Pertarungan Akhir
Flashback off.
Terdapat sebuah ruangan di basement rumah yang Raegan gunakan sebagai tempat menyimpan senjata-senjata miliknya. Raegan memang ingin lepas dari dunia kriminal yang dulu pernah ia gelutinya, tapi tepat sesuai dengan perkiraannya, suatu hari barang-barang ini akan sangat berguna.
Dari salah satu lemari yang ada di ruangan itu, Raegan mengambil sebuah senjata yang berukuran cukup besar dan panjang. Senjata itu adalah sebuah senapan jenis AK-103 dengan teknologi yang lebih baik dari senjata terdahulunya. Selain itu senjata ini dianggap superior karena pelurunya memiliki efek penetrasi yang lebih mumpuni.
Raegan berjalan keluar dari ruangan itu dengan satu tangannya yang membawa senapan AK-103 bersamanya. Dengan sigap dan cepat tanggap, para bodyguard yang menjaga keamanan rumahnya telah mengamankan setiap sudut rumah, mengunci pintu utama yang digunakan sebagai akses masuk.
Kini langkah Raegan telah membawanya sampai ke mana ia menemui masa lalunya. Dua orang bodyguard berbadan besar di hadapannya tengah menahan sosok yang kini menatap menyeringai ke arah Raegan. Leonel Nathan Tarigan, seorang dari masa lalu itu, kini tengah menampakkan dirinya tepat di depan mata Raegan.
Melalui isyarat matanya, Raegan lantas memerintahkan bodyguard-nya untuk melepaskan Leonel. Meskipun tidak dapat memahami jalan pikiran atasan mereka, mereka tetap menjalani perintahnya.
Leonel maju selangkah, lalu berujar kepada Raegan. “Hows your life? Are you enjoyed it?”
Leonel berdecih, lalu pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku jaket kulitnya. Benda di tangan Leonel rupanya adalah sebuah pistol kecil, tapi yang Raegan ketahui senjata itu memiliki keuatan yang cukup mahir untuk menembakkan pelurunya. “If you thought that jail could destroy me, you are totally wrong. Today I will show you how actually I am.”
“I’m already knew who you are,” balas Raegan dengan nada tenangnya, sebuah senyum tipis pun tersungging di bibirnya.
“I will make you and your family die in my hands,” ujar Leonel lagi.
“You can’t touch them. Just fight with me,” ucap Raegan yang maju selangkah mendekat pada Leonel.
Raegan pun mengajak Leonel bertarung 1 lawan 1. Jika Leonel licik dan melanggar aturan yang akan mereka sepakati sebelum bertarung, maka Raegan akan benar-benar membuat Leonel menyesal karena telah datang ke kediamannya.
Raegan memainkan senapan di tangannya, mengecek bahwa pelurunya sudah terpasang dengan baik. Dengan tangannya yang masih sibuk, Raegan menatap Leonel sembari berujar. “Dewandi Wirawan mempunyai anak dari hasil hubungan gelapnya dengan seorang wanita. Setelah anak itu lahir, Dewandi memerintahkan orang suruhannya untuk membuang anak itu dan juga membunuh wanita yang merupakan ibu dari anak itu. Anak itu bukan dibuang, tapi lebih tepatnya diserahkan pada salah satu antek Dewandi. Anak itu dibesarkan dengan begitu baik, dengan tujuan agar bisa dijadikan antek bagi ayah kandungnya sendiri ketika ia dewasa. Anak itu rela melakukan apapun untuk mendapat imbalan, untuk bebas dari jerat hukum atau mungkin mendapatkan nama Wirawan di belakang namanya. Cerita yang menarik, bukan?” Raegan mengakhiri ucapannya. Ia memperhatikan ekspresi Leonel yang sedikit berubah setelah mendengar rentetan kalimatnya.
Leonel tampak kehilangan kata-katanya. Pria itu terdiam di tempatnya. Raegan akhirnya melanjutkan lagi ucapannya. “Seorang anak rela menjadi penjahat demi ayahnya yang bahkan tidak pernah menginginkannya. Mungkin, jika ibu dari anak itu masih hidup, dia akan sangat kecewa pada anaknya sendiri. Anaknya menjadi antek dari seorang pria yang telah membunuhnya. How is it?”
Raegan sudah mengetahui semuanya, soal ayah kandung Leonel, soal hubungan gelap presiden, dan terlebih presiden telah membunuh ibu kandung Leonel untuk menutupi kelakuan bejatnya yang telah menghamili seorang wanita di masa lalu. Presiden juga telah melakukan korupsi dan penyuapan, semua itu dilakukannya untuk memenangkan dua periode jabatan sebagai kepala negara.
Saat Leonel mengangkat pistolnya dan mengarahkannya tepat ke arah Raegan, Raegan dengan cepat mengucapkan sesuatu yang seketika membuat tangan Leonel menggantung di udara. “Saya akan memastikan Dewandi Wirawan dihukum atas semua perbuatannya. Satrio Malik yang akan melakukan tugas tersebut, yaitu menghukum orang yang sebelumnya bahkan berencana untuk menjatuhkannya. Asal Anda tahu, saya memiliki semua bukti itu dan akan menyerahkannya ke pihak berwajib, jika Anda berani menyakiti keluarga saya meskipun itu hanya seujung kuku Anda.”
“Omong kosong,” hardik Leonel. Pria itu sudah siap dengan posisi kuda-kudanya untuk menarik pelatuk pistolnya, tapi Raegan masih tenang di tempatnya.
“Kejaksaan sudah menjadwalkan penangkapan Dewandi hari ini di istana presiden, di mana ia sedang menjabat sebagai kepala negara di kursi kebesarannya. Ini akan menjadi sangat menarik, Leonel. Bukankah harusnya Anda menyaksikan berita tersebut?”
***
A little Explaination : Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI), memiliki tugas memberi putusan atas pendapat dari DPR, mengenai dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden dan atau Wakil Presiden berdasarkan UUD. Berdasarkan ketentuan dalam pasal 7A UUD 1945, pelanggaraan hukum yang dimaksud adalah pengkhianatan negara, korupsi, penyuapan, dan perbuatan tercela lainnya. MK adalah lembaga yang mengadili kejahatan di lingkungan hukum dengan hukum itu sendiri. Maka MK berhak mengadili presiden atas kejahatannya.
Presiden ingin menyingkirkan Satrio Malik Gumilar. Presiden ingin mencegah kejahatannya di masa lalu (korupsi dan penyuapan) terkena jerat hukum dan menjadikan pemerintahan berada di bawah kendalinya. Presiden ingin semua jabatan yang mengisi kursi kekuasaan adalah orang-orang pilihannya, maka ia harus menyingkirkan Satrio dari jabatan Ketua MK. Satrio tidak mudah untuk dihasut dan disetir oleh siapa pun. Presiden telah berencana menjebak Satrio dengan tuduhan pelanggaran kode etik dan tidak kompeten sebagai penanggung jawab MK. Sehingga yang bisa melengserkan Satrio adalah keputusan presiden, meskipun MK adalah lembaga independen.
Presiden memiliki tujuan untuk mengatur komposisi 5 orang Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi yang diisi oleh anggota majelis yang berasal dari usulan presiden, DPR, dan MA (masing-masing 1 orang). Hal tersebut bisa terjadi karena pada saat proses pembinaan perilaku etik para hakim konstitusi, ketiga cabang kekuasaan yakni Presiden, DPR, dan MA tetap dilibatkan, yaitu apabila ada dugaan pelanggaran kode etik oleh hakim konstitusi. Presiden pun menjadikan Abbas dan Leonel sebagai antek untuk menjalankan rencananya, tapi rencana itu gagal berkat usaha Raegan. Jadi presiden memiliki dendam yang besar terhadap Raegan.
***
Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮
Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂