Special Honeymoon

Yunani merupakan negara yang terletak di bagian selatan benua Eropa yang terkenal memiliki pesona laut yang indah. Di Yunani terdapat banyak bangunan bersejarah kuno yang berdiri kokoh, yang berlatarkan pemandangan alam yang sangat menawan.

Salah satu kawasan yang memiliki pemandangan indah adalah Santorini. Santorini dikenal hingga ke manca negara sebagai tempat romantis untuk menghabiskan waktu bulan madu.

Raegan dan Kladera memilih Santorini sebagai destinasi bulan madni mereka. Ini merupakan malam kedua Raegan dan Kaldera menginap di sebuah penginapan layaknya surga dunia. Mereka memilih sebuah penginapan yang terletak di tepian gunung, karena posisi tersebut membuat kamar mereka langsung menghadap ke pemandangan laut yang indah. Ketika jendela kamar dibuka, Raegan dan Kaldera dapat melihat pemandangan laut biru yang cukup dekat dengan mata.

Santorini 1

Santorini 2

Sore ini Raegan dan Kaldera berniat untuk menghabiskan waktu dengan menikmati pemandangan senja. Mereka merebahkan diri di atas sebuah kasur single yang mengambang di infinity pool. Tepat di depan mereka, kini tampak hamparan laut luas dan matahari yang perlahan-lahan bergerak turun di sisi barat.

“Mas,” ujar Kaldera.

Raegan seketika menoleh ke samping. Kacamata rayban hitam yang semula di pakainya, kini pria itu naikkan ke atas kepalanya.

“Iya Kal?” tanya Raegan.

“Kita besok berenang yuk?”

“Boleh. Pagi ya.”

“Jangan terlalu pagi Mas. Aku nggak bisa bangun nanti, masih ngantuk.”

“Pasti bisa,” ujar Raegan.

“Kalau aku nggak bangun gimana? Sore aja kita berenangnya, biar nggak terlalu panas juga.”

“Kalau kamu nggak bangun, aku bisa gendong kamu ke pantai,” ujar Raegan dengan entengnya.

“Mas, kamu mau kita ke pantai atau—”

“Atau apa?” tanya Raegan cepat. Kaldera kini mendapati Raegan menatapnya dengan tatapan penuh arti.

Kaldera menggigit bibir bawahnya untuk menahan senyumannya terulas. Raegan masih menatap Kaldera, tapi Kaldera justru bergerak dari posisi baringannya dan segera berjalan menuju ke dalam kamar. Raegan terkekeh pelan, lalu dengan cepat ia bergerak dari posisnya dan menyusul Kaldera ke dalam.

“Kal,” panggil Raegan dengan suara lembutnya.

“Maksud kamu tadi apa?” tanya Raegan yang kini tengah berlutut di samping kasur. Kaldera memunggungi Raegan, tidak berniat menghadapny. Terang saja, Kaldera kini merasa gugup dan jantungnya berdebar dengan cepat, padahal itu akibat ucapannya sendiri.

“Kal,” panggil Raegan lagi. Masih belum mempan, Raegan pun menggunakan cara lain. “Sayang …” ujar Raegan sembari mengusap lembut bahu Kaldera yang terekspos karena istrinya itu mengenakan atasan sleeveless.

Jemari-jemari Raegan yang menari di atas lengan Kaldera, membuat Kaldera tidak dapat mengabaikan Raegan lama-lama. Sentuhan Raegan sangat mampu membangkitkan sesuatu di dalam diri Kaldera.

Kaldera pun membalikkan tubuhnya dan kini sepenuhnya menghadap Raegan.

“Maksud kamu tadi apa? Kamu belum selesai ngomongnya,” ujar Raegan yang terlihat tengah menahan senyumannya.

“Maksud aku … kamu mau ke pantai atau kita ngelakuin itu malam ini,” ujar Kaldera. Kaldera kemudian terdiam sesaat, lalu ia kembali berucap sambil menatap Raegan lekat-lekat. “Mungkin besok kita nggak bisa ke pantai kalau kita ngelakuin itu malam ini Mas.”

We do what?” tanya Raegan.

You know what I mean,” ujar Kaldera.

Raegan akhirnya mengangguk. “Iya, Sayang. Aku paham kok maksud kamu.” Raegan mengarahkan tangannya untuk mengusap puncak kepala Kaldera dengan usapan yang lembut. Kemudian tatapan mereka bertemu dan saling mengunci. Kaldera tenggelam pada iris teduh Raegan, pada pesona pria itu yang selalu nampak luar biasa baginya. Bibir Raegan itu, bibir yang tidak pernah absen mengecup bibirnya sebelum mereka tidur di malam hari. Bibir yang selalu memujinya, setiap hal kecil yang Kaldera lakukan, Raegan tidak pernah lupa untuk memuja wanitanya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Kaldera perlahan bergerak mengecup bibir Raegan lebih dulu. Raegan terkekeh pelan di tengah ciuman mereka, tapi tawanya itu sama sekali tidak mengurangi kemampuannya untuk membalas ciuman Kaldera. Saat pagutan mereka semakin dalam, Raegan pun mulai melesakkan lidahnya untuk memasuki Kaldera, untuk menyapa rongga mulut wanitanya. Setiap gerakan yang Raegan lakukan terasa mengangumkan. Tubuh kekar dan tegap yang kini berada di atas Kaldera, temapak begitu menawan. Peringai Raegan itu, berhasil membuat bulu-bulu di tubuh Kaldera berdiri tegak.

Raegan memiringkan sedikit kepalanya, ia melakukannya untuk memudahkannya melahap sempurna bibir Kaldera. Kaldera berserah pada dirinya, seperti anjuran di buku yang ia baca, Kaldera membiarkan dirinya mengeluarkan reaksi alamiahnya. Ketika Raegan menciumi lehernya, Kaldera pun mendesahkan napasnya dengan kuat. Suara helaan nafas Kaldera yang seksi itu, tangan Kaldera yang meramas rambut di bagian belakang kepala Raegan, membuat Raegan semakin memperdalam ciumannya guna menyalurkan seluruh perasaannya kepada Kaldera.

Setelah beberapa detik Raegan dan Kaldera bergelut dengan pergerakan dan perasaan yang luar biasa itu, kini Raegan menatap Kaldera dalam-dalam. “Kal, izinin aku untuk memiliki kamu malam ini,” ujar Raegan dengan suara nafasnya yang terdengar berat.

Kaldera memperhatikan reaksi alami yang terjadi pada Raegan. Prianya itu kini dipenuhi oleh peluh di hampir seluruh wajahnya, warna kulit wajah yang seputih susu itu sekarang nampak memerah. Kaldera pun menjawab permintaan Raegan tentang memilikinya dengan sebuah anggukan pasti. Sebuah senyum cantik pun terukir di wajah Kaldera.

Setelah permintaan izin itu, mereka mengubah posisi menjadi duduk. Kaldera bersandar di header kasur, sebuah bantal diletakkan oleh Raegan di balik punggung Kaldera, dengan tujuan agar Kaldera dapat merasa lebih nyaman. Kemudian Raegan kembali mencumbu bibir Kaldera, belah bibir yang akan selalu dicumbunya dan selalu membuatnya candu. Pagutan dan pergerakan mereka membuat kasur king size yang mereka tempati bergoyang, begerak dengan gerakan naik turun. Selain itu kini Kaldera sudah tidak berada di posisi awalnya. Sprei yang sebelumnya terpasang dengan sempurna, telah berubah bentuknya menjadi tidak karuan.

Kisses 1

Raegan tidak melepas pagutan mereka sedikit pun, konsentrasinya tetap bisa bekerja dengan baik bersamaan dengan tangannya yang mulai melepaskan pakaian Kaldera. Kini hanya tersisa sebuah bra hitam di tubuh Kaldera. Sebelumnya Raegan telah lebih dulu menanggal kaus ditubuhnya, itu ia lakukan berkat rasa panas yang tiba-tiba menyergapnya.

Raegan dan Kaldera berhenti sejenak untuk mengambil nafas setelah melakukan ciuman yang terasa cukup panjang. Hembusan nafas mereka pun terdengar beradu dengan indahnya. Kaldera yang sudah merasa lemah, berusaha mencari kekuatan dengan menempelkan dahinya di dahi Raegan, dan satu lengannya terkulai lemas di bahu polos Raegan.

“Kal, you are the prettiest woman for me. You full filled my heart and my mind with your existence,” ucap Raegan di tengah-tengah kegiatan istirahat mereka. Kedua lengan Raegan mendekap pinggang ramping Kaldera, lalu Raegan mengusap pinggang itu dengan gerakan yang sensual. Kaldera sedikit melenguh berkat aksi Raegan itu, tapi justru Kaldera mengisyaratkan pada Raegan untuk terus melakukan sentuhannya.

Saat Raegan selesai mencicipi hampir setiap inci tubuh Kaldera, baik dengan jemari maupun dengan mulutnya, kini giliran Kaldera yang akan melakukannya. Pertama-tama Kaldera menatap Raegan lamat-lamat, lalu tangannya bergerak mengarahkan rahang Raegan untuk mendekat padanya. Kaldera menjelajahi setiap celah wajah Raegan, bentuknya yang sempurna, membuat Kaldera melihatnya dengan mata berbinar dan penuh rasa syukur. Kaldera menggesekkan ujung hidungnya pada ujung hidung Raegan, aksi kecil itu berikutnya mampu membuat sesuatu di dalam diri Raegan menggelora. Dari setiap sentuhan Kaldera di tubuhnya, Raegan dapat merasakan cinta dan kasih Kaldera yang ditujukan untuknya.

Gif kiss

Kaldera kini bergerak untuk menempelkan tubuhnya pada Raegan. Raegan seketika merasakan dua buah benda kenyal yang menyapa permukaan dada bidangnya. “Kal …” lirih Raegan dengan suara husky-nya yang terdengar semakin berat. Kaldera bergerak mencium leher jenjang Raegan, awal mula kecupana yang lembut itu berubah menjadi lebih brutal. Kaldera meninggalkan jejak merah di kulit putih Raegan, sekaligus hembusan nafas hangat yang mampu menggelitik Raegan.

Kaldera kini beralih turun ke bagian perut Raegan. Pertama jarinya bermain di sana, tapi lama-lama berubah bibirnya yang menjajaki perut sixpack Raegan. Kaldera memberikan tanda cintanya di sana, memberitahu bahwa Raegan seorang hanyalah miliknya. Setiap area ini hanya untuknya saja, tidak seorang pun selain dirinya dapat menyentuhnya.

Setelah 15 menit mereka bermain, kini mereka sudah sama-sama basah dalam artian lain. Di bagian bawah sana, milik Raegan sudah mengeras. Kaldera bisa merasakan itu ketika ia bergerak naik ke pangkuan Raegan. Sesuatu yang besar terasa mengenai pahanya tadi.

Raegan bergerak memeluk Kaldera selama beberapa saat. Pria itu membisikkan kata-kata cintanya sembari mengusap punggung polos Kaldera. Kemudian dengan perlahan, Raegan mengubah posisi mereka. Kaldera berada di bawah Raegan, kedua lengan kekar Raegan mengunci Kaldera dengan bertumpu di sisi kanan dan kiri wajah wanitanya.

“Kal, it will hurt you,” ucap Raegan.

Kaldera kemudian hanya mengangguk pelan, ia menelan salivanya dengan sedikit usaha. “Mas, aku mau ke kamar mandi dulu sebentar. Boleh?” tanya Kaldera. Dari tatapan matanya Kaldera merasa bersalah. Namun apa yang terjadi selanjutnya, Kaldera pun dibaut terpana, lagi dan lagi oleh sikap lembut Raegan kepadanya. Raegan membiarkannya untuk mengambil waktu di kamar mandi. Tanpa mengucapkan apa pun yang mungkin dapat menyinggung Kaldera, Raegan pun hanya membiarkan Kaldera melenggang pergi.

Di depan pintu kamar mandi, Raegan menunggu Kaldera dengan setia. Sekitar lima menit berlalu, Kaldera akhirnya kembali. Mendapati Raegan menunggunya, otomatis senyum Kaldera terulas. Kaldera meraih tangan Raegan dan kemudian bergerak menggenggamnya. Kaldera mendekatkan tangan Raegan pada bibirnya, lalu ia memberikan kecupan halus dipunggung tangan itu.

“Mas, maaf ya. Aku tadi gugup banget,” aku Kaldera.

“Iya, Sayang. Nggak papa,” ucap Raegan.

Saat Kaldera menggandeng tangannya, Raegan bertanya, “Kita mau lanjut lagi?”

Kaldera mengangguk. “Iya. Kita lanjut lagi.”

“Kal, kamu yakin?” tanya Raegan.

Kaldera menoleh dan menatap Raegan. Kemudian Kaldera sedikit berjinjit untuk menyematkan kecupan di pipi Raegan. “Aku yakin, Mas. Aku nggak punya keraguan atas kamu. Aku izinin kamu untuk memiliki aku, begitu pun sebaliknya. Malam ini rasanya spesial banget buat aku Mas. Aku ingin memberikannya untuk kamu, dan aku nggak sama sekali ragu.”

***

Raegan dan Kaldera telah kembali ke kasur. Kaldera menjamah kasur terlebih dulu, lalu berikutnya Raegan bergerak menyusulnya. Raegan tahu tempat favorit Kaldera. Maka dari itu, dengan gerakan yang sangat lembut, Raegan memindahkan Kaldera ke atas dua pahanya.

Kiss 2

Setelah itu Kaldera meraih satu tangan Raegan, Kaldera membawa tangan Raegan untuk menuju dadanya. Kaldera meminta Raegan untuk mengusap dua buah dadanya yang sudah tampak menegang di sana.

“Kal, kalau sakit atau kekencangan, kamu bilang ya,” ucap Raegan. Kaldera mengangguk. Detik berikutnya, Kaldera menatap ke arah tangan Raegan yang mulai menyentuh miliknya. Jari-jari Raegan yang panjang tampak sangat pas menangkup miliknya. Dari awal hanya sentuhan, kini mulai berubah menjadi remasan. Kaldera memejamkan matanya sesaat, lalu membuka lagi. Itu terjadi secara berulang, hingga rasanya setengah kesadaran Kaldera seperti dibawa pergi entah ke mana.

“Mas … sekarang aja,” ujar Kaldera dengan suara lemahnya.

“Oke,” ucap Raegan. Satu tangan Raegan lantas menyilakan helai rambut Kaldera yang turun ke wajahnya. Kaldera dibanjiri oleh peluh dari paras sampai ke lehernya, dan itu tampak sangat seksi bagi Raegan. Di leher jenjang Kaldera, ada tanda cinta yang dibuat oleh Raegan.

Kemudian yang terjadi selanjutnya adalah Raegan memposisikan Kaldera untuk berada di bawahnya. Raegan meletakkan dua buah bantal di bawah kepala Kaldera, dengan posisi seperti itu, Kaldera pun dapat merasa lebih nyaman dan rileks.

Kaldera tidak dapat melepaskan tatapannya dari Raegan begitu pria itu menanggalkan underwear Calvin Klein hitamnya. Berikutnya dengan kedua netranya, Kaldera sepenuhnya melihat sebuah benda milik Raegan. Itu nampak cukup besar, panjang, dan terlihat mengeras.

Can I … touch it?” tanya Kaldera pelan.

Raegan mengangguk. “Of course, Baby. You can touch it,” ujar Raegan. Kemudian secara perlahan, Kaldera mengarahkan tangannya ke sana. Ia memegang benda itu dengan pelan, lalu lama-lama bergerak memainkannya. Selama itu terjadi, mereka kembali saling mencumbu. Raegan mendesahkan nafasnya, sesekali melafalkan kata-kata cintanya untuk Kaldera.

“Mas,” ujar Kaldera saat cumbuan mereka terurai.

“Hmm?”

Your deep voice … I almost died because of it,” ujar Kaldera. Mendengar itu, Raegan lantas terkekeh pelan. Kekehan Raegan itu justru berdampak jauh lebih parah dari pada lenguhan seksinya. Kaldera ingin memiliki tawa itu hanya untuknya. Raegan yang seperti ini, hanya boleh terlihat di depannya saja.

“Mas, I want you in me,” ucap Kaldera dengan nada yakinnya. Raegan pun mengangguk pelan. Raegan mengatakan bahwa mereka akan segera menuju ke intinya. Raegan tahu Kaldera menginginkan mereka melakukannya dengan posisi duduk, tapi karena kekhawatiran Raegan pada Kaldera, jadi mereka akan mencoba posisi paling klasik, yakni pria berada di atas dan wanita berada di bawah.

Sebelum benar-benar memasukkan miliknya pada Kaldera, Raegan mengambil satu bantal dan meletakkannya di bawah kedua paha Kaldera. Mereka telah sama-sama mempelajarinya sebelum menikah, cara-cara melakukannya dan bagaimana posisi yang lebih efektif atau yang kurang efektif. Salah satu tujuan mengganjal bagian pantat wanitanya adalah menguntungkan cairan si pria untuk bisa lebih fokus menjangkau ke rahim si wanita.

Saat semuanya dirasa telah siap, Raegan mulai mendekat pada Kaldera. Pertama-tama satu jari Raegan bergerak memasuki Kaldera di bawah sana. Rasa sakit seketika menyerang Kaldera, matanya langsung berair di bagian pelupuk. Pergerakan jari Raegan yang semakin lihai, membuat sebuah cairan bening yang lengket keluar dari Kaldera, hingga di bawah sana sudah sepenuhnya basah.

“Mas,” ujar Kaldera.

“Iya, Sayang?”

“Tambah lagi.”

“Iya. Dua dulu ya?”

“I-iya.”

Raegan pun menambah jarinya. Kini dua buah jari Raegan melesak ke dalam, guna melebarkan jalan penyatuan mereka. Kaldera meringis kesakitan, ia pun meminta Raegan untuk menciumnya. Kali ini balasan pagutan Kaldera pada bibir Raegan terasa lebih brutal dari sebelumnya, bahkan Kaldera menggigit bibir bawah Raegan, guna melampiaskan rasa sakitnya.

“Kal,” ujar Raegan.

“Hmm?” sahut Kaldera pelan.

Satu tangan Raegan yang bebas pun bergerak mengusap kepala Kaldera. “Every piece of you is perfect for me.”

Kaldera yang mendapati perlakuan itu otomatis mengulaskan senyum bahagianya. Wajah Kaldera berderai air mata, tapi itu adalah air mata kebahagiaan. Saat tatapan mereka bertemu dan saling mengunci, Raegan memutuskan melesakkan miliknya ke dalam Kaldera. Tepat begitu milik Raegan berhasil menemukan jalan masuknya dan menembus relung itu, Kaldera melengkungkan bibirnya ke dalam, pun satu tangannya mencengkeram punggung Raegan dan memberikan guratan dengan kukunya.

“Mas, aduh sakit banget … ” Kaldera berucap lirih.

“Sebentar ya Sayang. Tahan sedikit lagi,” ucap Raegan menenangkan Kaldera. Raegan bergerak di atas Kaldera dengan gerakan naik turun, sesekali Raegan menghentakkan pinggulnya untuk menjangkau Kaldera lebih dalam lagi. Gerakan pinggul Raegan yang begitu lihai, terlihat sangat menakjubkan bagi Kaldera. Hembusan nafas Raegan, keringat yang mengalir di pelipisnya, terasa mampu melengkapi kesempurnaan penyatuan mereka.

“Mas …” Kaldera mendesah lagi dengan melantunkan nama Reagan. Kaldera kini dapat merasakan bahwa sepenuhnya Raegan telah berada di dalamnya. Kaldera merasa begitu penuh dan hangat, tepat ketika cairan itu menembusnya, bagian perutnya pun juga ikut terasa menghangat.

“Sayang, masih sakit?” tanya Raegan. Mereka masih bersatu, bergerak bersama dengan irama yang indah.

“Nggak terlalu, Mas. Udah enak,” ujar Kaldera.

“Mau udahan dulu?” tanya Raegan sembari menciumi setiap cela wajah Kaldera.

“Sebentar lagi nggak papa,” ucap Kaldera. Kaldera membuka matanya, ia berusaha untuk menatap Raegan. Kaldera ingin menikmati momen ini seutuhnya. Rasa awalnya memang sakit, aneh, dan tidak nyaman. Namun lama-kelamaan justru berangsur lebih baik dan terasa nikmat.

“Mas, iya di situ aja,” ucap Kaldera begitu Raegan berhasil menyentuh titik inti dari Kaldera. Tepat sasaran, Raegan melakukannya dengan begitu baik.

“Enak sayang?” tanya Raegan.

“Enak,” Kaldra menjawab dengan sebuah senyum segaris di bibirnya. Dari yang sebelumnya meringis, kini Kaldera dapat menikmatinya hingga ia merasa seperti terbang ke langit ke tujuh.

Mereka akhirnya memutuskan untuk beristirahat, setelah kurang lebih melakukannya selama 10 menit. Raegan dan Kaldera ingin mencoba posisi lain, yakni woman on top. Namun ada yang berbeda, mereka akan mencobanya dengan posisi duduk. Kaldera akhirnya bergerak naik ke atas pangkuan Raegan. Mereka sama-sama duduk, dan akan bersatu dengan posisi berpangkuan.

Begitu akhirnya Kaldera memasukkan sendiri milik Raegan pada miliknya, Kaldera berucap dengan suara merdunya di dekat Raegan. “You taste so good,” ujarnya. Saat mereka sudah bersatu sepenuhnya, keduanya mendesahkan nafas yang panjang bersama-sama.

Raegan melesakkan kepalanya di curuk leher Kaldera, sementara tangan Kaldera memberi usapan di belakang telinga prianya, di leher bagian belakang, dan beberapa titik sensitif lainnya.

You are so nice, Baby,” puji Raegan.

Kaldera tersenyum, cantik sekali. Raegan selalu bahagia ketika melihat senyuman itu. Meskipun dengan posisi duduk, Raegan tidak kehilangan kemahirannya untuk menggerakkan pinggulnya. Raegan pun memperdalam miliknya pada Kaldera, membuat Kaldera mendesahkan nafasnya dengan desahan yang cukup panjang.

“Mau udahan, Kal?” tanya Raegan sambil memperhatikan wajah Kaldera.

“Kamu keliatan cape, kita bisa udahan sekarang,” lanjut Raegan.

Kaldera akhirnya mengangguk. Mereka berciuman sekali lagi dengan gerakan dan irama yang begitu indah. Kemudian Kaldera beranjak dari pangkuan Raegan dan merebahkan dirinya di atas kasur. Paras Raegan yang berjarak hanya satu jengkal darinya, akan Kaldera pandangi sampai dirinya terlelap nyenyak. Mereka berbarengan mengulaskan senyum, terlihat semburat merah di pipi Kaldera dan dua buah lesung pipi di wajah Raegan.

“Orang-orang bilang kamu adalah tuan anti-romantic,” ucap Kaldera, netranya masih betah menatapi paras Raegan.

Kemudian dua alis tebal Raegan menyatu di tengah. “Oh iya? Siapa yang bilang?”

“Temen-temen kamu,” ujar Kaldera diiringi tawa kecilnya.

“Kalau menurut kamu, aku laki-laki yang kayak gimana?” tanya Raegan. Pria itu tersenyum lebar, menampakkan deretan gigi depannya yang rapi.

Kaldera pun akan menjawabnya. Matanya sedikit memicing, lalu wanita itu berujar. “Satu tahun lebih aku kenal kamu, bagi aku kamu nggak banyak berubah. Kamu masih laki-laki yang sama, laki-laki yang tegas, punya pendirian yang kuat, dan punya prinsip. Tapi aku bisa melihat diri kamu yang lain saat kamu sama aku,” tutur Kaldera.

Raegan masihlah pria yang sama, Kaldera mengatakannya demikian. Kepada beberapa orang, Raegan tetaplah pria dengan julukan kulkas 12 pintu. Namun saat bersama Kaldera, Raegan dapat menunjukkan sisi lainnya. Raegan yang lembut, penyayang, dan Raegan yang selalu meletakkan Kaldera sebagai prioritas utamanya.

“Sayang,” ucap Raegan. Raegan sebelumnya sudah memejamkan matanya, tapi kini pria itu kembali menatap Kaldera. Kaldera yang mendengar panggilan itu pun otomatis membuka netranya.

“Kenapa Mas?” tanya Kaldera.

I’m enough for you?” tanya Raegan.

“Maksud kamu?” Kaldera nampak tidak mengerti maksud pertanyaan Raegan, terlebih pada apa alasan Raegan menanyakan pertanyaan itu padanya.

Sometimes I felt like I can’t be a romantic partner. Tapi bukannya setiap perempuan mendambakan keromantisan?”

“Iya, pasti,” jawab Kaldera. Kaldera menelusuri setiap inci lekuk wajah Raegan, di mana di sana ia selalu memujanya. Kaldera pun kembali melanjutkan kalimatnya. “Setiap perempuan ingin diperlakukan dengan baik oleh pasangannya, tapi cara tiap orang untuk nunjukin kasih sayangnya bisa berbeda.” Kaldera menjeda ucapannya, lalu tangannya bergerak mengusap lembut pipi Raegan.

Kaldera pun kembali berujar. “Mas, bertemu sama kamu adalah salah satu momen terindah di dalam hidup aku. Menikah sama kamu, menjadi istri kamu, mendampingi kamu, jadi momen terindah selanjutnya dan akan terus seperti itu selama kita bersama. Aku ingin membuat banyak momen indah sama kamu, hari ini, besok, dan sampai kita tua. Bagi aku, kamu lebih dari cukup, Mas.”

Raegan memanglah pria yang jarang menunjukkan sikap romantis menurut standar orang-orang kebanyakan. Namun bagi Kaldera, Raegan romantis dengan caranya sendiri. Bahkan kalau Raegan sudah menunjukkan sisi romantisnya, Kaldera bisa seketika dibuat tidak berkutik. Raegan dengan bahasa cinta act of service-nya, selalu mampu membuat Kaldera berdbear. Raegan selalu berhasil mengacak-ngacak hati Kaldera, memompa aliran darahnya dengan lebih cepat, dan menghidupnya aliran cinta di dalam hatinya.

Kaldera tidak menginginkan kesempurnaan dalam diri seorang pria, di saat Kaldera telah menemukan sosok Raegan, sosok yang menyayanginya melebihi pria itu menyayangi dirinya sendiri.

Cosmic radiation

Cosmic radiation

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂