Sang Penakluk Wanita yang Handal
Terkadang keputusan yang diambil oleh manusia dalam hidupnya, terjadi secara impulsif, alias terjadi dengan cepat tanpa memikirkan berbagai resiko yang akan menghadang. Begitulah yang terjadi saat Olivia memutuskan menerima tantangan dari Marcel untuk membuatnya jatuh cinta pada pria itu dalam waktu 14 hari. Namun tidak Olivia tidak mentah-mentah menerima tantangan tersebut, ia pun memberi tantangan juga kepada Marcel. Jika Marcel bisa membuatnya bersedia berada di ranjang pria itu, maka Marcel akan menang dan memilikinya.
Hari ini Olivia akan bertemu dengan Marcel, dan pertemuan ini terhitung sebagai hari pertama dalam 14 hari yang keduanya telah sepakati.
Olivia turun dari lantai unit apartemennya dan langkahnya pun sampai di lobi. Kedua matanya langsung berpendar, mencari sosok yang sebelumnya telah memiliki janji temu dengannya.
Lobi apartemen yang tidak terlalu ramai, memudahkan Olivia untuk menemukan sosok itu. Tampaknya orang itu belum menyadari kehadirannya, tapi Olivia tidak menunggu apapun untuk berjalan menuju sosok itu.
Marcel berada tidak sendiri di sana, pria itu bersama dengan asistennya. Begitu Olivia tiba di hadapan Marcel, pria yang sedang melakukan meeting online menggunakan ipad-nya itu, segera mematikan sambungannya.
Marcel menatap Olivia, lalu pria itu lekas beranjak dari posisi duduknya. Arsen yang sebelumnya berada di dekat Marcel dan Olivia, kemudian sedikit memberi ruang pada keduanya dengan menyingkir dari sana.
“Hai,” sapa Marcel dengan lugasnya. Marcel kemudian menyerahkan ipad di tangannya untuk dipegang oleh Arsen.
Olivia hanya membalas sapaan Marcel dengan sebuah senyuman singkat.
Secara nyata, Olivia mendapati Marcel si workaholic yang super sibuk, tapi masih sempat-sempatnya pria itu memberi waktu untuk seorang gadis.
Dasar playboy, batin Olivia. Olivia lantas memiliki sebuah ide jahil di kepalanya untuk memberi kesan kepada Marcel di pertemuan pertama mereka.
“Kita udah bisa pergi sekarang?” Olivia bertanya.
“Iya, bisa. Ayo,” jawab Marcel.
Keduanya kemudian berjalan bersisian meninggalkan lobi gedung. Arsen mengikuti langkah mereka, berjalan tidak jauh di belakang.
“Oh iya, kamu mau kita ke mana hari ini?” ujar Marcel ketika dirinya dan Olivia telah berada di mobil.
Arsen sudah menyalakan mesin mobil, tapi belum memanuver kendaraan itu untuk meninggalkan parkiran.
“Hmm … aku mau ke Plaza Indonesia,” ujar Olivia sambil menatap Marcel yang berada di sampingnya.
“Oke, kalau gitu kita ke Plaza Indonesia,” tanpa mempertimbangkan apa pun, Marcel dengan cepat mengiyakan permintaan Olivia.
Olivia agak ragu awalnya bahwa Marcel akan mengiyakannya. Namun Olivia akan melihatnya nanti, apakah Marcel akan bisa bertahan dengan permainan yang ia buat, atau justru akan menyerah begitu saja?
***
Plaza Indonesia merupakan pusat perbelanjaan yang terletak cukup jauh dari lokasi apartemen Olivia, serta memiliki rute lalu lintas yang padat. Olivia ingin membuat Marcel jengah dan mungkin kesal karena harus menurutinya yang banyak mau.
Namun yang terjadi sejauh ini, Marcel dengan mudahnya menuruti semua keinginan Olivia. Selama kurang lebih 2 jam, mereka menggunakan waktu yang tidak sebentar tersebut untuk berkeliling mall dan berbelanja.
Berbagai toko merek branded mereka kunjungi. Dari mulai Gucci, Prada, Balenciaga, hingga entah sudah berapa kali Marcel menggesekkan kartu debitnya untuk membelikan semua barang itu untuk Olivia.
Toko terakhir yang kini sedang mereka datangi adalah Dior. Olivia tertarik pada sebuah hand bag limited edition berwarna sage green.
“Satu aja?” tanya Marcel meyakinkan Olivia jika perempuan itu hanya menginginkan sebuah tas yang ada di toko tersebut.
Olivia mengangguk sekali, yakin bahwa ia hanay ingin satu tas. Kemudian Olivia memperhatikan raut wajah Marcel. Sama sekali seperti tidak ada beban bagi pria itu menghamburkan uangnya untuk seorang perempuan yang bahkan baru ia kenal. Ini gila, batin Olivia.
Oh, tapi belum tentu, karena ini baru permulaan. Mungkin setelah ini, sosok pria kaya raya seperti Marcel akan menampakkan wujud aslinya. Olivia sungguh penasaran dengan kelanjutan semua ini. Ini akan menjadi menarik, ucap Olivia di dalam hati.
Setelah membayar tas yang diinginkan Olivia, akhirnya Olivia dan Marcel meninggalakn toko itu. Olivia hanya membawa satu tas belanjaan yakni yang baru saja dibeli, karena sisa belanjaannya sebelumnya dibawakan oleh Arsen. Bahkan ada beberapa yang sudah dimasukkan ke dalam mobil.
“Habis ini kamu kita ke mana?” Marcel bertanya pada Olivia.
“Aku mau dinner di Pasola, di Pacific Place,” ujar Olivia.
“Oke.”
“Beneran? Tapi tempatnya jauh dari sini lho,” ucap Olivia dengan raut wajahnya yang nampak sedikit bingung.
“Nggak papa,” jawab Marcel cepat. Kemudian Marcel kembali berujar, “Kita bisa ke sana. We have so much time to spend,” ucap Marcel dengan lugas.
Olivia sedikit terkejut dengan jawaban yang dilontarkan oleh Marcel. Olivia pun merasa penasaran, sebenarnya pria macam apa yang sedang bersamanya saat ini?
***
Sekitar pukul 9 malam, Olivia dan Marcel telah berada di perjalanan pulang sesuai keduanya menikmati makan malam di restoran berkelas bintang 5 yang memiliki interior super mewah dan elegan.
Jalanan tampak sangat padat, dipenuhi oleh berbagai kendaraan dari berbagai arah. Terang saja, mereka terjebak macet. Ini merupakan hari kerja, dan kota Jakarta semakin malam bukannya semakin lengang, justru semakin macet.
Mobil Marcel tidak bergerak sedikit pun selama 15 menit berjejelan bersama dengan mobil lainnya di jalan itu.
Mereka jadi terjebak macet, dan mau tidak mau Olivia harus lebih lama menghabiskan waktunya dengan Marcel. Padahal Olivia menghindari hal itu. Tujuan Olivia sebeneranya adalah membuat Marcel kesal karena telah membuang waktu berharga pria itu. Namun sepertinya Marcel tampak enjoy dan tidak masalah sama sekali dengan itu. Justru kini Olivia yang jadi kesal sendiri.
Beberapa kali Olivia mencoba menahan kantuknya. Olivia menatap jalanan dari kaca jendela mobil, berusaha mengalihkan fokusnya agar tidak merasa mengantuk. Selang 5 menit kemudian, Olivia rupanya tidak dapat lagi menahan kantuknya.
Kepalanya sekali menubruk sisi kanan mobil. Kemudian Oliva kembali bangun dan malah menubruk sisi kirinya, yakni mengenai lengan Marcel.
Olivia lantas secara tidak sadar menjatuhkan kepalanya di bahu Marcel. Olivia yang sudah kelelahan pun berakhir tertidur dan langsung cepat lelap, dengan posisi kepalanya yang bersandar di lengan Marcel.
Marcel yang mendapati kejadian tidak terduga itu, membiarkan semuanya terjadi begitu saja. Marcel tidak beranjak dari posisinya atau membenarkan posisi kepala Olivia. Dengan begitu, semuanya akan terlihat natural nanti ketika Olivia terbangun dari tidurnya.
***
Begitu Olivia membuka kelopak matanya dan merasa lebih segar, ia segera mendapati fakta bahwa dirinya tertidur di bahu Marcel.
“Sorry, aku ketiduran,” ucap Olivia dengan suaranya yang sedikit serak khas seseorang yang baru bangun dari tidur.
“Kita udah nyampe dari tadi ya? Kenapa nggak bangunin aku?” Olivia berujar lagi setelah sadar bahwa selama dirinya tertidur, Marcel menunggunya terbangun. Rasanya Olivia terlelap lama sekali, sekarang waktu menunjukkan hampir pukul 12 malam.
“Kamu tidurnya nyenyak banget,” terang Marcel. Tanpa sadar, Marcel tersenyum sekilas dan Olivia mendapati senyum yang tampak manis itu.
Olivia sulit dibangunkan dan Marcel menjelaskan, tidak mungkin ia menggendong Olivia ke unit apartemennya karena itu akan terkesan tidak sopan. Lagipula juga, Marcel tidak memiliki key card untuk membuka pintu apartemen Olivia.
“Ehmm .. kalau gitu aku turun dulu. Makasih buat hari ini,” ujar Olivia.
“Kamu bisa bawa belanjaan sendiri?” Marcel bertanya, menghentikan Olivia yang baru akan membuka pintu mobil.
Olivia lantas teringat akan belanjaannya yang begitu banyak. Olivia menatap benda-benda yang diletakkan di jok belakang mobil Marcel. Sepertinya kedua tangannya memang tidak mampu membawa itu semua sendirian.
“Aku bantu bawain sampe ke unit kamu. Gimana?” Marcel menawarkan sebuah solusi pada Olivia.
Olivia mau tidak mau akhirnya menerima usulan tersebut. Olivia turun dari mobil Marcel dan berjalan ke unitnya tanpa membawa satu pun tas belanja di tangannya, karena semuanya dibawakan oleh Marcel dan Arsen.
Sesampainya mereka di depan unit Olivia, Marcel dan Arsen meletakkan belanjaan ke dalam apartemen dan setelahnya pamit. Arsen berlalu lebih dulu sementara Marcel masih berada di sana.
“Sorry sekali lagi, tadi aku ketiduran dan jadi bikin kamu nunggu,” ucap Olivia sebelum Marcel berlalu.
“Not a problem. Oke kalau gitu, aku pamit dulu ya. Makasih juga buat hari ini,” ujar Marcel.
Olivia hanya mengangguk sekali dan kemudian membiarkan Marcel berlalu dari hadapannya.
Olivia masih berdiri di ambang pintu apartemennya. Hingga punggung tegap Marcel tidak terlihat, gadis itu pun lekas enutup pitnunya.
Olivia memasuki apartemennya dan lantas menatap tas-tas belanjaan berlogo brand luxury, yang kini tampak memenuhi apartemennya. Apartemennya cukup besar, dan kini hampir setengah bagian ruang tamu penuh dengan belanjaan itu.
Olivia kemudian memutuskan mengganti pakaiannya dan beranjak untuk tidur setelah sedikit berbersih diri. Olivia merasa cukup lelah hari ini dan ia benar-benar butuh istirahat.
Ketika Olivia akan meletakkan dress yang tadi dikenakannya ke tempat pakaian kotor, Olivia mendapati wangi berbeda yang melekat di dress itu. Jelas aroma ini bukan parfum miliknya.
Oh astaga, pasti parfum Marcel telah menempel di bajunya. Aroma maskulin berpadu dengan wangi mint yang lembut ini, adalah parfum pria dan Olivia yakin ia tidak memiliki parfum dengan aroma seperti ini.
Lantas Olivia berpikir, berapa lama ia tertidur di bahu Marcel, hingga aroma parfum pria itu melekat kuat di bajunya? Olivia juga tidak tahu bagaimana tadi gaya tidurnya dan pasti Marcel mendapati semua itu secara nyata. Apakah dirinya tampak memalukan di hadapan Marcel?
Olivia pikir bahwa Marcel bukanlah pria biasa. Seperti informasi yang ia dapatkan dari Natasya soal rumor tentang Marcel, Olivia merasa tiba-tiba bahwa rumor itu benar adanya. Mungkin kedepannya, tidak mudah bagi Olivia untuk membuat Marcel kalah dari permainan yang telah mereka buat. Cara Marcel ketika berbicara padanya, serta caranya memperlakukan Olivia, membuat Olivia berpikir sepertinya Marcel memang sangat handal dalam memainkan perannya untuk membuat Olivia terpikat padanya.
Olivia mulai merasa takut bahwa dirinya akan jatuh cinta pada Marcel. Sepertinya Olivia telah melakukan kebodohan karena telah membuat kesepakatan dengan pria itu.
***
Terima kasih telah membaca Fall in Love with Mr. Romantic 🌹
Jangan lupa kasih masukan biar kedepannya bisa lebih baik lagi 💕
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~🍒