Luluhnya Hati

Di dalam mobil itu, baik Fabio maupun Sienna, tidak ada yang memulai pembicaraan. Jalanan Jakarta sore ini tampak cukup padat. Wajar saja sebenarnya, karena mereka berkendara tepat saat jam pulang kerja orang-orang kantoran.

Mobil yang dikendarai Fabio baru saja berjalan sedikit, tapi sudah berhenti lagi karena mobil di depan mereka kembali berhenti.

Fabio lantas menoleh ke samping dan ia berujar, “Sienna, ada yang mau Papa tanyakan sama kamu.”

“Iya, Pah?” Sienna pun ikut menoleh dan menatap Fabio. Kemudian Sienna membiarkan Fabio bertanya padanya.

“Tadi waktu Papa nunggu kamu, papa denger cerita dari Gio soal kejadian waktu itu.”

Awalnya Sienna belum sadar apa yang dimaksud oleh Fabio. Namun Fabio menjelaskan lagi bahwa Gio bercerita padanya soal kejadian Alvaro yang menolong Marsha ketika Marsha mendapat perlakuan kurang baik dari seorang laki-laki.

Akhinya Sienna menceritakan detail kejadiannya pada Fabio. Memang benar, waktu itu Alvaro menolong Marsha karena perempuan itu mendapat perlakuan buruk dari seorang laki-laki. Di mana laki-laki itu adalah orang yang berselingkuh dengan Marsha dan merupakan ayah biologis dari Gio.

“Pah, nggak mudah bagi Alvaro untuk melakukan itu. Tapi Alvaro mutusin buat nolong Marsha karena satu alasan. Karena gimana pun Marsha, dia tetep ibu kandungnya Gio. Meskipun Alvaro udah tau Gio bukan anak kandungnya, itu nggak ngubah sedikitpun rasa sayang Alvaro ke Gio,” jelas Sienna.

Bagi Alvaro, tidak mudah melakukannya ; karena sama saja seperti membuka luka lama yang telah berusaha laki-laki itu tutup. Harusnya pun Marsha bukan lagi tanggung jawab Alvaro, seharusnya Alvaro bisa saja tidak peduli dan menutup mata. Namun Alvaro menyelamatkan Marsha karena satu alasan. Bagaimana pun masa lalu Alvaro dengan Marsha, Marsha tetaplah ibu kandung Gio. Alvaro melakukannya semata untuk anaknya.

Sienna tidak tahu bahwa selama Fabio tadi menunggunya dan bertemu dengan Gio, mereka mengobrol tentang banyak hal. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba Fabio jadi ingin tahu dan berakhir bertanya pada Sienna, padahal biasanya papanya itu tidak peduli tentang segala hal yang menyangkut Alvaro.

“Sienna,” ujar Fabio setelah Sienna mengakhiri ceritanya.

“Iya Pah?”

“Maafkan Papa. Papa sudah salah menilai Alvaro. Maaf, Papa selama ini terlalu menutup hati dan bersikap egois.”

***

Beberapa hari telah berlalu sejak percakapan Sienna dan Fabio di mobil. Setelah mendengar semua cerita itu, Fabio akhirnya tergerak hatinya. Fabio dapat melihat sisi baik dari Alvaro, ia dapat melihat cara lelaki itu memperjuangkan segalanya.

Selama ini Fabio hanya terlalu menutup hatinya, hingga tidak bisa melihat kebaikan seseorang. Fabio menyadari itu dan mengaku bahwa dirinya keliru.

Pagi ini Fabio menghampiri Sienna yang masih bersiap-siap di kamarnya ; sebelum putrinya itu berangka bekerja. Fabio mengetuk pintu kamar putrinya sebanyak dua kali sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam.

Di luar dugaan, Fabio meletakkan kunci mobil milik Sienna di atas meja. Sienna nampak bingung, muncul kerutan di dahinya. Pasalnya beberapa hari belakangan, Fabio bersikukuh mengantar dan menjemputnya ke studio.

“Papa nggak nganter Sienna ke studio?” Sienna bertanya.

“Mulai hari ini, Papa mengizinkan kamu bawa mobil sendiri ke studio. Papa juga mengizinkan kamu untuk ketemu sama Alvaro,” tutur Fabio.

Sienna nampak tidak percaya setelah mendengarnya. Kedua matanya membola, bahkan belah bibirnya sedikit terbuka.

“Sienna?” panggil Fabio menyadarkan Sienna dari lamunannya.

Ketika Sienna telah sadar, ia bertanya, “Pah … ini beneran?”

“Beneran, Sayang. Papa nggak larang lagi kamu buat berhubungan dengan Alvaro. Oh iya, Papa juga mau ngundang Alvaro makan malam di rumah kita.”

“Oke, Pah. Nanti Sienna bilang ke Alvaro.” Sienna hanya mengangguk sekali, ia masih tampak bingung dan mencoba untuk mencerna semuanya. Sienna berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini bukanlah mimpi, ini sungguh nyata; papanya telah merestui hubungannya dengan Alvaro.

“Sienna, tunggu.” Fabio menahan Sienna yang sudah akan berlalu setelah menyalami tangannya.

“Kenapa Pah?” Sienna berbalik lagi kepada Fabio.

“Nanti tolong kamu kirim nomornya Alvaro ke Papa. Papa yang akan hubungi Alvaro secara langsung untuk ngundang makan malam.”

Sienna hanya mengangguk sekali lagi, lalu Sienna benar-benar melangkah pergi dari sana. Sienna harus segera berangkat dan saat ini tidak punya waktu untuk meresapi semua yang terjadi pagi ini.

Ini terlalu ajaib, tapi sekaligus membahagiakan baginya. Sienna pun ingin secepatnya memberi tahu hal ini kepada Alvaro.

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭