Mood Swing
Manda merasa bahwa ia tidak bisa mengerti dirinya sendiri. Mood-nya berantakan. Manda gampang sensitif dan tidak memiliki napsu untuk berbicara banyak-banyak.
Ketika di hadapan El, sebisa mungkin Manda menyembunyikan yang ia rasakan. Jadi, tampak luarnya Manda baik-baik saja, padahal kenyataan di dalamnya bertolak belakang.
Pembicaraannya dengan Vania tempo hari membuat Manda menjadi overthinking. Malam ini Manda tidak bisa memejamkan matanya. Selain banyak pikiran, Manda merasakan bagian pinggang kanannya terasa nyeri.
Manda berakhir memaksa dirinya untuk tertidur dengan pinggangnya yang masih nyeri. Rasa sakit itu datang dan pergi, membuat Manda beberapa kali bergerak gelisah di dalam tidurnya.
Hingga pagi harinya Manda membuka kelopak matanya, Manda mendapati jam dinding di kamar menunjukkan pukul 6 pagi. Manda sedikit bangun kesiangan, karena ia ingat baru bisa benar-benar tidur sekitar pukul 2 dini hari.
Manda baru saja akan bangun dari ranjangnya, ketika ia merasa nyeri itu datang lagi. Manda pun merintih dan memegangi pinggang bagian kanannya, hingga akhirnya ia tidak kuasa beranjak dari kasur.
Manda masih berada di kasurnya ketika mendengar ketukan di pintu kamarnya. Manda kemudian hanya berujar pelan kemudian, “Masuk aja.”
Dua detik berikutnya, Manda mendapati pintu kamarnya terbuka dan menampakkan sosok El di sana.
“Maaf Pak saya bangunnya kesiangan,” ujar Manda pelan.
El yang mendapati Manda tampak merintih kesakitan pun segera menghampiri Manda. “Kamu kenapa? Kamu sakit?”
“Baru semalem sih. Pinggang saya nyeri banget,” ujar Manda, suaranya terdengar lirih.
El memang terbangun lebih pagi dari biasanya. Biasanya El sudah menemukan Manda keluar dari kamarnya pada waktu segini. Maka ketika Manda belum terlihat, El memutuskan ke kamar Manda untuk mengecek Manda.
El malah menemukan Manda yang merintih kesakitan, bahkan Manda kesulitan untuk bangun dari kasur.
“Kayaknya saya hari pertama dateng bulan deh,” ujar Manda.
“Kamu butuh apa biasanya kalau sakit haid pertama gini?” tanya El.
“Saya mau ke kamar mandi dulu. Bisa bantuin nggak?”
“Oke. Kamu bangun pelan-pelan ya, saya bantuin,” ujar El kemudian.
Kemudian perlahan El membantu Manda untuk beranjak dari kasurnya. El meletakkan satu lengannya di pinggang Manda, lalu ia memapah Manda untuk berjalan ke kamar mandi.
Setelah sampai di kamar mandi, Manda masuk ke dalam dan menutup pintunya.
El masih menunggu Manda di depan pintu kamar mandi. El ingin terlebih dulu memastikan Manda baik-baik saja sebelum ia beranjak pergi dari sana.
Beberapa menit berselang, pintu di hadapan El terbuka. Tampak di sana Manda dengan wajah pucatnya.
“Nanti saya beliin obat minum buat nyeri haid ya. Nama obatnya kamu kasih tau aja. Sebelum saya berangkat kerja biar saya beliin dulu,” ujar El.
“Iya. Makasih ya, Pak. Nama obatnya feminax. Biasanya nggak sesakit ini, tapi kali ini sakit banget.”
“Oke. Saya beliin dulu deh kalo gitu. Sama ada lagi nggak? Kamu mau apa gitu?”
“Nggak ada, itu aja,” ujar Manda.
“Oke. Kamu nggak usah ngapa-ngapain dulu hari ini. Saya sarapan di kantor aja, makan siang juga gampang lah nanti. Kamu nggak usah masak dulu ya.”
Manda lantas hanya mengangguk pelan. Kemudian El segera berlalu dari hadapan Manda.
—
Terima kasih telah membaca Marrying My Boss 💕
Jangan lupa kasih masukan biar kedepannya bisa lebih baik lagi 🌸
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍰