Oknum yang Berkhianat

Dulu saat Satrio mengetahui pekerjaan Raegan sebagai ketua mafia, tentu sebagai orang tua Satrio pun marah besar. Bagaimana bisa dirinya yang seorang penegak hukum justru memiliki anak yang pekerjaannya sangat berbahaya dan berpotensi besar berurusan dengan hukum itu sendiri. Raegan sempat meninggalkan pekerjaan beresiko itu dan memutuskan memulai karirnya di dunia bisnis. Raegan sebenarnya sudah sangat mapan dengan pekerjaannya, tapi Satrio memaksa anak sulungnya untuk melanjutkan bisnis batu bara miliknya, tepatnya sejak saat Raegan lulus dari sekolah bisnisnya.

Satrio menemui Raegan yang sedang memerintahkan orang-orangnya untuk memasang CCTV di hampir seluruh penjuru rumahnya. Raegan melakukannya untuk antisipasi terhadap hal buruk yang kemungkinan bisa terjadi.

“Raegan,” panggil Satrio. Raegan langsung menoleh ke arah Satrio. Pemasangan kamera CCTV telah selesai, jadi Raegan meminta orang-orangnya untuk memberi ruang untuk dirinya dan Satrio.

“Mama kamu dan Kaldera, mereka ada di tempat yang aman kan sekarang?” tanya Satrio kemudian.

Raegan mengangguk sekali. “Iya, Pah. Raegan akan pastiin mereka selalu aman dan dalam pengawasan orang-orang terpercaya,” terang Raegan.

“Pah, kita memang belum tau apa motif ketua Mahkamah Agung mesabotase data itu, tapi Raegan yakin dia adalah orang yang ada di balik semua rencana ini,” ujar Raegan lagi.

“Raegan, tapi dia tidak memiliki keuntungan untuk melakukan itu. Tidak ada motif baginya untuk mesabotase data tersebut,” ucap Satrio.

“Kadang kita nggak bisa menduga alasan seseorang melakukan sesuatu, Pah. Sekarang Papa nggak perlu memikirkan terlalu banyak hal. Raegan pastikan Papa aman di rumah ini,” ujar Raegan.

Setelah semua urusan selesai, Raegan hendak berpamitan pada Satrio. Namun sebelum Raegan berbalik, Satrio menahannya.

“Kapan-kapan kenalin Papa ke teman-teman kamu ya. Mereka udah membantu banyak sekali, Papa harus mengucapkan terima kasih secara langsung. Siapa nama mereka?”

“Calvin, Barra, dan Romeo. Lain waktu Raegan pasti akan kenalin mereka ke Papa. Tapi Papa nggak akan penjarakan mereka, kan?” ucap Regan dengan nada berguraunya. Satrio langsung tertawa dan menepuk dua kali pundak anak sulungnya itu.

“Bukan tugas Papa, itu tugasnya polisi dan yang nanti membuat putusan hukuman adalah Mahkamah Agung,” balas Satrio.

Raegan pun tersenyum. Momen bergurau antara ia dan papanya rasanya sudah begitu langka. Raegan merindukan momen tersebut dan tidak menyangka akan kembali mendapatinya meskipun di situasi seperti ini.

“Raegan, apa setelah kasus ini selesai kamu nggak ada keinginan untuk meninggalkan pekerjaan itu untuk selamanya?” Satrio bertanya lagi. Kali ini obrolan mereka menjadi serius.

“Raegan punya keinginan itu Pah,” jawab Raegan kemudian.

Satrio tampak tertegun mendengar jawaban Raegan. Detik berikutnya Satrio mengulaskan senyum bangganya dan nampak sedikit terharu.

“Kira-kira apa alasan yang membuat kamu ingin meninggalkan pekerjaan itu?” Satrio menyatukan alisnya, ia tampak penasaran.

Raegan terdiam selama beberapa detik. Setelah memikirkannya dan yakin akan jawabannya, Raegan lantas menjawab dengan nadanya yang terdengar sungguh-sungguh. “Raegan ingin membahagiakan orang-orang yang Raegan sayang, Pah. Raegan ingin memastikan mereka hidup nyaman, aman, dan nggak pernah merasakan ketakutan atau kecemasan lagi.”

***

Ruang kerja Satrio

Satrio masih berada di ruang kerjanya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan. Nama dan jabatannya telah kembali dipulihkan, jadi Satrio dapat kembali menangani kasus persidangan di Mahkamah Konstitusi, menjalankan tugas dan kewajibannya sebagaimana mestinya. Saat terdengar bunyi ketukan di pintu ruangan kerjanya, Satrio lekas membiarkan orang di luar sana masuk.

“Permisi Pak, silakan ini tehnya,” ucap asisten yang kini memasuki ruangan. Satrio hanya mengangguk sekilas begitu asisten tersebut meletakkan secangkir teh jasmine di atas meja kerjanya. Asisten laki-laki tersebut kemudian berlalu dari ruang kerja Satrio setelah sedikit membungkukkan badan.

Selang beberapa menit kemudian, sebagian pekerjaan Satrio telah selesai. Ia meregangkan sedikit otot tubuhnya yang terasa pegal. Kemudian Satrio memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya. Tatapan Satrio lantas mengarah pada secangkir teh di mejanya. Tangannya pun bergerak untuk mengambil cangkir putih itu. Satrio hanya meminum tehnya dua tegukan, lalu ia kembali meletakkan cangkir itu di atas meja.

Selang sekitar 15 menit kemudian saat Satrio berada di kamar tidurnya, Satrio merasakan sakit yang cukup hebat di kepalanya. Padahal beberapa saat kondisinya masih baik-baik saja. Semakin waktu berjalan, Satrio merasakan sesak napas dan kram otot di hampir seluruh tubuhnya, hingga ia kesulitan untuk bergerak dari kasurnya.

Satrio masih berusaha melakukannya, ia mencoba bangkit dari posisinya dan mengambil ponselnya di samping nakas tempat tidur. Saat Satrio akan menghubungi seseorang melalui ponselnya, tepat saat itu juga ia melihat sebuah ID call terpampang di layar. Nama Indri muncul di sana, nama yang sudah begitu lama tidak dilihat olehnya.

Satrio baru ingin menjawab panggilan itu, tapi ia tidak sempat melakukannya. Satrio lebih dulu terjatuh ke lantai setelah mengalami kejang dan seluruh tubuhnya yang kini terasa sangat kaku. Pandangan Satruo mengabur dan detak jantungnya terdengar kian melemah. Bersamaan dengan itu, terlihat air bening yang mengalir dari pelupuk matanya, hingga akhirnya perlahan-lahan kedua mata itu terpejam.

***

Geng mafia 1

Geng mafia 2

Suasana rumah megah berlantai 2 yang merupakan kediaman Satrio itu telah dipenuhi oleh beberapa orang. Segera setelah Satrio terjatuh di kamarnya, melalui rekaman CCTV, orang-orang yang memastikan keamanan di sana segera membawa Satrio ke rumah sakit.

Setelah ambulans berangkat membawa Satrio, salah satu atasan geng Aquiver yang ada di sana memerintahkan beberapa orang untuk mencari tahu penyebab kejadian tersebut.

Beberapa anggota Aquiver pun segera berpencar untuk mencari tahu sumber masalahnya. Sebagian ada yang pergi ke ruang CCTV untuk melihat menit-menit terakhir sebelum Satrio jatuh ke lantai, sebagian menyisir rumah dan area sekitarnya.

Pintu ruang kerja Satrio yang tiba-tiba dibuka sontak membuat anggota Aquiver yang ada di sana menoleh. Mereka mendapati kedatangan Romeo dan Barra.

“Ada pengkhianat yang melakukan ini,” ujar Romeo dengan air mukanya yang terlihat menahan amarah.

“Ada pengkhianat yang menyelinap, Bos?” tanya salah seorang di sana.

Barra berjalan ke arah meja kerja Satrio. Barra mengambil cangkir teh di sana, dan detik berikutnya ia meminta teh tersebut untuk diamankan.

“Kemungkinan Om Satrio diracun dengan teh itu. Pastikan kita akan mendapat pengkhianat yang menaruh sesuatu di minumannya om Satrio. Dilihat dari rekaman CCTV, asisten yang tadi ngasih ngasih teh itu ke om Satrio kabur lewat pintu belakang.” ujar Barra.

Anggota itu segera mengangguki perintah atasannya, “Baik Bos,” ujarnya.

“Gue baru aja ngabarin Raegan soal kejadian ini dan dia langsung ke rumah sakit. Calvin dan anggotanya akan coba melacak ke mana perginya pengkhianat itu,” ujar Barra.

“Sialan, gimana bisa itu orang ngeracunin om Satrio,” decak Romeo.

“Dari informasi bodyguard-nya om Satrio, orang itu udah lama kerja sebagai asisten di rumah ini. Jadi kemungkinan dia udah ngerencanain semua ini dan dia adalah salah satu anteknya Abbas Pasha,” ujar Barra.

“Sebelum polisi mengecek rumah ini, ada baiknya kita lakukan pengecekan lebih dulu. Siapa tau ada barang bukti yang tertinggal,” ujar Romeo.

“Oke. Pastiin satu hal, dari anggota lo maupun anggota gue, nggak ada lagi pengkhianat semacam itu,” ujar Barra pada Romeo.

Romeo mengangguki ucapan Barra. Kemudian keduanya segera melangkah pergi untuk melaksanakan tugas. Mereka bersumpah bukan hanya akan mengungkap kejahatan Leonel, tapi mereka juga akan mengungkap pejabat negara yang berada di balik rencana ini.

Salah satu pekerjaan sekelompok mafia adalah membedah hal-hal kriminal sampai ke akar-akarnya, tidak pandang bulu dan tidak peduli siapa lawan mereka. Apalagi ini menyangkut langsung orang-orang yang berharga bagi mereka. Aquiver akan membuat sejarah baru bagi penjahat kelas kakap semacam Leonel. Mereka akan membuat Leonel merasakan bagaimana pedihnya jerat hukum, hukum yang sebelumnya pria itu anggap telah berada di genggaman tangannya.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂