She Has A Special Place in His Life

Sienna masih belum bisa melepas Gio, begitupun sebaliknya. Sudah 5 hari hari berlalu sejak Sienna meminta Alvaro memberinya waktu, tapi hingga kini Sienna dan Gio masih kerap bertemu. Gio kemarin datang lagi ke rumah sakit dan Sienna membantunya mengerjakan PR sekolah. Hari ini merupakan jadwal bagi Sienna untuk pulang dari rumah sakit. Sienna sudah merasa lebih baik kondisi fisiknya, tapi ada sesuatu yang memenuhi pikirannya. Itu adalah tentang pernyataan Alvaro kepada Sienna beberapa hari lalu. Soal perasaan Alvaro terhadap Sienna, yang Sienna sendiri cukup terkejut kala mengetahuinya.

Setelah pernyataan Alvaro melalui chat itu, Sienna belum bertemu lagi dengan Alvaro. Gio selalu datang bersama Gina dengan diantar supir yang ditugaskan oleh Alvaro. Siang ini Gio berada di rumah sakit, sedang menunggu untuk dijemput. Sienna menunggu sampai Gio dan Gina dijemput oleh supir. Namun kenyataan yang didapati Sienna, bukan pak Amar yang datang menjemput.

Ketika Gina membuka pintu, terlihat sosok Alvaro di sana. Sienna bersyukur ia dapat menghindari Alvaro beberapa hari lalu, tapi kini Sienna tidak lagi dapat menghindar. Sienna tidak bisa terus lari dari apa yang seharusnya ia dan Alvaro selesaikan.

“Gina, tolong ajak Gio keluar dulu,” ujar Alvaro kepada Gina.

Gina segera mengangguk dan mengajak Gio untuk keluar dengan alasan akan membeli ice cream. Gio pun menurut saja dan akhirnya ikut bersama Gina meninggalkan ruangan itu. Kini tersisa Sienna dan Alvaro di ruang rawat itu. Terdengar lagi suara pintu yang kembali di ketuk, dan Alvaro berjalan ke arah pintu untuk membukanya.

Sienna tidak tahu siapa orang di sana, yang jelas orang itu memberikan sebuket bunga berukuran cukup besar kepada Alvaro. Kini Alvaro telah kembali pada Sienna dan meletakkan buket bunga itu di nakas di samping ranjang.

Sienna lantas melayangkan tatapannya pada buket bunga mawar pink dengan satu jenis warna pink yang seragam. Bunga tersebut nampak persis dengan bunga yang Sienna lihat di mimpinya, terang saja Sienna tertegun karena melihat bunga kini jelas nyata berada di hadapannya.

Pink rose

“Sienna,” ujar Alvaro pelan. Otomatis Sienna menoleh dan kini pandangannya bertemu dengan iris legam Alvaro. Aura karismatik Alvaro seperti membius Sienna untuk hanya melihat ke arah lelaki itu.

“Soal pernyataan gue beberapa hari lalu, gue benar-benar serius sama perasaan gue terhadap lo. Gue nggak ingin, lo pergi dari hidup gue dan Gio,” tutur Alvaro dengan sorot matanya yang memancarkan kesungguhan.

Sienna masih di sana, tapi ia dengan cepat mengalihkan tatapannya dari Alvaro ke arah lain. Satu hal yang Sienna ketahui, dirinya dan Alvaro adalah dua kutub yang mustahil untuk bisa bersama.

Perlahan Alvaro meraih satu tangan Sienna, kemudian lelaki itu menggenggamnya. Sienna yang menyadari aksi Alvaro itu, seketika melayangkan tatapannya pada tangannya yang kini digenggam Alvaro. Mereka masih berdiri, saling berhadapan dan saling menatap.

Sienna perlahan melepaskan tangannya dari tangan Alvaro. Dari isyarat tersebut, Alvaro tahu bahwa Sienna telah menolak perasaannya.

“Sienna, tapi kenapa? Apa nggak ada sedikit pun perasaan lo untuk gue?” Alvaro bertanya dengan nadanya yang terdengar getir.

Seinna seketika seperti merasakan de javu tentang kejadian 14 tahun lalu. Di mana saat ia mendapati Alvaro menyatakan perasaan padanya. Hanya saja bedanya, kini mereka dalam versi dewasa. Kini Alvaro yang Sienna ketahui adalah Alvaro yang berkharisma, penyayang, dan berhati lembut. Sosok Alvaro yang telah berubah di mata Sienna.

“Al, lo terikat pernikahan sama Marsha. Gimana bisa—”

“Sienna, izinin gue jelasin sesuatu ke lo.”

Sienna nampak bingung dengan kalimat yang baru saja dilontarkan Alvaro.

“Sebelum lo ketemu sama Gio, gue udah bikin keputusan soal hubungan gue dan Marsha.” Alvaro menjeda ucapannyas sesaat, lelaki itu menatap Sienna tepat di manik matanya. “Sienna, gue dan Marsha akan bercerai, tapi perceraian itu terpaksa harus gue tunda. Kabar perceraian kemungkinan bisa berdampak nggak baik untuk Gio, kalau sampai ada pemberitaan buruk yang mengarah ke Marsha. Gimana pun Marsha tetap ibu kandung Gio. Tapi cepat atau lambat setelah gue berhasil nemuin Marsha, gue akan cerai dengan Marsha.”

Rentetan kalimat Alvaro seperti sebuah petir di siang bolong bagi Sienna. Mengapa semakin berjalannya waktu, semakin satu persatu mimpi Sienna menjadi kenyataan? Pertemuannya dengan Gio dan Alvaro, panggilan ‘Bunda Sienna’ dari Gio untuknya, ditambah lagi saat ini Alvaro menyatakan perasaan padanya serta berniat akan menggugat cerai Marsha.

Apa yang menjadi pertimbangan Alvaro terasa benar dibenak Sienna. Posisi Alvaro dan Marsha yang merupakan public figure, membuat Alvaro terpaksa menunda perceraian. Pasti akan banyak pemberitaan buruk kalau Alvaro langsung menggugat cerai Marsha, sementara keberadaan Marsha saat ini pun juga belum diketahui dengan jelas.

“Al, lo udah pikirin dampaknya kalau lo dan Marsha bercerai?” Sienna bertanya dan Alvaro sudah mengerti ke mana arah pembicaraan Sienna.

“Gimana perasaan Gio nanti kalau tau orang tuanya berpisah?” pertanyaan Sienna itu langsung memiliki sebuah jawaban di benak Alvaro.

“Gio memang prioritas gue, Sienna. Tapi apa gue nggak berhak memperjuangkan kebahagiaan gue sendiri? Gue nggak ingin mempertahankan seseorang, di saat orang itu lebih milih pergi tanpa kejelasan. Gue ingin memperjuangkan lo, karena lo kebahagiaan baru yang ingin gue perjuangkan,” tutur Alvaro panjang lebar.

Sienna masih terdiam di tempatnya. Bayangan masa depan Alvaro yang ada di mimpinya membuat Sienna takut mengambil keputusan. Sienna takut jika keputusannya akan berpengaruh buruk terhadap masa depan Alvaro dan juga Gio.

“Al, udah seharusnya nggak ada perasaan apa-apa di antara kita,” ucap Sienna sambil menatap Alvaro tepat di iris matanya. Alvaro yang mendengar kalimat itu seketika menatap Sienna dengan tatapan tidak percaya.

“Sienna,” Alvaro kembali meraih tangan Sienna, tapi Sienna bergerak menjauhi Alvaro, hingga genggaman itu terlepas begitu saja.

Sienna mengalihkan tatapannya dari Alvaro, ia tidak sanggup melihat kedua iris legam itu.

“Gue harap lo bisa hargain keputusan gue. Gue nggak punya perasaan yang sama kayak lo,” ucap Sienna pelan.

Sienna menolak Alvaro, lagi, seperti 14 tahun yang lalu. Namun kini bedanya, Alvaro bukan lagi bocah ingusan yang akan menyerah ketika Sienna menolaknya. Sebelum Alvaro berlalu dari sana, Alvaro mengatakan bahwa ia ingin berjuang untuk meyakinkan Sienna, Alvaro ingin membuat Sienna mencintainya.

Selama waktu yang mereka lalui bersama, Alvaro dapat merasakan bahwa Sienna juga memiliki perasaan khusus terhadapnya. Perlakuan dan perhatian yang tidak sadar Sienna berikan, dari sana Alvaro dapat merasakan bahwa Sienna sebenarnya memiliki perasaan kepadanya. Jadi Alvaro tidak akan langsung menyerah, karena bagi Alvaro bertemu kembali dengan Sienna adalah anugerah terindah di hidupnya. Alvaro tidak akan menyiakan-nyiakan kesempatan yang sudah takdir berikan padanya.

***

Sienna masih berada di ruang rawatnya. Alvaro dan Gio sudah pulang bersama dengan Gina juga. Sienna duduk di sofa, ia tidak dapat lagi membendung air matanya. Dengan kedua tangannya, Sienna menutup wajahnya dan perlahan isak tangisnya mulai terdengar memenuhi ruangan.

Saat Sienna masih menangis, Fia membuka pintu dan masuk. Fia baru saja kembali dari toilet dan berniat memberi tahu Sienna kalau Raka sudah datang menjemput mereka di lobi.

“Mbak,” ujar Fia pelan seraya menyentuh pundak Sienna. Fia terlihat bingung karena mendapati Sienna menangis. Setahunya tidak ada yang terjadi dan beberapa menit yang lalu semuanya nampak baik-baik saja.

Fia memutuskan tidak mengatakan apa pun, ia hanya mengusap pundak Sienna dengan gerakan searah dan berharap itu dapat menenangkan Sienna.

Beberapa detik berlalu, Sienna menunjukkan wajahnya yang kini nampak sembap di hadapan Fia. Melihat Sienna dengan keadaan seperti ini, hati Fia rasanya ikut merasa sakit.

“Mbak, tenang dulu ya. Kalau Mbak butuh waktu untuk sendiri, gue akan tunggu di luar. Nanti kalau udah legaan, lo susul gue ya,” ujar Fia.

“Fi, gue butuh seseorang buat cerita,” ujar Sienna kemudian. Sienna rasanya tidak sanggup memendamnya sendiri.

Fia lantas mengangguk, ia pun siap mendengarkan Sienna.

“Saat lo punya keinginan untuk terus ada di samping seseorang, tapi lo nggak bisa. Apa yang harusnya lo lakuin?” tanya Sienna.

“Tergantung Mbak. Nggak bisanya, karena apa? Karena takdir?”

Sienna mengangguk. “Kemungkinan besar karena takdir. Fi, kemarin Alvaro nyatain perasaannya ke gue, hari ini dia yakinin gue, tapi gue nolak dia, Fi.”

“Mbak, lo serius?” Seketika Fia nampak terkejut. Seketika tatapan Fia mengarah pada buket bunga yang ada di nakas samping ranjang. Dari benda tersebut, Fia sudah tahu apa yang telah terjadi tanpa Sienna menjelaskannya.

“Fi, gue sayang sama dia. Tapi gue takut kalau gue terima, malah akan berdampak buruk untuk masa depannya, karena gue bisa baca masa depannya Alvaro,” ungkap Sienna.

“Fi, menurut lo, apa yang harus gue lakuin?”

“Mbak, kalau menurut gue, kali ini lo perlu egois sama diri sendiri. Lo berhak untuk memilih apa yang lo inginkan di hidup lo. Perlakuan Alvaro ke lo selama ini, semua efforts yang dia lakuin untuk lo, bikin gue yakin kalau dia serius sama perasaannya.” Fia menjeda ucapannya sesaat. Fia merupakan salah satu saksi dari perilaku dan sikap tulus Alvaro terhadap Sienna. Fia melihat bagaimana istimewanya Alvaro memperlakukan Sienna. Fia yakin bahwa Sienna memiliki tempat spesial tersendiri di hidup Alvaro.

Fia meraih satu tangan Sienna dan menggenggamnya, lalu Fia kembali berujar, “Mbak, sesulit apa pun rintangan yang bakal lo dan Alvaro hadapin, kalau kalian emang ditakdirkan bareng, akan selalu ada jalan.”

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭