Meet His Daughter
“Babe,” ujar Marcel, membuat Olivia langsung menoleh ke sampingnya.
“Iya?”
“Percaya sama aku, Mikayla bakal suka sama kamu. Ayo kita turun,” ujar Marcel sambil sekilas mengusap tangan Olivia, berusaha mengurangi rasa khawatir yang jelas Marcel tahu tengah dirasakan perempuan itu. Marcel dapat merasakan bahwa Olivia gugup, tapi itu wajar saja sebenarnya.
Akhirnya Olivia dan Marcel turun dari mobil. Satu tangan Marcel membawa paper bag pink, sementara tangan lainnya yang bebas meraih tangan Olivia, digenggamnya tangan itu selama mereka berjalan masuk ke dalam rumah.
Setelah berjalan beberapa langkah, kini Olivia mendapati kediaman bertingkat dua yang cukup megah bergaya minimalis modern dengan nuansa warna putih, coklat, dan krem. Rumah ini kesannya lumayan simpel tapi tetap elegan, khas sekali desain yang disukai Marcel.
Begitu langkah mereka sampai di dalam rumah, Marcel langsung membawa Olivia ke sebuah ruangan yang di mana sepertinya itu adalah ruang keluarga.
“Kayaknya Mikayla ada di kamar. Aku panggil dia dulu sebentar ya,” ucap Marcel yang segera diangguki oleh Olivia.
Olivia menunggu di ruangan itu, ia mengambil tempat di salah salah satu sofa.
Tidak lama Olivia menunggu, Marcel akhirnya kembali. Namun kali ini Marcel tidak sendiri. Seorang anak perempuan menggenggam tangannya, berjalan ke arah Olivia.
Marcel segera meminta putrinya untuk menyalami Olivia begitu dirinya dan Mikayla duduk berhadapan di sofa.
Anak perempuan berambut panjang itu tampak malu-malu ketika menatap Olivia. Jadi Olivia berinisiatif lebih dulu untuk mengulurkan tangannya sambil berujar ramah, “Halo, Mikayla. Aku boleh kenalan sama kamu?”
“Boleh. Tante namanya siapa?” ujar pelan Mikayla.
Olivia lantas mengulaskan senyumnya begitu Mikayla bersedia menyambut uluran tangannya. “Nama aku Olivia,” ujar Olivia.
Ketika tatapan Olviia bertemu dengan Marcel, Olivia mengisyaratkan melalui tatapannya, bahwa tidak masalah Mikayla memanggil Olivia dengan sebutan ‘Tante’.
Setelah perkenalan singkat itu, Olivia menunjukkan sesuatu yang ia bawa untuk Mikayla. Sebuah paper bag berwarna pink pastel membuat Mikayla tampak tertarik.
Mikayla kemudian membuka bungkusan itu, lalu matanya terlihat berbinar begitu mendapati mainan LOL Surprise favoritnya, ditambah lagi ada permen yang merupakan cemilan kesukaannya. Seutas senyum cantik segera terukir di wajah Mikayla, yang ketika Olivia memperhatikannya, senyum itu mirip sekali dengan senyum milik Marcel.
“Bilang apa Nak kalau dikasih sesuatu?” ujar Marcel pada Mikayla.
Mikayla langsung menoleh pada Olivia, lalu dengan pelan gadis manis itu berujar, “Thank you, Tante.”
“Sama-sama,” balas Olivia.
Mikayla tampak senang dengan mainannya dan tidak lupa, sebuah cake yang dibawakan Olivia untuknya.
“Mikayla mau cake-nya? Tante ambilkan ya buat Mikayla?”
“Mikayla doang Babe yang ditawarin? Aku kan juga mau tau,” cetus Marcel.
“Iya, aku ambilin buat kamu juga,” ujar Olivia.
Ketika Olivia akan beranjak dari tempatnya, Marcel segera menahannya. “Babe, minta tolong Bibi aja puat potongin kuenya. Kamu di sini aja. Sebentar ya.” Marcel lantas memanggil asisten di rumahnya untuk menyajikan 3 potongan cake untuk mereka.
Mikayla yang tadinya sedang sibuk dengan mainan barunya, kini menoleh dan menatap penasaran pada Olivia dan Marcel.
“Kenapa Sayang?” tanya Marcel.
“Tadi Daddy panggil Tante Olivia Babe. Emang itu artinya apa?” Celetukan Mikayla tersebut seketika membuat Marcel dan Olivia saling bertukar pandang.
Lantas dengan cekatan Marcel berujar. “Itu panggilan sayang Daddy ke Mommy Oliv, Princess. Sama kayak Daddy panggil kamu Princess, itu kan panggilan sayang juga.”
Berkat penjelasan Marcel itu, Mikayla bukannya mengerti, tapi gadis itu justru tampak bingung. Lantas Olivia mengisyaratkan pada Marcel melalui tatapannya, bahwa mungkin seharusnya Marcel tidak terang-terangan mengutarakannya.
Marcel tampak tidak merasa bersalah atas kelakuannya itu. Toh Marcel memang ingin mengenalkan Olivia pada Mikayla sebagai calon Mommy untuk anaknya, jadi tidak ada yang salah, begitu pikirnya.
“Princess, listen to Daddy, here,” ujar Marcel meminta Mikayla untuk menghampirinya.
Mikayla menurut dan beranjak untuk menghampiri Marcel. Anak itu lantas duduk di samping Marcel, di antara sang Papa dan perempuan yang barusan Papanya sebut sebagai calon Mommy untuknya.
“Tante Olivia ini calon Mommy-nya Mikayla,” ujar Marcel memberitahu putrinya.
“Kok bisa Tante Olivia jadi Mommy-nya Mikayla?” Mikayla segera bertanya dengan raut bingung.
Pembicaraan antara Marcel dan Mikayla itu tiba-tiba terinterupsi oleh asisten rumah tangga yang membawakan 3 piring kecil berisi kue dan menyajikannya di hadapan mereka.
Mikayla ingin menyantap kuenya lebih dulu, jadi Olivia mengatakan pada Marcel untuk membiarkan Mikayla menikmati dulu makanannya. Marcel dan Olivia akhirnya menikmati cake mereka juga. Sambil ketiganya menikmati makanan manis itu, Marcel memberitahu sesuatu pada putrinya.
“Mikayla tau nggak? Tante Oliv bisa bikin dress princess Disney yang sering kamu tonton itu. Princess Cinderella yang dress-nya warna biru. You like her so much, right?” ujar Marcel.
Mikayla seketika menoleh pada Olivia dan berceletuk, “Tante Oliv emang bisa buat gaun Cinderella?”
Olivia segera mengangguk. “Iya. Mikayla mau liat fotonya? Tante ada foto dress-nya.”
Dengan antusias Mikayla segera mengiyakan. Mikayla lantas mendekat pada Olivia begitu Olivia akan menunjukkan sesuatu di ponselnya.
“Cantik banget dress-nya,” celetuk Mikayla begitu netranya mendapati foto gaun yang dipakai oleh model waktu di fashion show. Gaun yang tampak indah dan menawan itu berhasil mempesona Mikayla yang notabenenya penggemar tokoh Princess Disney.
“Mikayla mau Tante buatin gaun kayak gini? Tante bisa buatin kalau Mikayla mau,” ujar Olivia.
“Mau,” dengan cepat gadis kecil itu mengiyakan.
“Babe, kalau kamu janjiin nanti dia nagih terus lho,” celetuk Marcel. Marcel telah selesai dengan cake-nya, ia lalu berpindah tempat duduk di sisi kanan Olivia.
“Nggak papa, aku emang mau buatin untuk Mikayla,” ujar Olivia.
“Emang nggak boleh yaa Daddy?” ujar Mikayla.
“Boleh,” sahut Olivia cepat.
“Boleh, tapi panggilnya Mommy dulu. Kamu kan mau dibuatin gaun, hadiahnya buat Tante Oliv, coba panggil Mommy dulu.”
“Kenapa?”
“Karena Tante Oliv seneng kalau kamu panggil Mommy.”
“Kalau Tante Oliv itu Mommy-nya Mikayla, berarti Tante Oliv itu siapanya Daddy?“
Begitu Marcel akan menjawab, Olivia telah lebih sigap untuk menahan Marcel. Olivia lantas meminta pada Marcel agar ia bicara berdua dengan Mikayla. Marcel akhirnya mempersilakan kedua perempuan itu saling berbisik, tanpa dirinya tahu apa yang akan mereka bicarakan.
Olivia lantas mendekat pada Mikayla, lalu ia berbisik di telinga gadis itu, “Mikayla, ini rahasia kita berdua aja ya. Tante kasih tau, Tante Oliv itu temennya Daddy.” Olivia berbisik di telinga Mikayla sambil terlihat tengah menahan senyuman di wajahnya.
Mikayla tampak membulatkan matanya, lalu ia balas berbisik di telinga Olivia. “Oh gitu. Tapi Babe itu apa artinya? Kok Daddy manggil Tante pake Babe?”
“Artinya kita temenan. Itu panggilan untuk teman, karena saling menghormati,” ujar Olivia lagi.
“Oke-oke.” Ucap Mikayla sambil gadis itu sedikit terkikik.
“Kalian ngomongin apa sih?” celetuk Marcel yang terlihat sangat penasaran dengan obrolan dua perempuan itu. Keduanya tampak asik, membuat Marcel jadi curiga dan sungguh ingin tahu.
Olivia berusaha menahan tawanya, tapi Mikayla tidak sanggup lagi, hingga gadis kecil itu berakhir tergelak karena mendapati Marcel yang penasaran. Hanya Mikayla dan Olivia yang tahu, jadi mereka merasa telah berhasil mengerjai Marcel.
“Babe, kasih tau aku dong. Mikayla, ayo kasih tau Daddy, tadi kalian berdua ngomongin apa?” Marcel masih berusaha mendapat jawaban.
“Kan namanya rahasia, Daddy. Nggak boleh dikasih tau dong,” ujar Mikayla yang sudah kompak dengan Olivia.
“Good job, Mikayla. Jangan kasih tau Daddy, ya,” peringat Olivia.
“Tapi .. nanti Daddy kasih Mikayla mainan, terus kalau disuruh kasih tau, gimana?”
“Mikayla mau mainan apa, nanti Tante yang beliin. Minta ke Tante aja, asal jangan kasih tau Daddy. Oke?”
“Oke deh, Tante,” ucap Mikayla sambil menampakkan ibu jarinya dan disusul oleh sebuah senyuman manis.
Sore itu berakhir dengan Marcel yang dibuat penasaran berkat obrolan kedua perempuan beda generasi yang disayanginya. Namun apa pun rahasia tersebut, sepertinya sekarang tidak terlalu penting bagi Marcel. Saat ini yang menurutnya penting adalah bagaimana Mikayla dan Olivia dapat membangun bonding yang bagus. Marcel ingin putrinya mengenal Olivia dan juga perlahan bisa menyayanginya. Karena hanya Olivia yang Marcel inginkan menjadi pendamping hidupnya, serta seorang ibu untuk Mikayla dan juga anak-anaknya kelak.
***
Terima kasih telah membaca Fall in Love with Mr. Romantic 🌹
Jangan lupa kasih masukan biar kedepannya bisa lebih baik lagi 💕
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍒