Mahalnya Sebuah Kepercayaan
Gosip merupakan obrolan atau rumor kosong yang biasanya berkaitan mengenai urusan pribadi atau pun orang lain. Banyak juga yang menyebut bahwa gosip sebenarnya adalah sebuah fakta yang tertunda. Sebagian gosip pada akhirnya memang benar menjadi sebuah fakta, tapi tidak selamanya demikian. Ketika gosip sudah menyebar, maka akan sulit dipadamkan dan mencari siapa penyebar utamanya.
Sejauh ini, gosip kontroversial yang beredar di lantai 22 adalah tentang dua anak magang yang hampir menciptakan skandal di tempat karaoke. Skandal sendiri adalah insiden yang dipublikasikan dengan melibatkan dugaan pelanggaran, aib, atau pun pencabulan moral.
Entah dari mana atau pun siapa yang awalnya memiliki foto yang memperlihatkan Edgar dan Riana tengah berciuman, yang lantas tersebar ke beberapa orang, hingga akhirnya semakin banyak yang mengetahuinya dan menjadikan itu sebagai buah bibir. Dua anak magang yang menjadi bahan perbincangan itu adalah Edgar dan Riana. Ketika semakin banyak asumsi yang beredar dan tidak bisa diredam begitu saja, maka ada tindakan yang harus ditempuh untuk menuntaskan semua masalah ini.
Siang ini di sebuah ruangan, kedua oknum yang jadi bahan pembicaraan tersebut akhirnya dipertemukan. Tentunya di sana juga ada mentor magang kedua belah pihak yang bertanggung jawab atas keberadaan keduanya di perusahaan tersebut. Lilie hadir sebagai mentor untuk Edgar, dan Devina sebagai mentor untuk Riana.
Edgar dan Riana duduk bersebelahan. Di hadapan mereka dibatasi sebuah meja, ada Lilie dan Devina.
“Pertama, saya mau dengar kejadiannya dari sisi Riana. Kemarin saya sudah denger dari Edgar,” ucap Lilie membuka percakapan.
“Riana, apa kamu tau siapa yang awalnya nyebarin foto itu? Atau siapa yang sengaja ngambil foto itu?” Lilie berujar lagi setelah beberapa detik Riana masih memilih untuk menutup mulutnya.
“Kak Lilie, maaf sebelumnya atas kejadian ini. Saya nggak tau kenapa bisa ada foto itu dan saya nggak tau juga siapa yang nyebar,” terang Riana akhirnya.
Lilie memutuskan tidak mengatakan apa pun lagi. Kini giliran Devina yang angkat suara. “Edgar, Riana, aku sama Lilie sebagai mentor kalian di kantor ini, bertanggung jawab atas apa yang kalian lakukan. Itu hanya ketika di kantor, kalau di luar, sudah beda lagi urusannya. Kita serahkan pada kalian. Tapi dengan tersebarnya foto itu di lingkungan kantor, citra kalian di perusahaan ini yang bisa terpengaruh ke depannya. Gosip ini juga udah sampai ke pihak direksi lho. Kami berusaha agar masalahnya nggak sampe ke pihak kampus kalian, karena kalian tau sendiri tugas kalian di tempat ini untuk internship. Jadi sebaiknya kalian tahu batasan dan bisa lebih menjaga diri. Kalian ini kan sudah dewasa, harusnya—”
“Mbak Dev, sorry. Boleh aku interupsi dulu sebentar?” ujar Lilie.
Devina seketika menoleh pada Lilie, perempuan itu kemudian mempersilakan Lilie untuk berbicara.
“Kenyataan yang sebenarnya nggak seperti yang ada di foto itu, Mbak Dev. Sebagai mentornya Edgar, saya akan berusaha meredam gosip yang udah termasuk ke dalam ranah pencemaran nama baik,” ujar Lilie.
“Memang kenyataannya seperti apa Lilie?” tanya Devina.
Lilie lantas menatap Edgar dan ia berujar, “Edgar, kamu bisa jelaskan ke Mbak Devina kejadian yang sebenarnya seperti apa.”
Edgar akhirnya mengatakannya. “Mbak Devina, maaf saya harus mengatakan kenyataannya. Saya nggak bertindak senonoh ke Riana. Waktu itu Riana hangover dan yang terjadi setelahnya seperti yang terlihat di foto seperti itu, tapi kenyataannya saya langsung menghindar. Jadi saya sama Riana nggak melakukan apa pun,” jelas Edgar.
Riana seketika menoleh menatap Edgar setelah penjelasan itu. Riana menatap Edgar dengan tatapan tidak menyangka bahwa Edgar mengatakan yang sesungguhnya.
“Sorry Ri, gue nggak ada niat sama sekali baut ngejatuhin lo. Tapi kenyataannya emang kayak gitu, kan?” Edgar berucap lagi.
Devina pun sama dengan Riana, perempuan itu tampak terkejut setelah fakta yang sebenarnya terungkap. Devina tidak percaya bahwa kenyataan yang terjadi justru jauh berbeda dari yang ada di foto.
“Tapi apa ada buktinya kalau yang Edgar bilang itu bener?” Devina bertanya.
“Ada buktinya Mbak. Semuanya terekam di CCTV di ruang karaoke itu,” ujar Lilie.
Dengan pernyataan Lilie tersebut, Devina kemudian beralih pada Riana. “Riana, apa yang kamu bilang ke saya kenapa berbeda dengan yang sebenarnya? Saya kan udah minta sama kamu untuk jujur, tapi kamu lebih memilih berbohong dan nutupin fakta sebenarnya. Saya benar-benar kecewa sama kamu,” ungkap Devina panjang lebar, terpancar dari tatapan matanya bahwa ada kekecewaan.
Pembicaraan di ruangan tersebut akhirnya selesai sampai di sana. Semua telah clear ketika kedua belah pihak dipertemukan. Mereka jadi tahu fakta yang sesungguhnya. Dengan begini, maka tidak ada lagi kesalahpahaman yang terjadi.
“Edgar, kayaknya kita perlu dapetin rekaman CCTV kafe itu. Besok ada pertemuan manager divisi sama direksi-direksi, jadi akan dibahas juga soal berita yang kesebsar itu,” ucap Lilie begitu ia dan Edgar melangkah bersisian meninggalkan ruangan pertemuan tadi.
“Oke Kak. Nanti biar aku aja yang ke sana buat minta cctvnya,” ujar Edgar.
“Oh iya Kak, makasih ya,” Edgar berujar lagi ketika langkah mereka hampir sampai di ruangan.
“Makasih untuk?” Awalnya Lilie tampak bingung, tapi akhirnya ia mengerti dan kembali berujar sebelum Edgar mengatakannya. “Sebagai mentor kamu, aku harus percaya sama kamu. Sama kayak Mbak Dev, di awal beliau juga percaya kok sama Riana. Tapi itu dia, sekalipun jangan pernah ngekhianatin kepercayaan orang yang udah percaya sama kita, karena kepercayaan itu harganya mahal.”
***
Hari ini merupakan hari pertemuan antara direksi dengan para manager dari tiap-tiap divisi yang bekerja di IT'S CLEINE. Launching dua produk parfum IT'S CLEINE satu bulan lalu telah sukses, bahkan melampaui target penjualan yang telah ditentukan. Mereka sampai harus membuka pre-order batch ketiga karena membludaknya pesanan yang masuk. Para konsumen cukup antusias dan ingin memiliki koleksi parfum yang baru launching tersebut.
Kesuksesan itu tentunya tidak akan terjadi tanpa kerja keras dari setiap divisi. Maka hari ini pihak direksi memanggil para manager divisi untuk dipertemukan. Ada yang akan dibahas tentang hasil penjualan produk mereka.
Lilie hadir di ruangan itu juga, tentunya sebagai perwakilan dari divisi sosia media marketing . Namun yang Lilie tidak sangka, setelah pertemuan tersebut rupanya ada acara lanjutan. Acara tersebut adalah sebuah acara makan siang bersama. Tidak tanggung-tanggung, atasan di kantornya mengajak mereka ke sebuah restoran all you can eat yang menu utamanya adalah daging berkualitas premium.
Sebenarnya cukup jarang ada tradisi seperti ini di perusahaan. Namun dari yang Lilie dengar, terlaksananya acara tersebut diprakarsai oleh owner sekaligus CEO IT'S CLEINE yang tidak lain dan tidak bukan adalah Marcellio Moeis.
Beberapa rekan sejawatnya sedang duduk di meja menikmati makanan mereka, sementara Lilie berniat mengisi kembali daging di piringnya yang sudah kosong. Lilie sedang mengambil makanan di deretan buffet di restoran tersebut, ketika sebuah suara dari dekat memanggil namanya. Lilie langsung menoleh dan ia mendapati sosok yang amat fameliar baginya. Marcel berada di sana, lelaki itu mengajaknya berbicara dengan gaya bicara yang santai ; seolah tidak ada batasan di antara CEO dengan seorang manager. Perbincangan tersebut juga bukan bertujuan untuk pekerjaan dan tidak terlihat profesional untuk terjadi di saat seperti ini.
“Lilie kamu mau minuman apa? Biar aku ambilin, ya?” ujar Marcel.
“Terima kasih, Pak. Tapi saya bisa ambil sendiri,” ujar Lilie yang masih mengambil beberapa jenis daging ke piringnya.
“Kamu mau juice mangga kesukaan kamu?” Marcel bertanya, tampaknya tidak mengindahkan tolakan Lilie sebelumnya.
“Nggak usah Pak. Saya bisa ambil sendiri,” ujar Lilie untuk yang kedua kalinya.
“Lilie, tolong bersikap biasa aja kalau kamu lagi sama aku,” ujar Marcel yang akhirnya menahan Lilie yang akan menjauh darinya. Lilie berhenti di tempatnya, ia mendongak menatap Marcel yang lebih tinggi darinya, kira-kira tinggi Lilie hanya sebatas dada pria itu. Marcel menghalangi langkah Lilie, hingga terpaksa Lilie harus menghentikan langkahnya.
“Maksud Bapak bagaimana ya Pak?” Lilie bertanya. Lilie masih berusaha untuk bersikap profesional. Lilie melihat ke sekitar, takut-takut kalau ada yang menangkap basah dirinya tengah berbicara dengan Marcel.
“Kamu paham maksud aku, Amara. Bukan tanpa tujuan aku membeli perusahaan IT'S CLEINE, itu karena kamu. Listen to me, aku nggak pernah ingin menikahi istriku. Aku nikah cuma karena perjodohan gila itu. Sampai sekarang, yang aku inginkan cuma kamu. Aku ingin kita kembali kayak dulu lagi, please?”
“Pak, saya nggak ingin nanti ada yang melihat dan jadi timbul rumor nggak enak. Sebaiknya Bapak tetap bersikap profesional kepada saya. Satu hal lagi Pak, tolong panggil saya Lilie aja, jangan Amara.”
Marcel rupanya belum berhenti, pria itu kembali berujar, “Aku masih cinta sama kamu, Lilie. Tolong kasih aku kesempatan untuk memulai hubungan lagi sama kamu.” Marcel berucap tanpa mempedulikan di mana mereka berada sekarang. Tidak jauh dari posisi Lilie dan Marcel, terdapat meja panjang yang berisikan para manager divisi yang merupakan teman sejawat Lilie di kantor. Kemungkinan mereka akan melihat Lilie dan Marcel tengah mengobrol, bukan sekedar bertegur sapa seperti yang sewajarnya atasan dan bawahan lakukan.
Lilie akhirnya memutuskan untuk tidak lagi menggubris ucapan Marcel. Lilie bersikeras menyingkir dari hadapan Marcel. Lilie kemudian benar-benar berlalu dari hadapan Marcel, tidak peduli pria itu masih mencoba berbicara dengannya. Lilie tidak tahu apa yang ada di pikiran Marcel hingga pria itu nekat menemuinya dan berbicara mengenai masa lalu mereka. Ini bukan tempat yang pantas untuk membicarakannya. Oh, tunggu. Bagi Lilie saat ini, tidak ada tempat yang pantas untuknya dan Marcel terlihat dekat atau pun mengobrol layaknya orang yang telah lama saling mengenal.
***
Terima kasih sudah membaca Chasing Lilie 🌸
Silakan beri dukungan untuk Chasing Lilie supaya bisa lebih baik lagi pada update berikutnya. Support apa pun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya 🍰
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 💕