Sore yang Bermakna

Hari ini Lilie tidak masuk bekerja karena kondisi tubuhnya kurang sehat. Meski demikian, Lilie tetap harus menyicil pekerjaannya dari rumah. Namun charger laptopnya tertinggal di kantor, jadi Edgar berniat mengantarkan benda itu ke rumah itu. Sebenarnya selain mengantar barang Lilie yang tertinggal itu, Edgar khawatir dengan Lilie. Di balik rasa sakit hatinya kemarin karena melihat Lilie bersama Marcel, rasa khawatir Edgar rupanya masih lebih besar. Edgar telah mencoba memikirkan perkataan Ian. Edgar belum mengetahui jawaban Lilie malam itu, jadi Edgar tidak ingin menyerah begitu saja sebelum memastikan apakah Lilie dan Marcel kembali bersama. Bisa saja Lilie tidak menerima Marcel, maka Edgar memutuskan akan mencari tahu sendiri jawabannya.

Edgar telah sampai di depan rumah bercat putih milik Lilie. Untuk kedua kalinya ia datang ke sini. Edgar memarkirkan motornya di belakang sebuah mobil BMW yang terparkir di depan rumah itu. Sepertinya ada tamu yang sedang berkunjung ke rumah Lilie, begitu pikir Edgar.

Jadi Edgar memutuskan menunggu di depan rumah tersebut. Sampai akhirnya selang beberapa menit kemudian, seorang perempuan paruh baya nampak keluar dari rumah tersebut dan disambut oleh supir yang sejak tadi menunggu di dekat pagar. Kemudian bersama mobil mewah itu, tamu yang berkunjung rumah Lilie akhirnya berlalu dari sana.

Edgar menghubungi Lilie terlebih dulu untuk mengabari bahwa ia sudah sampai. Baru saja Edgar selesai mengetik pesan di ponselnya, detik itu juga ia melihat sosok Lilie dengan balutan piyama pinknya berada tidak jauh darinya. Lilie melangkah keluar dari rumahnya dan kini menatap lurus ke arah Edgar. Edgar turun dari motornya dan segera melangkahkan kakinya menuju Lilie.

Edgar sedikit terkejut ketika mendapati Lilie yang tampak kacau di hadapannya. Kedua mata cantik milik Lilie nampak memerah dan berkaca-kaca. Hingga dua detik kemudian, akhirnya Lilie tidak dapat lagi membendung air matanya.

Pipi Lilie tampak basah karena gadis itu menangis. Lilie berderai air mata di hadapannya dan Edgar tidak menyangka bahwa hal tersebut akan terjadi.

“Kak,” ucapan Edgar terhenti begitu saja, karena sejujurnya ia bingung bagaimana harus menghadapi situasi tersebut.

***

Keduanya kini berakhir di teras kecil rumah Lilie, setelah sebelumnya mereka keluar sebentar untuk membeli es krim.

Edgar spontan saja mengajak Lilie untuk membeli makanan manis tersebut, ia tidak bertanya lebih dulu apa yang spesifik dibutuhkan oleh Lilie. Karena dalam keadaan sedih seperti barusan, biasanya seseorang kadang hanya butuh ditemani dan dimengerti, bukan diberikan pertanyaan yang mungkin akan membuat keadaan semakin memburuk. Lilie dengan cepat setuju untuk membeli es krim, padahal kondisi tubuhnya sedang kurang fit. Namun katanya, es krim memang bisa membuat keadaan jadi lebih baik, tidak masalah jika ia menyantap satu bungkus es krim hari ini.

Edgar tidak bertanya apapun kepada Lilie. Lelaki itu hanya berada di sana, duduk di samping Lilie dan menemani sampai Lilie bisa merasa tenang dan lebih baik.

Langit mulai tampak gelap karena waktu sudah senja, tapi Lilie mengatakan bahwa ia belum ingin beranjak dari teras.

Lilie terlihat mengulaskan senyum kecilnya, pipinya juga memerah karena perempuan itu sesungguhnya merasa malu kepada Edgar.

“Aku nggak tau kenapa tiba-tiba nangis kayak tadi,” ucap Lilie setelah perempuan itu menghabiskan es krimnya. Edgar juga sudah selesai dengan es krimnya, lelaki itu menoleh dan menatap Lilie. Lilie juga menoleh tiba-tiba, hingga membuat tatapan mereka sponta bertemu.

“Kak,” ujar Edgar.

“Iya?” Lilie menyahut.

“Kakak bisa digigit nyamuk lho kalau terus di sini. Nyamuknya pasti suka banget sama Kakak,” celetuk Edgar.

Lilie nampak mengerutkan keningnya, alisnya pun ikut mengernyit. “Kenapa bisa gitu?” Lilie bertanya masih sambil menatap Edgar. Kali ini tatapan Lilie terasa dekat dan lekat. Entahlah, tapi Edgar merasa bahwa tatapan Lilie berbeda dengan dulu saat mereka baru mengenal.

“Karena nyamuknya suka sama yang manis dan cantik,” cetus Edgar akhirnya.

Edgar tidak menyangka ketika kemudian Lilie tertawa begitu saja berkat leluconnya. Selama sepersekian detik yang berharga itu, Edgar hanya menatap fokus pada Lilie. Edgar ingin merekam tawa indah itu di dalam memorinya. Maka jika suatu hari takdirnya tidak bisa bersama Lilie, maka setidaknya Edgar pernah menciptakan tawa tersebut untuk Lilie setelah perempuan itu menangis, dan tentu Edgar senang akan itu.

Ketika tawa Lilie mulai reda, perempuan cantik itu mengulaskan senyum tulusnya. “Oh iya, kamu mau pulang jam berapa? Ini udah malem lho, nanti kamu kemaleman. Aku jadi nggak enak,” ungkap Lilie. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, tidak terasa sudah hampir 1 jam mereka berada di sana.

“Sebentar lagi deh Kak,” ucap Edgar.

“Oke.”

Keduanya kemudian bersamaan menatap langit dari teras rumah yang malam ini tampak ditaburi oleh bintang-bintang.

Lilie selalu takjub dengan pemandangan malam hari. Di mana ketika langit kehilangan matahari yang sebelumnya menyinarinya, sang langit tidak pernah merasa takut akan gelap maupun rasa kesepian. Karena sesungguhnya bukan hanya matahari yang dapat menerangi langit, tapi bintang juga bisa memancarkan cahayanya sendiri dan menerangi sang langit. Ibaratnya ketika seseorang pergi meninggalkanmu, mungkin akan ada orang lain yang datang ke hidupmu dan menerangi hari-harimu yang rasanya kelabu.

Lilie lantas menoleh ke sampingnya dan menatap Edgar. Lilie baru terpikirkan, ia pun menemukan sebuah jawaban atas perumpaan yang ia buat mengenai langit, matahari, dan bintang. Lilie tidak tahu pasti sejak kapan, tapi eksistensi Edgar layaknya sebuah bintang baginya. Lelaki itu hadir seperti sang bintang yang menyinari hidup Lilie yang rasanya gelap, tepatnya sejak seseorang meninggalkannya ; dan Lilie telah berusaha menutup hatinya agar tidak kembali merasakan sakitnya jatuh cinta. Namun hati Lilie seperti kembali dibuka dan sedikit-sedikit bisa merasakan perasaan itu lagi.

Lilie kemudian mengatakan bahwa gadis itu ingin berbagi cerita padanya. Itu soal Lilie yang tadi menangis. Edgar cukup terkejut karena Lilie ingin membagi hal tersebut kepadanya, dan berakhir Edgar bersedia mendengar cerita itu.

“Tamu yang tadi dateng ke rumah aku, beliau adalah Mamanya Marcel,” ucap Lilie memulai ceritanya.

Lilie menghembuskan nafas panjangnya sesaat sebelum akhirnya kembali berujar, “Beliau minta aku buat ninggalin pekerjaanku di kantor. Beliau nawarin sejumlah uang yang jumlah besar, dengan syarat aku harus selamanya pergi dari hidup Marcel. Padahal aku nggak pernah tau kalau Marcel membeli perusahaan tempat aku kerja. Aku nggak pernah minta dia kembali muncul di depan aku. Aku .. nggak ada keinginan sedikit pun untuk balikan sama Marcel. Antara aku sama Marcel, semuanya udah selesai dua tahun yang lalu.”

Kemudian cerita terus berlanjut dan terbongkarlah cerita masa lalu tentang Lilie dan Marcel. Dua tahun yang lalu, keduanya bertemu saat Lilie bekerja di perusahaan milik keluarga Marcel. Saat itu Marcel menjabat sebagai direktur marketing dan Lilie bekerja di divisi tersebut. Orang tua Marcel yang akhirnya mengetahui hubungan keduanya pun menentangnya. Mereka menganggap bahwa Lilie tidak pantas untuk menjadi pendamping hidup anak mereka.

Marcel kemudian terpaksa mengakhiri hubungannya dengan Lilie, bahkan sebelum pria itu sempat memperjuangkan Lilie di hadapan orang tuanya. Marcel kemudian menikah karena dijodohkan oleh perempuan yang merupakan putri sulung dari mitra bisnis keluarganya. Dari pernikahannya tersebut, Marcel memiliki seorang anak. Kemudian lama ini, istri Marcel diketahui meninggal dunia karena sebuah penyakit.

Soal rumor yang beredar di kantor mengenai Lilie yang mendekati Marcel, Lilie menjelaskan itu adalah kekeliruan. Sebenarnya yang terjadi adalah Marcel kerap kali mendekati Lilie saat Lilie berusaha menghindar, hingga dengan sendirinya tercipta rumor bahwa Lilie yang berusaha mendekati Marcel. Setelah cerita yang cukup panjang itu, Edgar maupun Lilie tidak membahas apa pun lagi yang mengarah ke sana.

“Edgar, makasih ya udah dengerin ceritaku. Aku belum pernah cerita ini ke siapa pun, cuma Papaku sama sebagian keluargaku yang tau.” Hanya itu yang diucapkan oleh Lilie sebelum akhirnya Edgar pamit pulang.

“Sama-sama, Kak. Kalau cerita bisa bikin Kakak lebih tenang dan ngerasa lega, nggak papa, cerita aja. Sedih boleh Kak, tapi jangan lama-lama ya sedihnya,” ucap Edgar.

Lilie kemudian mengantar Edgar sampai ke pagar rumahnya karena lelaki itu akan pulang.

Edgar telah memakai jaketnya dan siap dengan motornya. Sebelum Edgar menutup kaca helmnya, ia menatap Lilie selama beberapa detik. Tampak Lilie mengulaskan senyumnya, otomatis Edgar juga tersenyum. Detik berikutnya Edgar pun buru-buru memasang kembali ekspresi normalnya. Bukankah aneh jika ia tersenyum seperti itu di hadapan Lilie? Edgar berakhir merutuki dirinya sendiri dalam hati.

“Gar, hati-hati bawa motornya,” Lilie kembali berucap sebelum Edgar benar-benar memanuver kendaraannya.

Edgar lantas mengacungkan ibu jarinya sebagai tanda bahwa ia akan mendengarkan ucapan Lilie. Ketika Edgar sudah menjalankan motornya dan berlalu dari sana, Lilie masih berada di depan rumahnya, gadis itu belum masuk ke rumah. Ketika Edgar dan motornya sudah benar-benar tidak terlihat oleh pandangannya, Lilie baru melangkah ke dalam rumah.

Tanpa sadar, kedua ujung bibir Lilie tertarik untuk membentuk sebuah senyuman. Lilie juga terheran dengan reaksi dirinya, tapi begitulah yang terjadi.

Tadi sore Lilie kembali dihadapkan oleh luka masa lalunya, tapi tiba-tiba Lilie seperti menemukan obat penyembuhnya dan itu berasal dari Edgar.

Lilie tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi. Namun yang jelas kini hatinya merasa bahagia hanya karena kehadiran Edgar yang sederhana. Bagaimana cara Edgar membuatnya tertawa, bagaimana cara lelaki itu memperhatikannya dan bersikap peduli terhadapnya, membuat Lilie sadar bahwa ia telah benar-benar menyukai lelaki itu.

***

Terima kasih sudah membaca Chasing Lilie 🌸

Silakan beri dukungan untuk Chasing Lilie supaya bisa lebih baik lagi pada update berikutnya. Support apa pun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya 🍰

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 💕