Luka Lama yang Kembali Terbuka
Siang ini hampir seisi lantai 22 dibuat penasaran akan sosok yang tiba-tiba mengunjungi kantor. Kedua tamu tersebut kemudian langsung diantar oleh sekretaris Marcel untuk menuju ruangan CEO mereka. Dari mulut ke mulut, akhirnya berhembus kabar bahwa kedua orang itu merupakan orang tua dari atasan mereka, yakni Marcellio Moeis. Kedatangan orang tua atasan mereka pun segera menjadi buah bibir banyak orang di kantor.
Lorong di lantai 22 masih tampak ramai dengan orang-orang yang berbincang membicarakan kedatangan orang tua Marcel ke kantor yang katanya mendadak, karena tanap sepengetahuan Marcel sama sekali. Sebagian menduga bahwa ada urusan yang sangat penting, hingga membuat dua orang yang diketahui merupakan pengusaha dengan segudang kesibukan, rela datang ke tempat ini.
Edgar dan Valdo baru saja kembali dari membeli makan siang di luar. Waktu sudah memasuki jam makan siang, tapi sepertinya orang-orang lebih tertarik pada sesuatu yang terjadi di kantor, ketimbang harus mencari santapan untuk mengisi perut mereka.
“Boleh tau nggak ada apa? Tumben rame banget,” ujar Valdo yang lantas bertanya apa yang terjadi pada salah satu karyawan yang berkerumun di lorong itu.
“Itu, orang tuanya Pak Marcel datang ke kantor, terus tadi langsung ke ruangannya Pak Marcel. Si Rere, sekretarisnya bilang kalau Pak Marcel mau ada meeting bentar lagi dan harus nanyain dulu ke Pak Marcel kalau mau ketemu, even mereka orang tuanya ya. Tapi orang tuanya tetep kekeh mau ketemu Pak Marcel sekarang juga. Kayaknya urusan penting deh,” ujar seorang karyawan perempuan yang ditanyai oleh Valdo itu.
Mendengar ungkapan tersebut, tiba-tiba Edgar terpikirkan akan sesuatu. Entah mengapa pikirannya mengarah pada hal yang berhubungan dengan Lilie.
“Bang,” ujar Edgar pada Valdo sebelum langkah mereka sampai di ruangan.
“Kenapa?” tanya Valdo.
“Ini makanan gue buat lo aja ya. Gue mau ngajak Kak Lilie makan siang di luar, nanti gue jelasin alasannya,” ujar Edgar.
Valdo nampak bingung dengan tingkah Edgar. Namun akhirnya ia hanya menurutinya. Edgar mengatakan kalau ini berhubungan dengan Lilie dan Marcel. Tujuan Edgar hanya satu, yakni ia tidak ingin Lilie kembali menghadapi luka lamanya.
***
Edgar baru saja akan mengajak Lilie keluar untuk makan siang, tapi sepertinya ia terlambat. Lilie lebih dulu dipanggil ke ruangan atasan tertinggi mereka. Tentu atasan tertinggi di perusahaan ini adalah Marcellio Moeis, dan Lilie diminta ke ruangan Marcel karena ada hal yang akan disampaikan.
Lilie sebelumnya tidak mengetahui kabar soal orang tua Marcel yang datang ke kantor. Beberapa jam lalu Lilie sibuk bekerja untuk mengejar deadline-nya. Jadi ketika ia diminta ke ruangan Marcel, Lilie hanya melangkah begitu saja ke sana. Tanpa Lilie tahu bahwa memang ada sosok yang sedang menunggu kedatangannya dan mengatakan hal yang seketika menohok hatinya.
Orang tua Marcel meminta secara tegas pada Lilie untuk resign dari kantor, yakni sama saja dengan meninggalkan karir dan pekerjaannya di perusahaan ini.
“Saya akan jamin kamu mendapat pekerjaan dan posisi terbaik di perusahaan lain,” ucap wanita yang merupakan ibu dari Marcel itu sambil menatap lurus ke arah Lilie.
“Mama dan Papa nggak ada hak untuk meminta Lilie resign dari perusahaan Marcel. Perusahaan ini milik Marcel dan kalian nggak berhak atas keputusan apa pun di tempat ini,” sambar Marcel dengan cepat.
“Marcel, kamu yang memaksa Papa dan Mama untuk melakukan ini. Kamu membeli perusahaan tanpa sepengetahuan kita, dan ternyata kamu punya maksud tertentu dengan memberi perusahaan ini,” ujar Papanya Marcel.
Kemudian giliran Mamanya yang kembali angkat bicara, “Sekarang kamu yang putuskan, Marcel. Kalau kamu ingin dia tetap bekerja di sini, kamu yang harusnya melepas perusahaan ini. Setelah dua tahun, kamu masih aja mengejar dia. Mama nggak ngerti, apa yang ada di pikiran kamu.”
Lilie hanya mampu terdiam di tempatnya. Bahkan rasanya ia tidak sanggup lagi menatap orang tua Marcel yang tengah duduk di hadapannya.
Lilie kembali merasa hancur, luka lama yang telah ia coba tutup kini seperti kembali terbuka.
Kejadiannya hampir persis seperti 2 tahun lalu. Di mana ketika orang tua Marcel menemui Lilie, dan secara terang-terangan mengatakan bahwa mereka tidak menerima Lilie untuk menjadi bagian dari keluarga mereka.
“Pah, Mah, tolong hentikan. Kalau Papa sama Mama nyakitin Lilie, sama aja kalian nyakitin Marcel. Papa dan Mama perlu tahu satu hal, perempuan yang Marcel cintai cuma Lilie,” ujar Marcel dengan nada suaranya yang terdengar frustasi.
Lilie lantas menatap Marcel yang duduk di sampingnya. Tatapan Lilie terlihat penuh luka dan kecewa. Marcel memang membelanya di depan orang tuanya dan mengatakan bahwa ia mencintai Lilie dan hanya ingin hidup bersama Lilie. Namun bagi Lilie sendiri, Marcel telah terlambat untuk memperjuangkannya.
Lilie akhirnya pamit dari ruangan itu setelah mengatakan bahwa ia akan segera resign dari perusahaan.
Langkah Lilie yang meninggalkan ruangan Marcel rupanya segera disusul oleh Marcel. “Lilie, dengerin aku dulu,” ucap Marcel yang mengejar langkah Lilie.
Lilie segera berbalik dan mendapati Marcel berada di sana. Kedua mata Lilie membeliak menatap Marcel yang menyusulnya. Mereka jelas-jelas masih berada di area kantor, dan Marcel seolah tidak peduli akan tanggapan orang-orang yang bisa saja melihat mereka dan akan mendengar pembicaraan keduanya.
“Lilie, aku nggak akan biarin kamu untuk resign dari perusahaan ini,” ucap Marcel.
Lilie merasakan matanya memanas dan ia berusaha menahan air matanya. Lilie tidak ingin membalas apa pun ucapan Marcel, karena bisa saja itu justru memperburuk keadaan, dan orang kantor mungkin akan segera mengetahui tentang masa lalu mereka.
Lilie kemudian berlalu begitu saja dari hadapan Marcel. Dengan perasaannya yang kembali hancur, sebisa mungkin Lilie menahan semua emosi yang bergejolak dalam dirinya. Tidak ketika ia masih berada di kantor. Lilie ingin pergi dari tempat itu sekarang juga, kalau saja itu memungkinkan. Namun Lilie tidak bisa melakukannya, karena pekerjaannya masih menunggu untuk segera diselesaikan.
Marcel benar-benar telah meninggalkan Lilie dua tahun yang lalu. Marcel tidak pernah tahu bahwa sangat hancur kala itu. Marcel memang mencintai Lilie, tapi pria itu terlambat berjuang dan sudah tidak ada lagi cinta di hati Lilie untuk sosok Marcel.
***
Terima kasih sudah membaca Chasing Lilie 🌸
Silakan beri dukungan untuk Chasing Lilie supaya bisa lebih baik lagi pada update berikutnya. Support apa pun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya 🍰
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 💕