Rasa Sakit yang Tidak Terbendung
Satu bulan kemudian.
Sejak tadi pagi di kantor, Arsen dan Andra ttelah mendapati kondisi Marcel yang tampak tidak baik-baik saja. Sebenarnya kondisi Marcel sudah kurang baik dari 2 hari lalu, tapi Marcel tetap bekerja dan cukup sibuk dengan pekerjaannya.
Arsen pun akhirnya memutuskan menghubungi Olivia untuk mengabarkan tentang kondisi Marcel. Beberapa kali Andra telah meminta Marcel untuk pulang dan beristirahat, urusan pekerjaan akan ditangani olehnya. Namun Marcel keras kepala dan masih melanjutkan bekerja di ruangannya, tidak menggubris ucapan sekretarisnya.
Arsen tengah memasuki ruangan Marcel, padahal Marcel tidak memerintahkan lelaki itu untuk datang.
“Gue udah ngasih tau Oliv, dan dia bakal ke sini,” ujar Arsen.
“Kenapa lo malah ngasih tau Oliv? Nanti dia malah kepikiran. Siang ini kan ada rapat pemegang saham, gue harus ada di sana,” ucap Marcel dan raut wajahnya seketika tampak kesal menatap Arsen.
“Lo habisnya keras kepala sih. Lo nggak bakal nurut kan, kalau nggak Oliv yang turun tangan. Oliv bakal bawa lo balik, lo istirahat di rumah,” tutur Arsen.
Arsen sudah akan berlalu dari sana, tapi tiba-tiba panggilan Marcel menahannya.
“Arsen ..” ucap Marcel terdengar lirih.
Arsen pun segera berbalik dan matanya membeliak begitu mendapati Marcel yang tengah mengerang kesakitan sembari memegangi dada bagian kirinya.
“Astaga, bos lo kenapa?” Arsen segera menghampiri Marcel di tempatnya yang tengah tampak sekarat.
Marcel terlihat sesak napas dan dadanya terasa nyeri, hingga akhirnya Arsen mendapati Marcel yang ambruk begitu saja. Tubuh Marcel lunglai, dan pria itu masih sadar hanya saja sepertinya kesadarannya tidak banyak tersisa.
Arsen pun berusaha menopang tubuh Marcel dengan satu lengannya agar tidak jatuh lantai. Kemudian dengan satu tangannya yang bebas, Arsen cekatan meminta pertolongan utama melalui telfon.
Arsen menghubungi ambulans rumah sakit agar Marcel bisa segera mendapat penanganan.
***
Suasana kantor sekitar pukul 11 siang tadi, menjadi cukup heboh disebabkan oleh kondisi Marcel yang tiba-tiba drop. Tim medis segera didatangkan di mana ruangan Marcel berada, kemudian membawanya untuk mendapat pertolongan pertama.
Dugaan orang-orang kantor sementara adalah Marcel mengalami serangan jantung, tapi hal itu belum dapat dipastikan.
Sekarang waktu menunjukkan pukul 12 siang. Ada rapat yang akan dihadiri oleh para pemegang saham. Rapat tersebut merupakan rapat umum pemegang saham yang telah dijadwalkan. RUPS tersebut akan membahas topik utama yakni perubahan susunan CEO dan Presiden Direktur.
Kabarnya Marcel akan melepaskan diri dari jabatannya, jadi pada rapat RPUS, Marcel akan membuat pernyataan pengunduran dirinya dari perusahaan. Namun karena kejadian tidak terduga di mana Marcel jatuh sakit, maka Enrico yang akan menggantikan Marcel untuk menyampaikan pernyataan tersebut.
Rapat akan dimulai sekitar 10 menit lagi. Enrico terlihat tengah memasuki aula tempat di mana rapat akan berlangsung. Enrico lalu menduduki salah satu kursi yang ada di sana. Beberapa orang yang mulai berdatangan dan melewatinya pun menyapanya.
Hingga sampai di mana seorang lelaki yang sangat familiar bagi Enrico menyapanya, di sana Enrico langsung meminta orang tersebut untuk duduk di sampingnya.
“Apa kabar Om?” seorang lelaki yang usianya jauh lebih muda dari Enrico itu menyapa dengan sapaan santun dan sebuah senyuman hangat.
“Kabar saya baik. Gimana perusahaan Papamu? Apakah semuanya lancar?” Enrico bertanya balik.
“Puji Tuhan perusahaan berjalan baik Om,” ujar lelaki itu yang ternyata adalah Ravellino. Ravellino merupakan sahabat baik Marcel yang mana juga memiliki perusahaan dan bermitra dengan perusahaan PT Permata Tambangraya TBK.
Enrico mengenal dengan baik Ravell beserta keluarga besarnya. Hari ini Ravell memang menghadiri rapat pemegang saham sebagai perwakilan perusahaannya, karena ia merupakan CEO perusahaan dan termasuk pemegang saham di perusahaan PT Permata Tambangraya TBK.
“Om, saya sudah dengar kabar tadi siang soal Marcel yang jatuh sakit dan dilarikan ke rumah sakit,” ujar Ravell.
“Ohh, iya. Jadi rapat ini nanti saya yang akan pimpin. Karena Marcel berhalangan untuk hadir,” ucap Enrico.
Perbincangan Enrico dan Ravell berlanjut dan merembet cukup jauh. Mereka membahas mulai dari tentang bisnis secara luas, hingga akhirnya sampai mengerucut ke satu titik. Enrico dan Ravell membicarakan tentang perusahaan yang juga dikenal baik oleh Ravell. Perusahaan tersebut adalah perusahaan tambang nikel milik keluarga almarhum Adelia, yakni istri dari Marcel.
“Saya mengenal baik Adelia, beberapa waktu sebelum tau kalau Marcel dan Adelia dijodohkan,” ucap Ravell.
“Sampai akhirnya Marcel dan Adelia menikah, saya sedikit banyak tau tentang hubungan mereka berdua, Om. Saya lumayan mengenal Marcel dan Marcel juga cukup sering cerita ke saya,” lagi Ravell mengutarakannya. Ravell tidak memiliki niat apa pun mengatakannya kepada Enrico, hanya begitu saja terucap olehnya.
Ravell sudah akan berhenti sampai di sana, tapi rupanya Enrico memintanya untuk memberitahu mengenai sesuatu. Ternyata Enrico tampak penasaran tentang hubungan Marcel dan Adelia.
Ravell terdiam sesaat. Ia merasa sulit percaya, karena sebelumnya juga tahu bahwa Enrico tidak peduli dengan itu. Namun bagaimana pun, Ravell mengerti bahwa cinta orang tua kepada anaknya sangatlah besar, dan jumlahnya tidak bisa dihitung dengan satuan angka. Jadi mungkin Enrico mulai tergerak hatinya untuk peduli akan apa yang menyangkut tentang Marcel.
“Saya tahu satu fakta tentang Marcel dan Adelia. Saya pikir kalau Om perlu tau tentang ini juga,” ujar Ravell.
Ravell sesaat menjeda ucapannya. Kemudian beberapa detik kemudian, Ravell kembali melanjutkan. “Marcel nggak pernah bisa mencintai Adelia, walaupun dia udah mencoba. Sebenarnya saya juga sudah tau soal hubungan Marcel dan Olivia, soal rencana Marcel ingin pindah ke Swiss, dan Marcel yang akan menikahi Olivia. Tanpa Marcel bilang secara langsung, sebenarnya saya bisa tau kalau Marcel bener-bener udah nemuin perempuan yang dia cintai dan perempuan itu adalah Olivia.” Ravell menjeda ucapannya sesaat. Enrico masih belum merespon, ia masih ingin mendengar semuanya dari Ravell.
“Saya mengenal baik Adelia, Om,” ucap Ravell lagi. “Adelia pun juga tau dan sadar juga, kalau Marcel nggak pernah mencintai dia. Adelia akan bahagia kalau Marcel bisa mencintai dia, tapi kenyataannya Marcel nggak pernah bisa.”
Ravell mengatakan semuanya yang sejujurnya kepada Enrico, tanpa ada yang dikurangi ataupun dilebihkan.
Sampai Marcel dan Adelia dikaruniai seorang anak pun, Marcel tetap tidak bisa mencintai Adelia dengan sepenuh hatinya. Marcel telah mencoba mencintai ibu dari putrinya, tapi kenyataannya tidak berhasil. Karena sesungguhnya cinta adalah sebuah perasaan tidak dapat dipaksakan.
“Ravell, terima kasih kamu telah menyampaikan ini ke saya,” ujar Enrico setelah keterdiamannya yang cukup lama.
Ravell pun hanya mengangguk sekilas. Kemudian situasi antara Enrico dan Ravell harus diinterupsi. Seorang komisaris yang menjadi moderator RUPS, meminta Enrico untuk segera naik ke podium karena rapat sudah akan dimulai. Enrico yang menyampaikan pernyataan pengunduran diri Marcel di depan hadirin di ruang ini.
Enrico pun segera beranjak dari tempatnya dan melangkah menuju podium. Di sana sebuah microphone telah disiapkan dan Enrico sudah mengambilnya.
“Selamat siang hadirin semua,” ujar Enrico menyapa. “Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas kesediaan Anda semua untuk menghadiri rapat umum pemegang saham. Pada RUPS hari ini, akan dibahas mengenai perubahan susunan pemimpin di perusahaan PT Permata Tambangraya TBK.” Enrico sesaat menjeda ucapannya.
Hingga beberapa detik yang akhirnya berlalu, keterdiaman yang akhirnya cukup lama itu, membuat orang-orang di ruang rapat saling menatap dan terlihat bingung.
Termasuk di sana Ravell yang menyaksikan Enrico tidak segera melanjutkan ucapannya. Ravell menduga satu hal, tapi rasanya itu tidak mungkin terjadi.
Enrico lalu berdeham sekali dan kembali bicara, “Saya akan menyampaikan sebuah hal penting, yakni saya telah memutuskan bahwa pengunduran diri Marcellio Moeis dari jabatan Chief Executive Officer, hari ini resmi dibatalkan. Tidak ada pengunduran diri atau perubahan susunan jabatan pada PT Permata Tambangraya TBK. Untuk kedepannya, Marcellio Moeis tetap akan memegang jabatan CEO, yakni pemimpin tertinggi di perusahaan ini. Sekian yang dapat saya sampaikan, terima kasih.”
Begitulah Enrico mengakhiri ucapannya di depan banyak orang. Seketika seisi orang yang ada ruang rapat pun dibuat terkejut. dan terdengar bisikan-bisikan yang sebenarnya dapat didengar seisi ruangan. Termasuk omongan-omongan itu segera didengar oleh Enrico yang baru saja turun dari podium.
Langkah Enrico berhenti begitu sampai di hadapan Ravell. Ravell pun segera beranjak dari kursinya.
Enrico lalu menepuk pundak Ravell pelan. “Ravell, terima kasih ya kamu sudah membuat saya sadar akan suatu hal. Saya nggak ingin kehilangan anak saya dan membiarkannya pergi ke Swiss. Sekali lagi terima kasih saya ucapkan ke kamu,” ujar Enrico pada Ravell.
Ravell di sana masih tampak bingung atas apa yang terjadi. Namun ia menerima jabatan tangan Enrico begitu saja.
Sampai akhirnya Enrico berlalu dari hadapan Ravell dan meninggalkan ruang rapat, Ravell masih terlihat bingung di tempatnya.
Ravell pun segera berpikir, haruskah ia memberitahu Marcel? Namun sepengetahuan Ravell, hubungan Marcel dan Enrico belum juga membaik. Maka apakah Marcel mau membatalkan keputusannya untuk pindah ke Swiss dan tetap memegang jabatan CEO?
Ravell tidak dapat menebak pasti jawabannya, tapi yang jelas, ia harus turut berusaha membujuk Marcel agar sahabatnya itu tetap tinggal.
***
Terima kasih telah membaca Fall in Love with Mr. Romantic 🌹
Jangan lupa kasih masukan biar kedepannya bisa lebih baik lagi💕
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍒