She Will Leave Everything
Manda dan Vania sebelumnya telah berencana untuk menghabiskan waktu bersama.
Vania mengatakan pada Manda bahwa hari ini ia mau datang ke rumah. Vania bilang, tidak perlu hang out ke luar rumah yang memungkin bisa berakhir pulang terlalu larut seperti beberapa waktu lalu.
Vania pengertian sekali. Katanya kini Manda sudah berumah tangga, jadi hidup Manda bukan lagi miliknya seorang. Kata Vania, ada seseorang yang akan mengkhawatirkan Manda jika Manda pulang terlambat Ada sesorang yang akan repot dan kepikiran kalau Manda berada jauh dari rumah.
Maka dari itu, Vania memutuskan agar dirinya saja yang akan datang ke rumah Manda. Mereka pun berencana untuk memasak bersama. Manda turun ke lantai bawah begitu mendengar bunyi bel pintu rumah. Ternyata yang datang adalah Vania. Manda yang telah membuka pintu, lantas segera mengajak Vania masuk ke dalam rumah.
“Jadi kita mau masak apa nih hari ini Bund?” celetuk Vania begitu mengikuti langkah Manda memasuki rumah bergaya minimalis itu.
“Karena lo datengnya udah hampir sore nih Bestie, kita masak sekalian buat suami gue. Dikit lagi suami gue pulang,” ujar Manda.
“Oh, oke. Sip deh. Duh istri idaman banget ya Bund. Masak aja tepat waktu banget,” ujar Vania sambil terkikik kecil.
Vania mengikuti langkah Manda ke dalam rumah dan sampailah mereka di sebuah dapur. Manda bilang dapur ini adalah dapur kotor. Jadi Manda biasa memasak setiap hari di sini.
“Katanya ada ART di rumah lu?” tanya Vania.
“Iya, ada. Tapi udah balik. Tadi izin balik cepet, si Mbak lagi kurang enak badan katanya,” ujar Manda.
Vania lantas hanya mengangguk-angguk saja.
“Gue bantuin apa nih? Duh gue nggak bisa-bisa banget masak. Lu tau lah gue gimana,” ujar Vania yang masih berdiri di sana sambil memperhatikan Manda yang sudah mulai menjamah dapur.
“Yaudah lu bantuin potong cabe aja. Bisa kan?”
“Bisa. Potongnya bentuknya gimana?”
“Dipotongnya miring, terus agak tipis ya jangan tebel,” ujar Manda memberitahu.
Vania mengangguk saja, lalu ia mencuci tangannya terlebih dulu sebelum mulai melakukan pekerjaan yang diperintahkan oleh Manda. Selang beberapa menit, Vania akhirnya selesai dengan pekerjaannya. Vania memotong daun bawang dan bawang bombay juga, dan berakhir air matanya merembas.
“Manda, gue nggak sanggup motong bawang, Man. Gue bantuin yang lain aja deh,” ujar Vania.
“Ini gampang kok masaknya. Yaudah gue sendiri aja kalau gitu nggak papa. Lu duduk mansi aja lah nyemil sana. Ambil cemilan di lemari,” tutur Manda akhirnya.
Manda memutuskan bahwa ia akan memasak sendiri saja. Kalau dibantu, justru akan lebih lama karena Manda harus mengajarkan Vania cara memasaknya.
Vania pun mengiyakan, lalu ia mengambil segelas air dingin dari kulkas dan meneguknya. Vania lantas hanya mengamati Manda yang sedang memasak.
“Lu masaknya makanan sehat ya, real food gitu, nggak yang instan-instan. Lengkap banget tuh, bahan-bahannya juge premium nih gue tau. Ya tapi pasti suami lu ngasih uang bulanan juga gede ya, secara duitnya laki lo banyak. Sayur organic kayak gini kan harganya lebih mahal,” ujar Vania sembari menunjuk bahan-bahan makanan di dapur itu.
“Iya. Gue masaknya perhatiin banget komposisi gizinya. Soalnya suami gue udah biasa makan makanan yang kaya gini, Van. Kalau makannya kotor, dia bisa gampang sakit,” terang Manda.
Vania lantas mengangguk-angguk tanda paham.
“Lu kalo mau nyemil, ada cemilan di lemari. Tapi paling ya cemilan sehat gitu. Kalau lu doyan, ambil aja,” ujar Manda lagi.
“Iya, gampang lah nanti.”
“Eh Man, gue mau nanya deh. Rasanya nikah tuh gimana sih?” Manda yang tiba-tiba mendapat pertanyaan seperti itu dari Vania, seketika menghentikan aktivitasnya yang tengah mencuci sayuran.
Detik berikutnya Manda mengulaskan senyumnya. Sadly, Manda harus berbohong dan berakting lagi. “Rasanya nikah .. yaa bahagia dong. Tiap hari ketemu sama orang yang lu mau, bayangin aja. Kayak gitu lah rasanya, Kalau pas pacaran kan nggak bisa ketemu tiap hari, belum mukhrim juga. Nggak bebas mau ngapa-ngapain. Sekarang mah udah bebas mau ngapain.”
“Duhh iya deh, Bestie. Rasanya kayak ABG baru jatuh cinta ya pengantin baru tuh. Lu berdebar terus gitu tiap hari nggak? Kayak ada kupu-kupu di perut gitu?” tanya Vania lagi. Manda masih mempertahankan senyumnya, lalu ia mengangguk.
“Bener-bener emang ya, jodoh tuh nggak ke mana. Nggak ada yang tau, takdirnya lu malah nikah sama mantan bos lu sendiri. Kayak .. hello Bestie, lu tiga tahun kerja sama doi emang kayanya udah dipersiapkan, udah dikarantina untuk jadi istrinya.” Manda hanya tersenyum lagi dan setuju dengan ujaran Vania itu. Manda harus bohong lagi dan berakting kalo pernikahannya bahagia. Padahal kenyataannya berbeda.
Lantas Manda bertanya pada dirinya sendiri, kenapa tiba-tiba ia merasa sedih? Harusnya Manda merasa biasa saja, karena ia sudah tahu memang adanya seperti ini. Manda tidak boleh merasa sedih. Karena suatu saat, Manda akan meninggalkan rumah ini. Manda akan melepaskan tatusnya sebagai istri El dan juga meninggalkan El.
—
Terima kasih telah membaca Marrying My Boss 💕
Jangan lupa kasih masukan biar kedepannya bisa lebih baik lagi 🌸
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍰