Let it Burn

2 hari kemudian.

Lilie telah kembali bekerja setelah merasa bahwa kondisinya cukup baik. Edgar akhirnya mengetahui fakta bahwa Lilie menolak Marcel malam itu. Cerita Lilie pada Edgar sore itu, berakhir dengan Lilie yang mengatakan bahwa pada saat acara ulang tahun kantor, Marcel meminta Lilie untuk kembali menjalin hubungan denganya. Namun Lilie menolak Marcel dengan menyatakan bahwa ia tidak ingin menjalin hubungan dengan Marcel, atau pun kembali membiarkan dirinya jatuh cinta pada pria itu.

Malam itu yang terjadi adalah Marcel menyatakan perasaannya pada Lilie, tanpa tahu bahwa selama 2 tahun berlalu, Lilie telah mencoba menyusun hatinya yang hancur. Marcel tidak pernah tahu bahwa Lilie sehancur itu. Lilie terluka dan terpuruk, bahkan ia sempat menyalahkan dirinya sendiri. Lilie merasa tidak berharga karena ditinggalkan oleh orang yang telah ia anggap menyayanginya. Seseorang yang sebelumnya memiliki citra baik dimatanya dan sempat memberikan janji-janji manis kepadanya.

Marcel pernah menjadi masa lalu yang indah bagi Lilie. Namun dengan Marcel yang saat ini mencoba kembali memasuki hidup Lilie, sama saja Marcel berusaha kembali menghancurkan hati Lilie yang sudah perempuan itu coba benahi dengan susah payah.

Ketika ada urusan pekerjaan yang harus melibatkan Lilie dengan Marcel, karena Lilie adalah manager divisi, Lilie memang tidak bisa menghindari Marcel. Seperti siang ini, Lilie harus datang seorang diri ke ruangan CEO. Sekretaris Marcel memberitahu bahwa ada urusan pekerjaan dan atasan memanggil Lilie untuk ke ruangannya.

Lilie hanya bisa berharap bahwa Marcel tidak memanfaatkan jabatannya, semata hanya karena Marcel ingin bertemu dengannya.

Lilie diantar oleh sekretaris Marcel sampai ke ruangan pria itu. Sesampainya Lilie di sana, sekretaris Marcel meninggalkan Lilie hanya berdua dengan Marcel di tempat itu.

Lilei segera menghampiri Marcel dan meletakkan sebuah file yang Marcel minta di meja pria itu. “Berikut dokumen yang sebelumnya Bapak minta,” ucap Lilie dengan sopan.

Marcel langsung beranjak dari kursinya tanpa melirik sedikitpun dokumen tersebut. Marcel berjalan menghampiri Lilie dan kini tengah menatap tepat di manik mata perempuan itu.

“Ada yang perlu aku bicarakan sama kamu, Lilie,” ucap Marcel.

“Jika yang ingin Bapak bicarakan mengenai dokumen tersebut, maka akan dijelaskan oleh divisi product development pada rapat nanti sore, Pak. Dari tim sosial media marketing, sudah dijelaskan di rapat kemarin.”

“Tapi kemarin kamu tidak masuk bekerja. Jadi saya ingin kamu menjelaskan ulang pada saya. Ada hal yang ingin saya bahas tentang promotion tools brand kita,” ucap Marcel.

Ucapan Marcel seketika membuat Lilie menatap pria itu dengan tatapan tidak percaya. Apa lagi ini? Jelas-jelas Marcel sengaja melakukannya. Pria itu membuat keadaan di mana Lilie harus melakukan pekerjaannya dan hanya ada dirinya dan Marcel saja berdua di ruangan itu.

“Kalau begitu, saya akan menjelaskannya dengan didampingi oleh tim saya Pak. Izinkan saya untuk memanggil salah satu tim saya terlebih dulu,” ucap Lilie.

“Saya rasa kamu mampu menjelaskannya sendiri, Lilie. Kamu bertanggung jawab penuh terhadap divisi kamu, bukan?” Marcel berujar lagi.

Lilie tidak dapat berkutik. Pada akhirnya ia hanya mampu menjalankan perintah tersebut. Andaikan mencari pekerjaan baru adalah hal yang mudah, maka Lilie sudah memutuskan keluar dari perusahaan ini ; tentunya untuk pergi selamanya dari seorang Marcellio Moeis.

Lilie kemudian mengambil flash disk dari saku blazernya, dan akan mempresentasikan sebuah power point di hadapan Marcel. Sebuah layar projector dinyalakan dan materi sudah tertampang di layar, Lilie akhirnya segera membuka presentasinya.

Marcel memperhatikan Lilie dari kursinya. Kedua mata kecilnya mengarah pada Lilie, mendengarkan juga dengan seksama penjelasan perempuan itu.

“Untuk produk-produk kita yang sebelumnya, dari pihak marketing menyarankan untuk kembali dilakukan promosi secara gencar, Pak. Terutama promosi dari sosial media, karena dari riset yang kita lakukan, brand kita cukup banyak dapat engagement dari sosial media. Untuk rekap insight bulan ini, Instagram menghasilkan reach audiens terbanyak, yakni sejumlah 20 ribu impression,” ujar Lilie panjang lebar.

“Tapi bukannya produk kita yang baru launching kemarin juga sukses? Satu pertanyaan saya, kenapa tim marketing ingin kembali mendongkrak promotion untuk produk-produk lama?”

“Begini, Pak. Karena sebelumnya yang mendongkrak nama IT’S CLEINE adalah pemain-pemain lama. Mulai dari Flame Rose, Sweet Red, sampai dengan Vanilla Angel yang merupakan produk best seller kita di setiap tahunnya. Produk-produk lama kita dari segi penjualan masih cukup baik Pak, tapi memang konsumen jadi lebih fokus paa produk baru kita. Untuk 2 produk baru, yaitu Eucalyptus dan Loewe, akan tetap tim marketing kita promosikan secara rutin di berbagai platform,” terang Lilie panjang lebar.

“Oke, kalau gitu coba jalankan dulu rencana itu. Penjelasan yang kamu paparkan cukup masuk akal. You did it so well. Untuk tema pemasarannnya, tolong buat semenarik mungkin ya,” ujar Marcel akhirnya.

“Baik, Pak. Apa ada lagi yang perlu saja jelaskan?” Lilie bertanya sebelum mengakhiri presentasinya.

“Ada satu hal yang ingin saya tanyakan sama kamu,” ujar Marcel.

Ucapan Marcel tersebut lantas membuat Lilie mengernyitkan kedua alisnya. “Pertanyaan apa ya Pak?” Lilie bertanya. Perempuan itu masih berdiri di tempatnya. Sampai akhirnya Marcel beranjak dari kursinya dan berjalan menghampiri Lilie.

Lilie sedikit mendongak untuk menatap Marcel. Tatapan mata itu terasa sama seperti 2 tahun yang lalu. Namun yang telah berbeda saat ini adalah perasaan Lilie sendiri. Lilie tidak bisa lagi merasakan perasaan cinta di hatinya untuk Marcel.

“Apa artinya ada pemain baru di hidup kamu, sehingga nggak ada kesempatan untuk pemain lama?”

Lilie masih terdiam selama beberapa detik. Lilie jelas paham maksud pertanyaan Marcel.

Marcel merasa kalau ada seseorang yang telah menempati hati Lilie, jadi perempuan itu menolaknya. Mungkin kalau tidak ada pemain baru itu, Lilie masih akan memberi Marcel kesempatan dan bisa kembali merasakan perasaan cinta itu.

Detik berikutnya, Lilie akhirnya membuka suara. “Apa yang kamu bilang barusan, itu benar.” Detik berikut setelah mengatakannya, Lilie segera beranjak dari hadapan Marcel dan berlalu dari ruangan itu. Namun dengan cepat Marcel kembali menahan langkah Lilie.

You must be lying to me, Lilie,” ucap Marcel.

Lilie lantas menghembuskan napas panjangnya. “Aku rasa sudah cukup aku bilang ke kamu, Marcel. Tolong sebisa mungkin, kamu jauhin aku dan bersikap profesional. Seharusnya kalau kamu peduli sama aku, kamu nggak bikin posisi aku perusahan ini jadi sulit. Dengan kamu yang kayak gini, itu menyulitkan posisi aku di kantor. Selamanya kamu tetap akan jadi atasan aku, dan aku bawahan kamu. Kamu harusnya tau batasan itu.”

Setelah sebelumnya sudah mendapat penolakan, rupanya Marcel masih mencoba dan gigih mendekati Lilie, yang pada akhirnya membuat rumor jelek tentang Lilie semakin banyak berhembus di area kantor. Lilie sempat menanggapi rumor itu, tapi tetap saja gosip tersebut bisa reda dengan mudah. Antara dirinya dan Marcel, tidak ada apa pun yang spesial. Apa yang dilihat oleh orang-orang, hanyalah sebatas hubungan pekerjaan. Namun mereka mengasumsikannya dengan asumsi yang berbeda dan berakhir menciptakan isu-isu yang tidak benar.

***

Marcel memutuskan mencari tahu soal kebenaran tentang ucapan Lilie. Sebelumnya tidak terbesit di pikiran Marcel bahwa ada sosok lelaki di hati Lilie.

Dengan bantuan sekretarisnya, Marcel akhirnya berhasil mendapat info tentang seorang lelaki yang kemungkinan memiliki hubungan dengan Lilie atau sedang dekat dengan perempuan itu. Sekretarisnya juga memberikan informasi bahwa beberapa kali Lilie terlihat pulang diantar oleh lelaki yang sama.

Marcel tidak mempercayai informasi yang diberikan sekretarisnya itu. Maka sore ini, Marcel memutuskan untuk membuktikannya sendiri dengan matanya.

Biasanya Lilie memang memang telat pulang dari kantor. Marcel sering mengamati hal tersebut, tapi masih mencoba menjaga batasan itu. Namun kini sepertinya pria itu tidak peduli. Marcel berjalan ke ruangan di mana Lilie bekerja, melewati batas yang seharusnya ia tidak lewati.

Seorang kurir pengantar makanan datang ke ruangan tempat Lilie bekerja untuk mengantar pesanan. Ketika kurir itu melewati Marcel, Marcel melihatnya dan tahu bahwa merek restoran dibungkusan tersebut adalah restoran makanan Korea yang merupakan kesukaan Lilie.

Marcel pun akhirnya berhasil mendapati itu di depan matanya sendiri. Di ruangan kerja itu, nampak Lilie tidak sendiri berada di sana. Lilie tengah bersama seorang lelaki yang Marcel ketahui adalah karyawan magang di kantor. Marcel mendapati dengan jelas kedekatan antara Lilie dan Edgar. Bagi seorang karyawan magang, tidak diwajibkan untuk lembur, tapi lelaki itu bersedia untuk melakukannya. Bukan hanya sekali dua kali, dari info yang Marcel dapatkan, karyawan magang itu memang sempat beberapa kali bekerja lembur di kantor meski itu tidak diwajibkan. Jelas sekali itu bukan hal wajar dan biasa, di balik itu pasti ada tujuan lain. Sebagai sesama lelaki, Marcel pun dapat membaca gelagat Edgar bahwa lelaki itu memang menyukai Lilie.

Marcel merasa kalau dibandingkan dengan lelaki itu, dirinya lebih unggul dan bisa mendapatkan Lilie. Maka Marcel telah memutuskan sesuatu, bahwa ia tidak akan mundur begitu saja untuk kembali mendapatkan Lilie. Jika Marcel harus bersaing dan siapa pun itu yang menjadi rivalnya, Marcel bersedia untuk melakukannya. Marcel akan dengan senang hati menghadapi persaingan tersebut.

***

Terima kasih sudah membaca Chasing Lilie 🌸

Silakan beri dukungan untuk Chasing Lilie supaya bisa lebih baik lagi pada update berikutnya. Support apa pun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya 🍰

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 💕