Sebuah Misi Khusus
Mafia merupakan perkumpulan rahasia yang pekerjaannya bergerak di bidang kejahatan atau dikenal dengan kriminal. Mafia melakukan perlindungan ilegal, pengorganisasian kejahatan, menangani perselisihan antar kriminal, ataupun melakukan penegakan hukum sendiri. Beberapa kelompok mafia juga disebut turut menjalankan bisnis, guna memutar uang mereka dan menambah pundi-pundi organisasi. Sindikat mafia biasanya membuka sampingan praktek bisnis sah untuk mencuci keuntungan dari kejahatan-kejahatan mereka.
Selesai membaca cuplikan artikel tersebut, Raegan meletakkan ipad-nya di atas meja. Raegan baru saja membuka internet dan tiba-tiba pikirannya memerintahkannya mencari definisi tentang mafia. Apa yang baru saja dilakukannya? Raegan pun tidak mengerti dengan dirinya sendiri.
“Ngapain lo?” suara tersebut menginterupsi Raegan. Tatapan Raegan langsung bertemu dengan Romeo yang baru saja melenggang masuk ke ruang kerjanya.
“Anak-anak udah pada dateng tuh. Katanya hari ini lo mau bahas misi khusus dari tim yang udah kita bentuk kemarin,” Romeo berucap lagi.
“Lo lagi banyak pikiran? Tentang apa emangnya?” seperti biasa Romeo bertindak seperti cenayang bagi Raegan.
“Nothing,” ujar Raegan sembari beranjak dari kursinya. Namun saat Raegan akan berjalan melewati Romeo, pria itu menahannya. Raegan menatap Romeo dengan ekspresi datarnya, mengisyaratkan agar Romeo segera menyingkir dari hadapannya.
“Ini tentang misi khusus yang bakal kita lakuin?” tanya Romeo. Kalau Raegan keras kepala, maka Romeo adalah si lelaki pantang menyerah.
Raegan menghela napasnya dengan sedikit kasar, lalu pria itu mengangguk sekali.
“Ada masalah? Kayaknya kemarin lo semangat banget soal rencana ini.”
“Gue cuma takut soal satu hal,” aku Raegan akhirnya.
“Nggak mungkin kan lo takut sama musuh kita si Leonel itu? Yang bener aja,” Romeo tampak tidak percaya.
“Bukan itu. Gue takut soal pekerjaan yang selama ini kita lakukan. Lo tau yang namanya hukum alam dan karma, kan? Kita emang ngelakuin misi kali ini untuk mengungkap kebusukan Leonel. Tapi nggak munafik kalau kita sama seperti dia. We did the same thing. We are criminal, the fact and the history will never change,” ujar Raegan panjang lebar.
“Lo kenapa deh tiba-tiba jadi gini,” Romeo menatap Raegan dengan tatapan tidak percaya.
“Lo tau, gue ingin punya kehidupan yang normal,” ucap Raegan. Pandangan Raegan beralih dari Romeo, kini pria itu menatap pemandangan luar dari kaca jendela besar di ruangan itu. “Gue khawatir semua yang pernah gue lakuin sebelumnya akan jadi karma. Bukan untuk gue aja, tapi untuk keluarga kecil yang kelak gue, lo, Barra, dan Calvin akan bangun bersama orang yang kita cintai. Semuanya emang udah terlanjur terjadi, tapi gue terlalu takut akan masa depan gue sendiri.”
Romeo seketika mematung setelah mendengar penuturan Raegan. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa mereka adalah seorang penjahat, yang mana tidak jauh berbeda dengan Leonel. Ini bukan soal tentang penyesalan semata, tapi lebih besar dari pada itu. Mereka sudah terlanjur berkecimpung di dunia kriminal ini, dan ketakutan terbesar adalah karma dari perbuatan dari masa lalu yang akan terus menghantui masa depan.
***
Raegan telah memilih beberapa orang anggota Aquiver untuk menjalankan sebuah misi khusus. Mereka akan membobol markas Leonel dengan tujuan mendapatkan Leonel hidup-hidup. Sebelumnya mereka telah menyusun rencana dengan matang, mulai dari menyiapkan strategi yang akan digunakan, mencari lokasi sasaran misi, serta persenjataan yang diperlukan saat nanti menjalankan misi.
Orang-orang yang telah dibagi ke dalam beberapa tim akan membobol markas Tacenda dan menemukan Leonel yang selama ini berhasil kabur dari kejaran polisi. Satu minggu sebelumnya para anggota tim telah dilatih secara fisik agar siap ketika melakukan eksekusi.
Di sini lah mereka saat ini, tidak jauh dari posisi sasaran mereka dan masih memantau keadaan. Tim pertama telah memasuki markas Tacenda melalui pintu belakang, sementara tim kedua bertugas mengawasi keadaan sekitar sampai tim pertama lolos masuk.
Beberapa hari sebelumnya tim yang berisi Raegan, Calvin, Alaric, dan Gifari telah berhasil melumpuhkan satu persatu bisnis illegal yang miliki oleh Leonel. Kehancuran Tacenda sudah dapat diprediksi, akan tetapi semuanya terasa percuma jika mereka tidak mendapatkan Leonel dalam keadaan hidup.
Tim Raegan kini telah dengan mulus berhasil memasuki markas. Pertarungan terjadi cukup sengit, sebagian dari mereka telah terluka, tapi ini bahkan belum apa-apa. Anggota Raegan bergerak menahan orang-orang Leonel yang akan memukuli bos mereka. Setelah pertarungan yang cukup sulit itu, Raegan dan Calvin akhirnya berhasil lolos dan akan melanjutkan perjalanan mereka mencari Leonel. Bangunan ini cukup besar, jadi mereka harus berusaha ekstra untuk menggeladah seisi tempat ini.
BUGH!!
Raegan menoleh ke belakangnya begitu mendengar suara hantaman yang cukup kuat. Matanya menatap ke arah seorang anggota Leonel yang baru saja memukul Calvin hingga pria itu tersungkur.
“Jangan pikirin gue, lo lanjut aja,” ujar Calvin dengan suaranya yang terdengar sedikit parau.
“Gue nggak akan lama. Romeo akan nolong lo sebentar lagi.” Itu yang Raegan ucapkan sebelum ia akhirnya pergi dari hadapan Calvin. Tepat saat anggota Leonel akan menyusul Raegan, Calvin dengan sisa kekuatannya mencoba bangkit dan langsung melayangkan bogem mentah ke arah lelaki tersebut.
Calvin meraih kerah kemeja lelaki itu, lalu kembali memukulinya dengan brutal. Saat Calvin akan mengeluarkan senjata tajam dari saku celananya dan akan melayangkannya pada lelaki di hadapannya, seseorang seketika menahan aksinya.
Orang itu adalah Romeo. Romeo langsung menjatuhkan pisau itu dan lekas menghabisi anggota Leonel dengan tangannya sendiri.
“Kenapa lo jatuhin pisaunya?!” ucap Calvin nampak tidak terima.
Detik setelahnya Barra datang menemui Calvin dan Romeo. Romeo masih brutal memukuli pria yang sudah hampir sekarat di tangannya itu.
“Please, kali ini aja. Jangan pakai senjata tajam atau senjata tembak,” ujar Romeo.
“Lo udah gila ya, Rom? Mereka pakai senjata, masa kita enggak,” ucap Calvin.
“Buktiin kalau tanpa senjata kita bisa menang,” ujar Romeo.
“Udah, udah. Raegan di mana sekarang? Mending kita susul dia,” Barra menengahi perdebatan yang terjadi antara Romeo dan Calvin.
“Inget, kita ini tim. Kita nggak punya waktu untuk hal kayak gini. Ayo kita susul Raegan, dia pasti butuh bantuan,” tukas Barra.
Barra berjalan lebih dulu, tapi Calvin dan Romeo masih saling menatap dengan pandangan saling menghunus.
“Lo nggak takut sama yang namanya karma?” tanya Romeo.
“Sejak kapan mafia punya hati yang lemah kayak lo gini?” Setelah mengatakannya, Calvin berlalu meninggalkan Romeo.
Romeo masih diam di tempatnya. Romeo hanya berharap bahwa suatu saat dirinya, Raegan, Barra, Calvin dan anggota mereka lainnya tidak mendapatkan karma itu. Meski rasanya begitu nihil, tapi masih bolehkah Romeo memiliki keinginan untuk hidup normal seperti yang dikatakan Raegan tempo hari?
***
Leonel melangkahkan kakinya menuju salah satu ruangan yang berada di rumah besar itu. Begitu sampai, Leonel meraih gagang pintu dan membuka pintu itu. Leonel mendapati sosok pria berusia 57 tahun di sana. Pria itu langsung bangkit dari posisi duduknya ketika melihat Leonel, lalu satu tangannya meraih gelas berisi minuman anggur merah dari atas meja.
Leonel menghampiri pria yang menatapnya dengan tatapan tajam itu. Pria itu meneguk minuman di gelasnya dengan satu kali tegukan sampai tidak ada sisa di gelas itu.
“Selama ini kamu telah dididik untuk menjadi mafia yang cerdas dan handal. Tapi apa yang baru saja terjadi?” pria itu memutari mejanya dan kini berada tepat di hadapan Leonel.
“Markas kamu dibobol oleh Raegantara dan anggotanya. Dia menyerang satu persatu bisnis ilegal kamu dan menghabisi anak buah kamu,” ujar pria itu lagi.
“Leonel, kamu telah membuat Papa muak!” tukasnya dengan penuh penekanan. Pria yang tengah berbicara dengan Leonel itu melepaskan kacamata dari batang hidungnya dan menggenggam dengan erat benda tersebut, hingga tampaknya kacamata tidak bersalah itu bisa hancur di tangannya sebentar lagi.
“Kamu dengar apa yang akan Papa katakan sama kamu,” ucap lelaki itu yang diketahui adalah Abbas Pasha.
Leonel lantas mengangkat wajahnya yang sebelumnya tertunduk, ia menatap pria yang selama ini berada di balik semua yang telah dilakukannya.
“Sesuai dengan tujuan awal kita, Papa ingin kamu menjalankan tugas utama,” ujar Abbas.
“Baik, Pah. Leonel akan melakukan itu,” jawab Leonel.
“Saat kamu melakukannya, pastikan tidak ada bukti yang tertinggal atau kecacatan dalam misi itu. Setelah itu, kamu harus pergi ke luar negeri untuk sementara waktu, untuk menghindari semuanya terungkap. Nama baik keluarga kita dan jabatan Papa, jangan sampai kamu mengotorinya.”
***
Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮
Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂