Petunjuk dari Sang Mimpi

Sienna sudah memikirkan secara matang, sebelum akhirnya memutuskan memberitahu Alvaro mengenai mimpinya. Bagi Sienna, tidak mudah untuk melakukannya. Namun Sienna berpikir ini adalah waktu yang tepat, dan sudah seharusnya Alvaro tahu. Sienna akan menceritakan mimpi yang didapatnya mengenai Marsha.

Pagi ini, Sienna dan Alvaro mengantar Gio ke sekolah. Setelah itu, mereka menikmati sarapan bersama, dan Sienna akan mengatakan tentang mimpinya kepada Alvaro usai mereka makan.

Sienna meletakkan sendok dan garpu di atas piringnya yang tampak sudah bersih. Usai meneguk minuman di gelasnya, Sienna menatap Alvaro lurus-lurus, “Al, maaf gue baru bisa ceritain ini ke lo sekarang. Mimpi yang gue dapet adalah soal keberadaan Marsha.”

Selesai kalimat yang diucapkan oleh Sienna, kedua pupil mata Alvaro pun nampak melebar. Terang saja, lelaki itu terkejut akan kalimat yang disampaikan oleh Sienna barusan.

“Al, sebenernya gue udah tau alasan Marsha pergi. Tapi lo tau, gue nggak sanggup bilangnya ke lo. Gue takut kalau mimpi gue keliru, tapi gue selalu berharap kalau mimpi gue yang satu ini lebih baik emang keliru,” jelas Sienna.

Setelah beberapa detik terdiam, Alvaro akhirnya angkat bicara. “Sky … artinya mimpi yang lo dapet itu mimpi buruk?” Nada suara Alvaro terdengar pilu.

Sienna menjawab pertanyaan Alvaro hanya dengan sebuah anggukan.

Alvaro tampak masih mencerna ucapan Sienna. Dari sorot matanya, terlihat jelas ada sebuah luka di sana.

***

Keesokan harinya.

Selama satu malam kemarin, Alvaro telah memikirkan semua yang Sienna ceritakan padanya. Sienna mengatakan bahwa ia dapat membaca masa depan seseorang yang dekat padanya. Maka semakin dekat Alvaro dengan Sienna, akan semakin jauh juga Sienna dapat membaca apa yang akan menjadi masa depan Alvaro.

Hari ini Alvaro memutuskan untuk membuktikan sendiri kebenaran mimpi itu.

Bermodalkan mimpi yang dialami oleh Sienna, Alvaro mencari di mana Marsha menetap setelah berbulan-bulan perempuan itu meninggalkan rumah.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 3 jam, mobil yang ditumpangi Alvaro dan Sienna kini berhenti tidak jauh dari kawasan sebuah apartemen. Sienna memperhatikan bangunan itu dari kaca mobil, lalu ia berujar, “Al, ini bener tempatnya.”

Akhirnya Alvaro menyuruh supirnya untuk memarkirkan mobil di parkiran gedung itu. Hari ini Aufar juga ikut bersama mereka. Alvaro ingin Aufar membantunya mencari tahu kebenaran bahwa Marsha tinggal di tempat ini atau tidak.

***

Gedung apartemen yang kini Alvaro, Sienna, dan Aufar datangi, ternyata merupakan tipe apartemen kelas menengah ke atas. Lokasi tempat ini berada di luar kota Jakarta, jadi memang cukup jauh dan mereka butuh waktu yang tidak sebentar untuk sampai ke sini.

Setelah mereka sampai, mereka bertemu dengan seorang pria yang merupakan pemilik dari beberapa unit apartemen di lantai 20.

Kenyataannya tidak mudah mendapatkan informasi mengenai penyewa apartemen, karena pemilik bertanggung jawab menjaga privasi penyewanya. Namun Alvaro mempunyai caranya sendiri untuk mendapatkan informasi tersebut.

Seorang pria berusia sekitar 40 tahunan yang diketahui bernama Herdian, akhirnya bersedia memberi tahu setelah Alvaro dan Aufar coba melakukan negosiasi.

Alvaro menjelaskan pada Herdian dan membawa bukti yang kuat bahwa ia memiliki kepentingan dan hak untuk mengetahui di mana keberadaan istrinya. Marsha Iliana Tengker, aktris terkenal yang keberadaannya sampai saat ini tidak diketahui itu, statusnya masih sah sebagai istri dari Alvaro Xander Zachary.

Herdian yang merupakan pemilik sebuah unit yang ditempati oleh Marsha, lekas mengantar mereka ke tempat di mana Marsha tinggal selama ini.

Sesampainya mereka di sana, Herdian menekan sebuah bel yang ada di dekat gagang pintu.

Setelah 3 kali bel tersebut ditekan dan mereka menunggu, mereka tidak mendapatkan apa pun. Hasilnya benar-benar nihil, tidak ada yang membukakan pintu dari dalam.

“Sepertinya mereka lagi nggak ada di sini,” ujar Herdian.

“Maksud Bapak? Mereka siapa? Marsha tinggal dengan siapa di sini?” Alvaro mengutarakan pertanyaan itu secara bertubi-tubi.

Herdian lantas menjawab dengan sebuah anggukan. “Saya yang menyewakan apartemen ini dan saya tahu betul, ada berapa orang yang menghuni tempat saya. Ada dua orang yang tinggal di unit ini, laki-laki dan perempuan.” Herdian menjelaskan dengan begitu yakin. Herdian lantas juga mengatakan bahwa kontrak sewa dibuat atas nama Marsha Iliana, jadi Herdian tidak tahu menahu identitas soal lelaki yang tinggal dengan Marsha.

Selain itu Herdian mengatakan kalau sudah 2 bulan pembayaran apartemen ini belum dilunasi, dan Marsha menyerahkan barang berharganya yang bernilai besar sebagai jaminan. Dapat dikatakan bahwa sejumlah emas yang diberikan pada Herdian, digunakan sebagai barang yang Marsha gadaikan, untuk kemudian hari dapat diambil setelah Marsha berhasil melunasi biaya sewa.

Mereka sempat menunggu beberapa menit di sana, berjaga-jaga kalau saja Marsha tiba-tiba datang. Alvaro tidak ingin menunda lagi, ia ingin cepat tahu kebenarannya. Namun hari itu takdir berkata lain, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang setelah cukup lama menunggu di depan unit itu.

“Terima kasih atas bantuannya Pak,” ucap Aufar pada Herdian.

“Sama-sama. Nanti kalau ada info, saya pasti akan hubungi Mas Aufar secepatnya,” ujar Herdian sebelum akhirnya Aufar menyusul langkah Alvaro dan Sienna yang sudah lebih dulu berlalu.

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭