Pengorbanan dan Balas Budi

Pekan ujian akhir semester tinggal menghitung hari lagi. Tidak sampai seminggu lagi, para siswa SMA kelas 12 akan menghadapi ujian akhir yang nantinya nilai tersebut akan tercetak di rapor kelulusan. Seperti pada umumnya, saat menjelang waktu ujian, para guru meminta para muridnya untuk melengkapi tugas-tugas yang belum terpenuhi, terutama untuk murid kelas 12 yang akan lulus tahun ini.

Di kelas 12 IPS 3, Icha yang merupakan teman sebangku Kaldera memperhatikan Kaldera yang baru saja mengetikkan sesuatu di layar ponselnya.

“Cieee … intens banget nih sekarang chat sama mas Raegan,” cetus Icha.

“Lo dijemput mas Raegan Kal nanti pulang sekolah?” tanya Icha. Kaldera lantas meletakkan ponselnya ke dalam saku kemejanya.

“Engga deh kayanya. Mas Raegan lagi sibuk,” jawab Kaldera.

“Ohh gitu. Terus nanti lo dijemput siapa Kal?” tanya Icha. Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, tapi Kaldera maupun Icha masih memiliki tugas yang harus mereka kumpulkan. Kaldera, Icha, dan Adel sudah berencana untuk pergi ke percetakan untuk mencetak tugas poster digital mereka.

“Gue dijemput supirnya mas Raegan kok. Tadi gue udah bilang jemputnya agak telat aja dari biasanya,” ujar Kaldera. Icha pun mengangguk-angguk. Tempat percetakan tujuan mereka tidak terlalu jauh dari sekolah, tapi mereka harus mengejar waktu karena sekolah akan ditutup sekitar 1 jam lagi dari sekarang. Jadi Icha mengusulkan agar mereka naik motor saja. Namun karena hanya ada 1 motor dan Icha memboncengi Adel, jadilah Icha menyarankan sesuatu kepada Kaldera.

“Kal, lo nebeng aja sama Sandra. Kebetulan rumah Sandra searah sama tempat percetakannya. Nggak papa kan, San Kaldera nebeng sama lo?” ujar Icha kepada Sandra. Rupanya Sandra mengiyakan dan tidak masalah kalau memang Kaldera ingin ikut bersamanya.

Akhirnya Kaldera berangkat bersama Sandra. Kaldera, Icha, dan Adel janjian langsung bertemu di tempat percetakan. Tidak memakan waktu yang lama, sekitar kurang dari 10 menit, Kaldera dan Sandra telah sampai di tempat percetakan. Namun Icha dan Adel belum sampai di sana.

Sandra menawarkan pada Kaldera untuk menemaninya sampai Icha dan Adel datang, tapi Kaldera menolak tawaran itu. “Nggak papa San, gue tunggu Icha sama Adel aja. Paling bentar lagi mereka nyampe, tadi di pertigaan kan emang agak macet, kayaknya mereka kejebak macet di sana deh,” ujar Kaldera.

“Ohhh yaudah, Kal. Lo hati-hati ya, gue balik dulu,” ucap Sandra sebelum pergi. Kaldera mengangguki ucapan Sandra dan membiarkan Sandra pergi dari sana.

Di depan tempat percetakan itu, Kaldera menunggu kedatangan Icha dan Adel. Namun sampai hampir 20 menit berlalu, Kaldera masih di sana sendirian. Icha dan Adel tidak ada tanda-tanda kemunculannya. Kaldera akhirnya memutuskan mengirim pesan pada Icha bahwa ia akan mencetak poster miliknya sendiri terlebih dulu. Bagaimana pun ini tugas individu dan harus segera dikumpulkan, Kaldera hanya mencoba berpikir realistis untuk saat ini.

Tinggal beberapa menit lagi sekolah akan ditutup. Jadi setelah mendapat hasil cetakan posternya, Kaldera segera memesan ojek online untuk sampai lebih cepat ke sekolah. Saat sampai di area sekolah, di sana sudah cukup sepi rupanya. Gedung sekolah Kaldera yang terletak di dalam gang itu, membuatnya perlu berjalan melewati 2 buah warung untuk sampai di sekolah.

Ketika langkah Kaldera sampai di warung kedua, ia merasa bahwa ada yang tengah mengikuti langkahnya. Namun ketika Kaldera berbalik untuk melihat siapa yang mengikutinya, ia tidak menemukan siapa pun di sana. Kaldera memutuskan melanjutkan langkahnya dan bahkan mempercepat jalannya untuk sampai ke sekolah. Namun tiba-tiba dari arah depannya, langkahnya dicegat oleh dua orang pria.

Kaldera otomatis mundur selangkah, perasaannya mengatakan bahwa dua orang itu akan berniat jahat kepadanya. Ketika Kaldera mundur, kedua bahunya justru dicekal oleh seseorang di sana. Kaldera berusaha melepaskan cekalan orang itu di bahunya. Gang yang sepi itu membuat Kaldera tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa/

“Mau ke mana sih, Cantik? Santai aja sama kita, sini,” ujar salah satu pria yang berada di hadapannya.

“Lepasin,” ucap Kaldera.

Tiba-tiba Kaldera teringat perkataan Raegan soal Aquiver yang sedang berusaha mencari keberadaan Leonel yang selalu bisa kabur. Mereka sudah menemukan antek yang meracuni Satrio, tapi belum juga menemukan Leonel. Apakah mungkin orang-orang ini adalah anggota geng Leonel?

Sekuat apa pun Kaldera mencoba melepaskan diri, usahanya tetap berakhir sia-sia. Satu orang pria dengan mudah membawanya, setelah melepaskan ransel Kaldera untuk dibuang begitu saja ke semak-semak. Jadi mereka tidak akan membawa sesuatu lain selain diri Kaldera sendiri. Belum jauh saat para pria itu membawanya dari sana, Kaldera melihat sosok yang dikenalnya. Segera Kaldera berteriak memanggil dua orang itu. Mendapati aksi Kaldera, pria yang membawanya itu segera membekap mulutnya.

Dua orang lelaki yang tadi dipanggil Kaldera rupanya adalah Aksa dan Kafka.

“Sial, kita harus cepet bawa dia tanpa satu pun orang yang lihat,” ujar seorang pria yang mendapati Aksa dan Kafka melihat ke arah mereka. Aksa dan Kafka yang mendapati Kaldera dibawa oleh orang asing, segera bergerak untuk menyelamatkannya. Mereka tidak terpikirkan untuk meminta bantuan lebih dulu, yang ada dipikiran mereka saat ini hanya berhasil menyelamatkan Kaldera dari orang-orang itu.

Di sinilah Aksa dan Kafka sekarang, mereka berhadapan dengan dua orang pria berbadan besar yang tentunya tidak bisa ditandingi oleh keduanya. Aksa maju lebih dulu untuk menghadapi pria itu, sementara Kafka mundur beberapa langkah dan segera ingin menghubungi seseorang dengan ponselnya. Namun Kafka juga diserang oleh satu pria hingga ponselnya terjatuh dan hancur diinjak oleh pria itu.

BUGH!!

Aksa mendapatkan 2 kali pukulan di wajahnya dan perutnya yang terasa sakit berkat hantaman oleh pria itu. Aksa hampir saja dapat menjangkau Kaldera, tapi ia berhasil dilumpuhkan lagi oleh pria yang menahan Kaldera bersamanya.

“Aksa …” ucap Kaldera lirih. Kaldera tertegun mendapati Aksa yang babak belur. Kaldera melihat sendiri di depan matanya, Aksa babak belur di tangan dua pria itu.

“Kal, gue akan pastiin lo selamat,” ucap Aksa dengan suara pelannya. “Gue janji Kal,” sambung Aksa sebelum menerima pukulan lagi dari pria di hadapannya. Saat satu pria lagi akan meraih Kafka, Aksa menarik tubuh pria itu dan memberi satu bogem mentah untuk menjatuhkan pria itu.

“Kaf, lo tau kan apa yaang harus lo lakuin. Gue minta tolong banget sma lo,” ucap Aksa. Kafka lekas menganggukinya dan membiarkan Aksa bergelut sendiri melawan dua orang itu. Salah satu di antara mereka harus ada yang selamat, maka dari itu harus ada yang berkorban.

Setelah kehilangan sahabatnya, Aksa tidak ingin merasa menyesal untuk yang kedua kalinya. Aksa sudah berjanji pada dirinya sendiri dan juga kepada Zio, ia akan melindungi sosok yang paling berharga bagi Zio, yakni Kaldera. Sekalipun harus mengorbankan nyawanya, Aksa rela untuk melakukannya. Zio telah berkorban untuknya, maka Aksa akan membalas budi sahabatnya itu.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂