Rahasia dan Panti Asuhan
Sebuah Mercedez Benz hitam terlihat tengah memasuki pelataran markas The Ninety Seven. Mobil yang dikendarai oleh Raegan itu belum sempurna terparkir, tapi pintu di sampingnya telah dibukakan oleh seseorang. Di sana nampak dua orang anggota Aquiver yang lantas memberikan jalan untuk Raegan.
“Tolong parkirkan mobil saya,” ucap Raegan pada mereka.
“Baik, Bos.” Setelah ucapan itu, Raegan segera melangkahkan kakinya untuk berlalu. Meski Raegan, Romeo, Barra, dan Calvin tidak lagi melakukan pekerjaan itu, nama The Ninety Seven akan selamanya ada, dan markas ini tetap menjadi miliki mereka. Raegan memang telah berjanji pada Kaldera untuk tidak kembali pada pekerjaan berbahayanya, tapi ada satu hal yang masih perlu The Ninety Seven lakukan.
Langkah Raegan akhirnya membawanya sampai di lantai 2. Ketika Raegan membuka pintu ruangan di hadapannya, di ruangan tersebut sudah ada Romeo, Barra, dan Calvin. Nampak Romeo tengah duduk di sofa dengan satu kaki yang terangkat, pria itu tengah menghisap sebatang rokok di tangannya.
“Hello, Bro,” sambut Calvin begitu Raegan berjalan menghampiri mereka.
“It’s been a long time, kita nggak kumpul-kumpul untuk bahas suatu misi,” ucap Barra sambil menatap lurus ke arah Raegan.
Raegan kemudian hanya menampilkan senyum segarisnya. Sudah satu tahun berlalu, mereka memang tidak menjalani pekerjaan sebagai mafia lagi, atau bertemu untuk membahas sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan itu. Lebih tepatnya, hanya Raegan yang benar-benar meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang mafia. Sementara Romeo, Barra, dan Calvin masih bergelut di dunia yang sama. Meski teman-temannya memiliki kesibukan masing-masing, mereka tetap ingin membantu Raegan mencari tahu soal oknum yang berada di balik Abbas dan Leonel.
Romeo menawarkan satu batang rokok pada Raegan, tapi Raegan langsung menolaknya.
“Tumben,” ucap Romeo dengan tatapan herannya.
“Gue nggak bisa lama-lama untuk meeting kita hari ini,” ujar Raegan kemudian.
“Ohiya? Lo ada urusan di hari Minggu begini?” tanya Calvin.
Raegan berjalan ke arah salah satu kursi kosong yang ada di sana, lalu ia menduduki kursi itu. “Iya, habis ini gue mau panti asuhan sama Kaldera,” jawab Raegan.
Ketiga pria di hadapan Raegan itu lantas menjadi bingung dibuatnya. Akhirnya Raegan menjelaskan pada mereka tentang tujuannya mengajak Kaldera ke panti. Raegan ingin mengenalkan pada Kaldera orang-orang dan tempat yang selama ini sangat berarti baginya.
“Alright, alright,” ujar Romeo yang lantas mematikan rokoknya dan membungkusnya dengan sebuah tisu, padahal rokok itu masih tersisa setengah. Melihat tampilan Raegan yang sudah rapi dan pria itu berniat pergi dengan kekasihnya, Romeo pun tidak ingin merusak kencan sahabatnya, hanya karena asap dari rokok yang kalau sudah menempel akan susah hilang.
“Oke, kita langsung bahas aja kalau gitu. Kita udah nemuin biodata tentang Olivia, perempuan yang punya hubungan gelap sama presiden,” ujar Barra. Pria jangkung itu lantas berjalan menuju meja yang terletak di pojok ruangan. Barra mengambil sebuah map coklat dari salah satu laci meja itu.
Barra kembali ke hadapan ketiga sahabatnya dan meletakkan map coklat tersebut ke atas meja di hadapan mereka. Barra kemudian berujar, “Map ini isinya biodata tentang Olivia Timothy. Kurang lebih 30 tahun lalu, Olivia meninggal dan diduga bunuh diri dengan mengkonsumsi obat anti depresan. Tapi ada yang janggal dari kematian Olivia. Ada dugaan kalau Olivia dibunuh, tapi kita belum bisa menemukan siapa yang melakukan pembunuhan itu.”
Barra menjeda ucapannya, lalu ia mengambil sebuah foto yang ada di dalam map coklat itu. Foto tersebut menunjukkan potret seorang bayi laki-laki yang masih tampak merah. Raegan menatap foto itu dan belum bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi.
Calvin lantas bergerak dari posisinya, ia membalik foto itu dan memperlihatkan pada Raegan 3 inisial huruf yang ada di sana. “Foto ini punya Olivia, dan dari narasumber yang kita temukan, anak laki-laki di foto itu adalah anaknya Olivia. Anak itu adalah anak dari hasil hubungan gelap Olivia dengan Dewandi Wirawan, dan anak itu masih hidup sampai sekarang.”
Romeo pun melanjutkan penjelasan Calvin. “Lo pasti bertanya-tanya siapa anak itu. Dari inisial yang ada di foto itu, lo seharusnya bisa dengan mudah menebak.”
Raegan lantas mengambil foto tersebut dari tangan Calvin dan membaca inisial yang ada di sana. LNT. Itulah 3 huruf yang tertulis di sana. Raegan menatap sahabatnya satu persatu, dan berikutnya dengan keyakinan penuh ia menyebutkan nama itu. “Leonel Nathan Tarigan.”
Raegan menatap ketiga sahabatnya secara bergantian. Tanpa mereka membenarkan jawabannya, Raegan sudah tahu bahwa tebaknnya benar.
“Olivia sempat meminta hak atas dirinya kepada Dewandi Wirawan, tapi seperti yang kita tahu, saat itu Dewandi sedang memperjuangkan karirnya di dunia politik. Jadi Dewandi nggak mungkin mengorbankan usahanya selama ini dan came up ke publik kalau dia punya anak dengan perempuan lain.” Barra kembali menjelaskan.
“Jadi semuanya sekarang make sense. Leonel adalah anak dari Olivia dan Dewandi yang disembunyikan dengan cara memberikannya ke Abbas Pasha. Abbas adalah antek yang digunakan Dewandi untuk membantunya menjalankan rencananya. Kita juga udah mendapatkan bukti kejahatan yang dilakukan Dewandi selama dia jadi presiden, dari korupsi hingga penyuapan. Soal Abbas yang merencanakan pelengseran dan pembunuhan papa lo, kemungkinan dalang dari rencana itu adalah Dewandi. Dewandi nggak mungkin turun langsung untuk menjalankan rencananya sendiri, dia pasti punya antek untuk menjalankan rencana itu,” jelas Calvin.
Raegan mendengarkan penjelasan tersebut dengan seksama dan mencoba menghubungkan benang merahnya. Pelengseran dan pembunuhan berencana yang terjadi pada papanya pasti punya tujuan yang besar. Ada pihak yang akhirnya akan diuntungkan dari kejadian itu.
Satrio Malik Gumilar yang merupakan ketua MK memiliki tugas memberi putusan atas pendapat dari DPR mengenai dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden atau Wakil Presiden berdasarkan UUD, maka dari itu untuk menutupi kejahatannya, kemungkinan Dewandi harus menyingkirkan Satrio, agar ia bisa menyetir hukum negara sesuai dengan keinginannya.
Mahkamah Konstitusi sendiri adalah lembaga yang mengadili kejahatan di lingkungan hukum dengan hukum itu sendiri. Maka MK berhak mengadili presiden atas kejahatan yang dilakukannya. Setelah mereka selidiki, ternyata para pejabat tinggi negara yang memiliki wewenang terhadap presiden, adalah hasil pilihan presiden sendiri. Dewandi Wirawan meletakkan orang-orangnya untuk menempati kursi pejabat negara, agar kemudian hari ia bisa menjadikan mereka sebagai bonekanya.
Presiden ingin semua jabatan yang mengisi negara adalah orang-orang pilihannya, maka ia harus menyingkirkan Satrio dari jabatan Ketua MK. Presiden ingin menjebak Satrio dengan tuduhan telah melanggar kode etik dan tidak kompeten sebagai penanggung jawab MK. Sehingga yang bisa melengserkan Satrio adalah keputusan presiden, meskipun MK adalah lembaga independen.
“Ini memang baru hanya dugaan kita. Tapi kalau kita sambungkan benang merahnya, yang akan dapat keuntungan dari lengsernya papa lo adalah presiden. Presiden ingin mengatur komposisi lima orang Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi yang dibuat berdasarkan usulan presiden, DPR, dan MA,” ujar Romeo.
“Jadi setelah ini langkah apa yang harus kita ambil?” tanya Barra, lebih tepatnya pria itu bertanya pada Raegan.
Raegan nampak berpikir sejenak. Raegan memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya. “Untuk saat ini, kita kumpulin dulu bukti sebanyak-banyaknya. Saat waktunya tepat, kita akan membuat mereka bersatu di dalam penjara,” ucap Raegan.
“Gue tau apa yang ada di pikiran kalian saat ini. Dewandi Wirawan memang punya kekuasaan yang besar, tapi itu nggak bisa jadi alasan untuk gue mundur dari tujuan awal,” tambah Raegan lagi.
“Om Satrio udah tau soal ini?” tanya Romeo.
“Belum, tapi gue akan kasih tau beliau secepatnya. Oh iya, gue juga akan kasih tau Kaldera soal ini. Gue nggak bisa lama-lama merahasiakan ini dari Kaldera,” ujar Raegan.
“Menurut gue lebih baik lo nggak kasih tau Kaldera. Kalau dia tau, mungkin dia akan kecewa atau paling parahnya dia akan marah sama lo. Selama setahun lo cari tau tentang kasus ini, tanpa sepengetahuan Kaldera sama sekali.” Calvin menyampaikan pendapatnya.
“Gue akan tetap kasih tau Kaldera. Meskipun gue tau, dia mungkin akan marah sama gue,” ucap Raegan.
Raegan akan tetap memberi tahu Kaldera kebenaran yang walaupun itu akan terasa pahit. Namun bagi Raegan saat ini, hubungan asmara adalah tentang keterbukaan antara kedua belah pihak. Raegan tidak ingin ada rahasia di antara dirinya dan Kaldera.
***
Kaldera dan Raegan menempuh perjalanan dengan mobil selama kurang lebih 30 menit. Raegan kini tengah memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah dengan pagar kayu berwarna putih yang tidak terlalu tinggi. Di dekat pagar itu, terdapat sebuah papan yang bertuliskan ‘Panti Asuhan Cinta Kasih’.
Raegan menarik rem tangan mobilnya, lalu ia menoleh ke samping untuk menatap Kaldera. “Ayo, kita turun,” ujarnya.
Kaldera mengangguk mengiyakan, lalu ia segera mengikuti Raegan yang sudah membuka pintu mobil lebih dulu. Kaldera berjalan di samping Raegan menuju ke dalam rumah itu. Mereka sempat melewati taman di depan rumah, di sana Kaldera melihat beberapa anak tengah bermain bola bersama.
Kaldera menghentikan langkahnya untuk menatap anak-anak itu dengan tatapan berbinar. Raegan yang melihat kejadian tersebut otomatis mengikuti Kaldera. Raegan memperhatikan kedua mata Kaldera yang kini tengah berubah berkaca-kaca.
Kaldera pun menoleh pada Raegan. Raegan mendapati sebuah senyum terlukis di wajah cantik kekasihnya. “Aku berharap suatu hari mereka bisa ngerasain kasih sayang keluarga yang utuh, Mas. Aku sama kayak mereka, aku pernah ada di posisi itu, dan aku tau gimana rasanya,” ujar Kaldera sambil masih menatap Raegan.
Raegan lantas mengulaskan senyum hangatnya. Pria itu mengambil tangan Kaldera, lalu memberikan usapan di punggung tangan itu.
“Raegan,” panggilan itu seketika menginterupsi Raegan dan Kaldera. Keduanya pun menoleh dan mereka menemukan sosok wanita paruh baya dengan kisaran usia 60 tahun.
“Ibu,” panggil Raegan dengan suara lembutnya. Raegan kemudian mengajak Kaldera untuk menghampiri wanita itu. Setelah Raegan menyalami tangan wanita itu, Kaldera pun melakukan hal yang sama seperti yang Raegan lakukan.
“Ibu, maaf ya, Raegan baru sempat datang ke sini lagi. Oh iya Bu, kenalin ini Kaldera,” ujar Raegan memperkenalkan Kaldera.
Wanita paruh baya itu lekas tersenyum lembut sembari menatap Kaldera. “Ayo masuk dulu, ibu akan buatkan minuman dan ada cemilan kesukaan Raegan.”
***
Di ruang tamu rumah dengan nuansa cat berwarna putih itu, Raegan, Kaldera, dan bu Rita tengah berbincang-bincang. Di meja di hadapan mereka tersaji 3 cangkir teh dan kue kering yang menjadi camilan kesukaan Raegan.
Raegan memperkenalkan Kaldera pada bu Rita secara langsung, setelah selama ini pria itu hanya menceritakan sosok Kaldera melalui cerita-ceritanya. Niat Raegan hari ini datang ke panti asuhan adalah ingin menjenguk anak-anak panti, sekaligus memperkenalkan sosok yang spesial baginya.
“Ibu senang sekali waktu Raegan mau datang, apalagi Raegan bilang akan membawa orang yang spesial untuk dia,” ujar bu Rita. Seketika Kaldera menoleh pada Raegan, tapi sebelum Raegan menjelaskan, bu Rita lebih dulu memperjelasnya.
“Raegan udah cerita banyak tentang kamu, Kaldera. Dari cerita-ceritanya, Ibu tau dia tidak akan menyerah berjuang untuk mendapatkan kamu, meskipun dia bilang awalnya kamu belum menerimanya,” ujar bu Rita sambil tersenyum penuh arti kepada Kaldera.
“Mas Raegan,” seru sebuah suara yang langsung menginterupsi ketiga orang itu. Mereka pun mendapati tiga anak perempuan tengah berjalan menghampiri Raegan.
“Mas Raegan datang sama siapa?” tanya salah satu anak yang sepertinya berusia paling muda di antara dua orang lainnya.
Raegan lantas meraih tangan anak itu dan membawanya mendekat pada Kaldera. Anak perempuan berambut sebahu itu menatap Kaldera dengan tatapan malu-malu. Namun Kaldera lebih dulu mendekatkan dirinya dan mengulurkan tangannya sembari memasang senyum ramah. “Hai, Cantik. Nama kamu siapa? Kenalin, nama aku Kaldera.”
Perlahan-lahan anak perempuan itu akhirnya mengulurkan tangan mungilnya. Kaldera pun segera menyambut uluran itu. “Nama aku Namira. Kak Kaldera siapanya Mas Raegan?” tanya Namira dengan spontan. Raegan, Kaldera, dan bu Rita pun mengulaskan senyuman penuh arti, dan justru itu semakin membuat Namira penasaran.
“Gini aja, kita main bola di luar. Kalau kalian menang, nanti Mas Raegan kasih tau. Gimana?” Raegan membuat sebuah tawaran yang menarik.
“Oke.” Sahut ketiga anak perempuan itu dengan kompak dan mereka tampak sangat antusias.
Seketika Kaldera dan bu Rita dibuat terheran. Mungkin kalau bu Rita sudah tidak terlalu heran, karena beliau sudah pernah melihat interaksi antara Raegan dengan anak-anak panti. Namun bagi Kaldera, baru pertama kali ia melihat Raegan yang tampak berbeda. Raegan berubah menjadi sosok yang begitu lembut dan terlihat sangat pintar berinteraksi dengan anak kecil. Melihat kejadian itu di depan matanya, Kaldera seketika menjadi terenyuh. Hatinya pun menghangat dengan sempurna.
***
Selagi Raegan bermain dengan anak-anak panti, Kaldera dan bu Rita mengobrol di ruangan kepala panti. Bu Rita adalah kepala panti asuhan Cinta Kasih sekaligus pendirinya. Sudah lebih dari setengah usianya, bu Rita telah mengabdikan dirinya untuk merawat anak-anak kurang beruntung yang belum bisa merasakan kasih sayang dari orang tua.
Bu Rita pun menunjukkan beberapa foto di sebuah album milik panti kepada Kaldera. Di sana ada potret Raegan bersama dengan anak-anak. Mereka melakukan banyak kegiatan, mulai dari bermain, belajar, makan bersama, hingga Raegan yang pernah membacakan dongeng untuk anak-anak.
“Waktu itu Ibu ingat sekali, anak-anak nggak mau tidur kalau nggak dibacain dongeng sama Raegan. Setiap Raegan ke sini, mereka selalu antusias,” ujar bu Rita. Setelah Kaldera puas melihat foto-foto di album itu, bu Rita pun mengembalikan benda tersebut ke laci mejanya.
“Kaldera, Raegan itu seperti malaikat bagi anak-anak. Dia sosok yang sangat penyayang, kamu pasti juga sudah mengetahui itu,” ujar bu Rita dengan pandangannya yang berbinar.
“Bu, kalau Kaldera boleh tau, sejak kapan mas Raegan kenal sama anak-anak?” tanya Kaldera.
Bu Rita masih menatap Kaldera dengan tatapan penuh arti, lalu beliau menjawab, “Sepertinya sejak Raegan berusia 23 tahun. Pertama kali Raegan datang ke sini, dia membawa banyak sekali pakaian dan mainan baru untuk anak-anak. Anak-anak biasanya susah akrab sama orang baru, tapi pengecualian untuk Raegan. Raegan tahu betul caranya memperlakukan orang-orang yang dia sayangi. Waktu dia bilang akan mengenalkan pacarnya ke Ibu, Ibu senang sekali. Raegan akhirnya berhasil meluluhkan hati kamu.”
Bu Rita kemudian meraih satu tangan Kaldera dan mengusapnya lembut. “Terima kasih ya Nak, kamu sudah mencintainya dan menerima dia. Ibu berharap kalian selalu bahagia. Sayangi Raegan dan peluk dia kalau dia sedang sedih. Cintai dia karena itu dirinya, karena hatinya yang sangat mulia.”
***
Kaldera telah mengetahui satu hal besar dari bu Rita. Itu adalah soal Raegan yang menjadi donatur utama panti asuhan Cinta Kasih selam kurang lebih 10 tahun. Raegan sangat menyukai anak kecil dan menikmati waktu saat berinteraksi maupun bermain bersama mereka. Sosok Raegan yang baru diketahui Kaldera itu, membuat Kaldera akhirnya memutuskan suatu hal malam ini.
“Mas,” ucap Kaldera sambil meraih tangan Raegan. Aksi Kaldera itu lantas membuat langkah Raegan terhenti. Mereka baru saja sampai di teras rumah, tapi Kaldera mengatakan bahwa ia tidak ingin langsung masuk ke dalam.
“Aku masih mau sama kamu,” ujar Kaldera sambil menorehkan senyum kecilnya. Raegan malah tertawa karena aksi Kaldera yang menurutnya sangat menggemaskan itu.
“Tadi kan kita seharian udah bareng,” ujar Raegan.
“Iya sih, tapi kamu banyakan main sama anak-anak,” celetuk Kaldera.
Raegan pun bertanya, “Kamu cemburu sama mereka?”
“Nggak juga sih. Aku seneng liat kamu main sama mereka. Mereka keliatan seneng juga, aku jadi ikut happy liatnya.” Kaldera menampakkan senyum lebarnya.
“Oke. Kita mau ke mana sekarang?” tanya Raegan.
“Hmm … kita cari angin aja di taman belakang. Ada yang mau aku omongin juga sama kamu,” ucap Kaldera.
Raegan pun mengangguk mengiyakan. Kemudian mereka berjalan bersisian menuju taman belakang. Di taman tersebut terdapat sebuah mini gazebo, jadi Raegan dan Kaldera memutuskan untuk duduk di sana. Kaldera menatap tangannya yang digenggam oleh Raegan, senyum kecil pun terpatri di wajahnya.
“Mas, aku udah membuat sebuah keputusan,” ujar Kaldera memulai ucapannya.
“Keputusan soal apa Kal?” tanya Raegan.
Kaldera lantas sedikit mengubah posisinya, ia duduk menyamping agar bisa bertatapan dengan Raegan. “Aku udah membuat keputusan soal pernikahan,” ucap Kaldera sambil menatap Raegan dengan tatapan penuh arti.
Raegan masih terdiam, lebih tepatnya pria itu nampak sedikit terkejut berkat dua kata yang barusan diucapkan oleh Kaldera.
Kaldera menatap Raegan tepat di manik matanya, ia pun berujar lagi, “Mas, aku udah siap kalau kamu menginginkan sebuah pernikahan. Aku ingin melangkah sama kamu ke jenjang yang lebih serius. Aku ingin membina rumah tangga sama kamu dan mewujudkan hari bahagia itu untuk kita berdua.”
Kaldera menunggu Raegan meresponnya. Namun sampai beberapa detik kemudian, Raegan masih belum merespon. “Mas?” panggil Kaldera menyadarkan Raegan dari keterdiamannya.
Raegan pun kini berlaih menatap Kaldera setelah sebelumnya pria itu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Masih dengan tatapan yang konsisten, Raegan pun meraih kedua tangan Kaldera dan menggenggamnya. Raegan lalu mengangguk sekilas, tidak ketinggalan sebuah senyum bahagia terukir di wajah tampannya. Detik berikutnya, Raegan bergerak menghela tubuh Kaldera ke dalam pelukannya. Kaldera membalas pelukan itu, ia melingkarkan lengannya pada torso Raegan.
Beberapa detik berlalu, pelukan mereka perlahan terurai. Raegan menatap Kaldera dengan tatapan penuh sayangnya. “Terima kasih, Kal. Aku sangat menunggu hari bahagia itu, dan ingin merealisasikannya sama kamu.”
Raegan kemudian memangkas jarak di antara mereka. Kedua tangannya ia gunakan untuk menangkup halus kedua sisi wajah Kaldera. Dengan perlahan tapi pasti, Raegan menyematkan sebuah kecupan di kening Kaldera. Masih sambil menatap Kaldera, Raegan pun mengatakan sesuatu, “Kal, I love you with all my deepest heart.”
***
Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮
Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂