Calon Adik & Calon Aktor Cilik

Sudah tiga hari belakangan sejak kembali dari bulan madu, Sienna jatuh sakit. Bahkan Sienna sampai tidak mengambil pekerjaannya dan harus menyerahkannya pada asistennya. Alvaro baru saja membantu Sienna untuk makan, karena istrinya tidak bernafsu terhadap makanan. Alvaro membujuk Sienna dan menyuapinya karena istrinya tetap harus mendapat asupan untuk tubuhnya.

“Al, gimana keadaan Sienna?” tanya Inggit begitu Alvaro melenggang ke ruang keluarga.

“Udah mau makan, walaupun dikit. Udah minum obat juga, sekarang lagi coba buat tidur,” ujar Alvaro.

“Gio,” Alvaro kemudian memanggil anaknya. Gio yang sebelumnya sedang bermain dengan mobil-mobilannya, segera berjalan menghampiri Alvaro.

“Kalau Papa lagi kerja, kamu jagain Bunda ya di rumah. Bunda lagi sakit soalnya,” ucap Alvaro.

“Siap, Papa. Gio bakal jagain Bunda. Emang Bunda sakit apa?”

“Bunda demam, sama nggak nafsu makan. Gio bujuk Bunda buat makan ya kalau Bunda nggak mau makan.”

“Al,” Inggit lantas menghampiri Alvaro. “Kamu sama Sienna udah coba cek belum?”

“Cek apa Mah?”

“Ya ampun, masa kamu nggak kepikiran sih. Coba, kapan terakhir Sienna datang bulan? Siapa tau istri kamu itu hamil, mending cek sekarang pake testpack atau ke dokter sekalian,” tutur Inggit.

Alvaro terdiam di tempatnya mendengar ucapan Inggit. Meskipun pernikahan Alvaro dan Sienna baru berusia 1 bulan, Alvaro dan Sienna memang cukup sering melakukannya, bahkan kadang tidak tau waktu juga. Pagi, siang, malam, asal Alvaro maupun Sienna tidak sibuk bekerja dan menjalani rutinitas lainnya, mereka pasti melakukannya. Jadi bisa saja kemungkinan yang dikatakan Inggit adalah benar adanya.

***

Alvaro menunggu Sienna dengan harap-harap cemas. Sudah cukup lama Sienna berada di dalam kamar mandi, setelah sebelumnya Alvaro menyerahkan sekantung bungkusan berisi beberapa merek alat testpack.

“Sayang …” Alvaro berucap pelan di dekat pintu.

Are you okey?” Alvaro bertanya, khawatir karena Sienna belum ada tanda-tanda akan membuka pintu setelah hampir 10 menit berada di dalam.

“Nggak papa yaa kalau belum, kita juga kan baru nikah,” Alvaro berujar lagi. Sebenarnya tanpa Inggit menyuruh mengecek, Alvaro dan Sienna sempat kepikiran juga kalau Sienna tengah mengandung. Alvaro tahu kekhawatiran Sienna, istrinya itu belum mau mengecek karena takut hasilnya akan negatif. Namun hari ini Sienna mengatakan ingin mencoba mengetesnya, karena jadwal datang bulannya juga telah terlambat beberapa hari.

Alvaro segera menegakkan punggungnya begitu pintu kamar mandi di hadapannya terbuka. Alvaro langsung mendapati wajah Sienna yang tampak sedikit pucat.

Sienna lantas meraih tangan Alvaro, mengajak pria itu untuk duduk di tepi kasur.

Sienna masih memegang dua buah testpack di tangannya yang belum ia perlihatkan kepada Alvaro.

“Sayang, gimana hasilnya?” Alvaro bertanya.

“Aku udah cek di internet. Katanya alatnya akurat, bisa sampe sembilan puluh persen. Kamu beliin beberapa merek, dan dari semua alatnya, hasilnya sama. Aku udah coba tes pake semua alatnya.”

Sienna menghela napasnya, kemudian menghembuskannya, “Al, aku hamil,” ucap Sienna, serta merta sebuah senyum terlukis di paras cantiknya.

Alvaro tampak tidak percaya mendengarnya, pria itu kehilangan kata-kata saking terkejutnya.

“Ini, kamu liat,” Sienna menunjukkan dua buah testpack yang ada di tangannya. Alvaro lekas melihat benda itu dan menemukan dua buah garis berada di sana.

Selesai melihatnya, Alvaro segera beralih menatap Sienna. Alvaro langsung memangkas jaraknya dengan Sienna, tanpa mengatakan apapun, pria itu langsung membawa torso Sienna ke pelukannya.

Sienna membalas pelukan itu, lalu ia berujar pelan, “Ayo kita kasih tau Mama sama Gio. Pasti mereka seneng banget tau kabar ini.”

***

Kemunculan Alvaro dan Sienna di ruang keluarga lekas mengundang perhatian Inggit. Gio sedang sibuk dengan mainannya, jadi tidak terlalu menghiraukan dan menyadari kebahagiaan yang tengah dirasakan oleh Alvaro dan Sienna.

“Al, Sienna, gimana? Udah coba tes?” Inggit bertanya sembari beranjak dari posisi duduknya.

“Bener firasat Mama, Sienna hamil, Mah,” ucap Alvaro dengan wajah semringahnya.

Inggit yang mendengar kabar itu seketika wajahnya nampak berseri-seri. Inggit lekas menghampiri Sienna, lalu wanita itu membawa torso menantunya untuk di dekap hangat. “Sienna, selamat ya, Nak. Sehat terus ya ibu dan bayinya,” ucap Inggit.

“Iya, Mah. Makasih buat doanya,” balas Sienna.

Gio yang berada di tengah-tengah mereka tampak bingung mengapa ada acara peluk-pelukan yang mendadak ini.

“Ini ada apa? Oma kenapa peluk Bunda?” celetuk Gio yang telah meletakkan mainannya dan kini menghampiri mereka.

Sienna yang mendengar itu lantas beralih kepada Gio. Sienna mengajak Gio untuk duduk di sofa, dan juga Alvaro menyusul bersamanya.

“Gio, mau dipanggil apa kalau Gio punya adik?” Sienna bertanya sambil menatap paras anaknya.

Gio tidak langsung menjawab, ia bukannya tidak punya jawabannya, tapi bingung mengapa Sienna tiba-tiba menanyakan hal tersebut kepadanya.

“Gio mau dipanggil Abang,” jawab Gio akhirnya.

“Bunda, emang adiknya udah ada?” Gio bertanya. Wajahnya nampak polos sekali, ia bergantian menatap Alvaro kemudian menatap Sienna, mencoba mencari jawaban dari kedua orang tuanya.

“Papa, emang adiknya Gio di mana sih?” tanya Gio lagi dengan nada lucunya.

“Coba tanya sama Bunda. Kan yang hamil Bunda, bukan Papa,” ujar Alvaro.

“Adiknya belum lahir, Nak. Masih ada di perut Bunda,” jelas Sienna akhirnya.

“Ohiya? Adik itu di perut Bunda ya? Kok bisa ada adik? Siapa yang taro adik di perut Bunda?”

“Kalau kamu udah gede, kamu bakal paham, Gio. Oke?” ujar Alvaro tanpa menunggu lama.

Sienna lantas tertawa dan disusul oleh Alvaro yang ikut terkikik geli. Itu bukan sesuatu hal yang tabu, tapi mereka tidak bsia menjelaskannya saat ini kepada Gio. Suatu hari, Alvaro dan Sienna akan memberi pemahaman sebagai bentuk parenting kepada anak, tepatnya saat Gio sudah cukup umur untuk bisa mengerti.

“Karena ada adik di perut Bunda, Gio akan jagain Bunda. Papa tenang aja, kalau Papa kerja, ada Gio yang pastiin Bunda aman,” ucap Gio.

“Oke, Sayang. Terima kasih ya,” ujar Alvaro sembari mengusap puncak kepala Gio.

Gio lantas tersenyum lebar sekali dan tampak senang. Kemudian Sienna membiarkan Gio untuk menyentuh perutnya. Meski masih terasa rata, tapi Gio malah berakting seolah olah ia merasakan adiknya tengah menendang.

“Beneran ada adik di perut Bunda, lho. Tadi adiknya nendang. Gio bisa rasain,” Gio berucap dengan wajahnya yang sok dibuat serius.

“Hei Bocil, kamu jago akting ya. Mana ada adiknya nendang. Adik masih kecil, belum bisa nendang,” celetuk Alvaro. Lantas Gio hanya tertawa kesenangan karena telah merasa berhasil membohongi papanya.

“Al, kemarin Kak Nat bukannya nawarin Gio buat casting karena butuh aktor kecil cowok, ya? Gimana kalau Gio coba terima tawaran itu?” ujar Sienna yang tiba-tiba teringat akan cerita yang Alvaro katakan padanya beberapa hari lalu.

“Oh iya, aku baru inget. Kalau Gio mau, nanti Papa bilang ke Tante Natalie. Asal anaknya mau, aku sih oke aja, Sayang. Menurut kamu gimana?”

“Aku setuju. Selama Gio seneng jalaninnya, kenapa engga. Iya kan Mah?” Sienna juga bertanya persetujuan pada Inggit.

“Iya, Mama setuju. Asal Gio tetep bisa fokus sama sekolahnya,” sahut Inggit dari arah dapur.

Baiklah, setelah ini Alvaro akan coba mengajak anaknya berbicara. Gio cukup tertarik dengan dunia akting setelah sering melihat Alvaro berada di layar kaca. Meski banyaknya Alvaro tahu bahwa dunia entertain memiliki jalan yang cukup terjal untuk dilalui, tapi Alvaro tidak ingin menghalangi Gio untuk menemukan bakat dan takdir karirnya. Apa pun itu, asal Gio senang menjalaninya dan merasa passion-nya berada di sana, maka Alvaro dan Sienna akan mendukungnya.

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭