ini?
Tanpa berpikir panjang, Kaldera segera mengunci pintu kamarnya. Kaldera berjalan mundur beberapa langkah. Dengan insting kuatnya, Kaldera pun mengambil ponselnya di nakas, membuka room chat kontak teratasnya dan menggenggam ponselnya erat dengan satu tangan.
“Sialan, pintunya dikunci,” seru suara dari luar.
“Hancurkan pintunya dan bawa perempuan itu pada bos segera!” perintah seseorang lagi.
Dua detik berikutnya, suara gebrakan yang begitu kuat terdengar. Kaldera menjauh dan berniat untuk kabur dari jendela. Namun semuanya sudah terlambat. 3 orang pria berbadan tinggi dan kekar telah lebih dulu melihatnya dan menatap menyeringai ke arahnya.
“Kalian siapa? Mau apa kalian di sini?” ujar Kaldera dengan suaranya yang terdengar sedikit gemetar.
“Gadis cantik, kamu tau satu hal? Tante kamu yang memberi kita akses untuk ke sini,” ujar salah satu di antara mereka. Pria itu menatap Kaldera dari ujung kepala sampai ujung kaki.
“Di mana tante saya? Kalian jangan macam-macam ya!” ujar Kaldera dengan berani.
Detik berikutnya Kaldera dibuat bungkam begitu melihat bahwa tantenya ada di sana dan terlihat baik-baik saja. Kaldera yang berpikir bahwa rumah mereka tengah dirampok dan tantenya juga berada dalam bahaya, kenyataannya semua itu salah.
“Tante … ini apa maksudnya?” tanya Kaldera sambil menatap ke arah Laura. Namun Laura tidak mengatakan apa pun, perempuan itu hanya diam dan mengulaskan sebuah senyum tipis di wajahnya. Setelah itu Laura melangkah berbalik, meninggalkan Kaldera sendirian bersama ketiga pria itu.
“Bawa dia dan pastikan kita bisa menggunakannya sebaik mungkin,” ucap salah satu pria yang bertubuh paling tinggi.
Dua orang pria di sana lantas menarik lengan Kaldera secara paksa, mereka membawa Kaldera yang tengah meronta-rontadan berusaha untuk melepaskan diri.
“Tunggu,” ucapan itu menghentikan aksi dua pria yang menarik Kaldera. Pria yang bertubuh paling tinggi dengan potongan rambut under cut itu lantas berbalik dan menatap Kaldera lamat-lamat. Satu tangan pria itu menghela dagu Kaldera, memaksa Kaldera untuk mendongakkan kepala. Kemudian tatapan pria itu turun mencari sesuatu. Ia pun segera menemukan apa yang dicarinya. Kaldera mengikuti arah pandang pria itu dan sadar kalau pria di hadapannya tengah menatap ke arah ponsel yang berada di genggamannya.
“Berikan benda itu,” ucap pria itu.
Kaldera menggeleng kuat, ia berusaha mengeratkan genggamannya di ponselnya. Pria itu lantas berdecih dan dengan kasar berujar, “Kamu harus jadi gadis penurut malam ini. Berikan benda itu atau aku akan menyakitimu.”
Kaldera masih tetep kukuh tidak mau memberikannya. Saat pria itu semakin mendekat padanya, dengan cepat Kaldera melakukan perlawanan dan hampir bisa melepaskan diri. Namun belum sempat langkahnya sampai di pintu, tubuhnya kembali ditarik paksa oleh kedua pria yang sebelumnya mencekalnya.
Kaldera menduga bahwa tujuan utama 3 orang ini bukanlah dirinya. Tujuan mereka adalah seseorang yang Kaldera kenal dan ia dijadikan alat untuk memancing orang itu datang. Kaldera sempat melirik layar ponselnya dan menemukan bahwa Raegan telah menghubunginya sebanyak 2 kali.
“Kalian mau ini, kan? Silakan ambil kalau gitu,” ucap Kaldera. Lantas tepat sebelum pria di hadapannya mengambil benda itu dari tangannya, Kaldera segera melempar ponselnya ke arah jendela rumah. Ponsel itu melayang dengan sangat cepat dan menghantam kaca jendela hingga tembus ke luar rumah. Kaca jendela tersebut sampai hancur dan pecahannya berjatuhan di lantai.
Pria itu nampak kesal karena perbuatan Kaldera. Ia lantas berbalik dan menatap Kaldera dengan tatapan bengisnya seraya berujar, “Dengan atau tanpa benda itu, kami bisa mendapatkan Raegantara dengan tangan kami sendiri. Camkan itu.”
***
Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮
Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂