Rasa Sakit yang Belum Berakhir
Di minggu-minggu belakangan ini, begitu banyak yang terjadi di hidup Alvaro. Rasanya semua masalah datang bertubi-tubi padanya. Perceraiannya, perselingkuhan yang Marsha lakukan terhadapnya, dan di antara semua itu, ada yang paling menyakitkan untuk Alvaro. Itu adalah fakta bahwa Gio bukanlah anak kandungnya.
Alvaro telah menghadiri mediasi dan sidang jawaban atas perceraiannya dengan Marsha. Namun itu belum berakhir sampai di sana, masih terdapat beberapa rangkaian yang harus dilewati. Baik Alvaro sebagai pihak penggugat maupun Marsha sebagai pihak penggugat, keduanya berhak untuk menguatkan permohonan atau menyangkal tuduhan yang dilayangkan oleh masing-masing pihak. Jadi proses perceraian memang masih cukup panjang.
Alvaro telah pulih dari sakitnya dan Gio telah kembali ke rumahnya. Meskipun Alvaro sudah tau kenyataan bahwa Gio bukanlah anak kandungnya, itu tidak mengubah sedikitpun rasa sayangnya terhadap Gio. Alvaro tidak peduli darah yang mengalir di tubuh Gio milik siapa, yang jelas Alvaro tahu Gio adalah anaknya dan ia akan selamanya menjadi seorang papa untuk Gio.
Alvaro sudah menceritakannya pada Sienna. dan akhirnya Alvaro tahu bahwa Sienna telah mengetahui hal tersebut lebih dulu darinya. Sienna mendapat mimpi bahwa Gio bukanlah anak kandung Alvaro, tapi Sienna memilih untuk menyimpan itu sendiri sampai beberapa saat. Alasannya jelas karena Sienna tidak sanggups mengatakannya, ia tidak bisa menyampaikan hal buruk yang pasti akan menyakiti Alvaro. Alvaro mencoba memahami keputusan kekasihnya itu. Mungkin saja jika Sienna langsung memberitahunya tanpa bukti yang jelas nyata di hadapan Alvaro, Alvaro akan semakin kacau karena tidak melihat fakta jelasnya menggunakan matanya sendiri.
Pagi yang cerah di kediamannya, Alvaro tampak telah rapi dengan setelan kasualnya. Alvaro sedang sarapan di meja makan bersama Gio. Alvaro memperhatikan anaknya yang tampak bersemangat sekali hari ini, karena Alvaro telah menjanjikan agar mereka bertemu Sienna.
Rencananya, tanpa sepengetahuan Sienna, Alvaro akan menjemput gadis itu. Kemudian mereka bertiga akan pergi ke taman bermain indoor yang cukup besar yang terletak di pusat kota. Alvaro sudah tahu jadwal Sienna hari ini, kekasihnya itu tidak ada kegiatan apa pun, jadi kemungkinan rencana surprise-nya untuk mengajak Gio dan Sienna hangout hari ini akan berjalan lancar.
“Papa,” ujar Gio. Anak lelaki itu menghentikan kegiatannya menyuap makanan ke mulutnya.
“Iya, Nak?” Alvaro pun memberikan atensinya pada Gio.
“Nggak papa kok kalau Papa sama mama udah nggak tinggal bareng lagi. Yang penting Papa bahagia. Gio juga bahagia karena ada Papa dan bunda Sienna.” Gio mengucapkannya dengan sebuah senyum kecil yang tercetak wajahnya.
Alvaro lantas ikut menyunggingkan senyumnya. “Iya, Nak. Terima kasih ya udah coba untuk ngerti. Mungkin kamu belum paham banget dengan kondisi ini, tapi apa pun itu, Papa dan mama tetep orang tuanya Gio yang akan selalu sayang sama Gio.”
***
Ketika Alvaro sampai di kediaman Sienna, kedatangannya langsung disambut oleh Fabio. Fabio nampak tidak welcome dengan kehadiran Alvaro di sana.
“Selamat siang, Om,” ujar Alvaro sembari menyalami tangan Fabio. Fabio menjabat uluran tangan Alvaro. Namun beberapa detik berlalu, lelaki itu tidak juga mempersilakan Alvaro untuk masuk. Alvaro yang cukup lama membuat Gio menunggu di mobil, akhirnya tanpa perintah apapun anaknya itu menyusulnya.
Gio yang melihat papanya dan papa Sienna hanya berdiam di dekat pagar, lantas berjalan menghampiri kedua pria tu.
Begitu langkah Gio sampai di hadapan kedua orang dewasa itu, ketika itu juga Fabio mengatakan sesuatu di depan Alvaro. “Sienna ada di rumah, tapi saya tidak izinkan kamu bertemu dengan Sienna.”
Alvaro dan Fabio yang kemudian menyadari kehadiran Gio di sana, langsung menoleh pada anak itu. “Gio, tunggu Papa di mobil ya Nak,” tutur Alvaro pada anaknya.
“Papa, kenapa kita nggak boleh ketemu sama bunda Sienna?” celetuk Gio. Raut wajah anak berusia 6 tahun itu tampak sedih, tapi bercampur juga dengan tanda tanya besar yang membuatnya nampak bingung. Mengapa orang dewasa begitu rumit dan ia selalu tidak paham akan permasalahan yang ada.
Alvaro akhirnya memutuskan mengantar Gio untuk masuk ke mobil lagi. Kemudian baru Alvaro kembali pada Fabio. Di sana Alvaro memohon pada Fabio agar mengizinkannya bertemu dengan Sienna.
“Saya nggak ingin kamu menyakiti anak saya. Sudah cukup selama ini saya kasih kelonggaran untuk kamu berhubungan dengan Sienna. Sebaiknya kamu mengerti keputusan saya.” Setelah Fabio mengatakan kalimatnya, pria itu berlalu begitu saja dari hadapan Alvaro.
Alvaro lantas menatap pintu ganda rumah itu yang ditutup rapat dan meninggalkan bunyi dentuman yang cukup kuat. Selama beberapa detik, Alvaro masih setia berdiri di sana, berharap pada sesuatu yang sebenarnya Alvaro sudah tahu bahwa jawabannya tidak akan sesuai dengan keinginannya. Alvaro pun mendongak untuk menatap ke arah jendela di mana kamar Sienna berada.
Mungkinkah … ini adalah akhir dari kisah cintanya dengan Sienna?
Alvaro mencintai Sienna, tapi bagaimana pun, restu orang tua itu sangat penting. Alvaro ingin orang tua Sienna menerimanya, mengizinkannya untuk membahagiakan Sienna. Alvaro ingin orang tua Sienna merelakan dengan sepenuh hati agar putri mereka menjadi pendamping hidupnya. Namun sampai saat ini, Alvaro belum juga mendapat izin tersebut.
***
Sienna mengintip dari celah kecil jendela kamarnya. Ia melihat semua yang terjadi beberapa saat lalu. Begitu range rover milik Alvaro hilang dari pandangan Sienna, Sienna bergegas menemui papanya yang berada di lantai satu ruang keluarga. Sienna telah tahu beberapa saat yang lalu Alvaro datang ke rumahnya dan bertemu dengan papanya.
Namun Fabio sungguh keras melarang Sienna untuk keluar dan meminta Alvaro untuk angkat kaki dari rumah mereka.
“Papa,” ujar Sienna dengan suaranya yang terdengar bergetar.
Fabio pun mendapati anak perempuannya menghampirinya. “Ada apa Sienna?” tanya Fabio yang masih setengah fokus pada majalah otomotif di tangannya.
Seinna mendekat pada Fabio, dan tiba-tiba Sienna langsung berlutut di hadapan papanya. Fabio yang kaget melihat itu, lantas menyuruh Sienna untuk bangun dari posisinya. Fabio meletakkan majalah di tangannya dan kini memegang kedua bahu Sienna.
“Kamu ngapain?” tanya Fabio dengan nadanya yang agak meninggi.
“Ngapain kamu sampai sebegininya demi laki-laki itu?” lanjut Fabio.
Sienna masihh bertahan di posisinya, bahkan ia bersujud di dekat kaki papanya. “Pah, Sienna mohon. Tolong restuin Sienna sama Alvaro,” ujar Sienna diiringi isakan kecil yang keluar dari bibirnya.
“Papa nggak punya alasan untuk merestui hubungan kamu dengan dia. Papa nggak bisa melihat kamu menderita karena dia. Selama sama dia, emang kamu bahagia?”
Sienna lantas bangkit dari posisinya. “Sienna bahagia, Pah. Papa nggak pernah tau perjuangan Alvaro untuk hubungan ini. Papa hanya ngeliat dari kacamata Papa aja.” Nada suara Sienna sedikit meninggi, hingga membuat Fabio terkejut dengan tingkah putrinya itu.
“Kamu bicara dengan nada tinggi ke Papa untuk membela lelaki itu? Papa yang merawat kamu dari kecil, Papa yang berusaha membahagiakan kamu karena Papa sayang sama kamu.” Fabio nampak terluka, itu terlihat jelas dari tatapan matanya.
“Sienna nggak maksud begitu, Pah. Dari awal, Papa yang selalu menilai buruk tentang Alvaro. Pah, bukan cuma Sienna yang berjuang di hubungan ini, tapi Alvaro juga berjuang.” Sienna menjeda sejenak ucapannya. Dengan lengan kaus panjangnya, Sienna mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
“Kalau Papa sayang sama Sienna, harusnya Papa bisa coba membuka hati dan menurunkan sedikit aja ego Papa. Kalau Papa masih kayak gini, sampai kapan pun juga, mungkinPapa nggak bisa nerima Alvaro,” ujar Sienna lagi.
“Sienna, stop memohon ke Papa. Masuk ke kamar kamu. Papa cuma mau yang terbaik untuk kamu. Masih banyak laki-laki yang pantas untuk kamu.” Fabio nampak tidak luluh sedikitpun.
Sekali lagi, airmata Sienna meluncur mulus dari pelupuk matanya. Melihat putrinya menangis demi lelaki yang tidak Fabio sukai, rasanya dada Fabio seperti tercabik-cabik.
“Sienna nggak akan menjalin hubungan lagi sama laki-laki lain selain Alvaro, Pah. Sienna berhak untuk milih calon pendamping hidup Sienna, karena Sienna yang akan menjalaninya. Sienna cuma mau menikah sekali, dan pastinya dengan orang yang Sienna inginkan.” Setelah mengatakan itu, Sienna segera berlalu dari hadapan Fabio.
Fabio menatap kepergian putrinya dengan tatapan nanar. Perasaan Fabio campur aduk. Di satu sisi, ia ingin Sienna bahagia dengan lelaki pilihannya. Namun ada ketakutan besar pada diri Fabio atas laki-laki yang menjadi pilihan anaknya.
***
Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷
Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜
Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭