Tears for You
Kaldera seperti merasakan dejavu, di mana ia mendapati perasaan takut kehilangan orang yang ia sayangi untuk yang kedua kalinya. Di depan ruang UGD itu, Kaldera berdiri dengan tatapan kosong. Barra yang melihat tangan Kaldera dipenuhi oleh darah dari tubuh Raegan, segera meminta tolong perawat untuk bantu membersihkannya.
Sementara Kaldera dibawa oleh perawat, Barra menghubungi orang tua Raegan untuk mengabari apa yang tengah terjadi. Barra juga telah meminta anggotanya untuk berjaga di sekitar area rumah sakit, mereka melakukan penjagaan lebih ketat guna mengantisipasi hal buruk atau kecolongan penjagaan seperti yang sebelumnya terjadi.
Tidak lama kemudian, Barra kembali mendapati kehadiran Kaldera di depan ruang UGD. Ketika Barra menghampiri Kaldera, ia mendapati gadis itu menatapnya dengan tatapan penuh luka.
“Kal, Raegan yang merencanakan semua ini,” ujar Barra.
Kaldera menoleh dan menatap Barra. “Maksud Mas Barra?”
“Kita nggak tau alasan Raegan ngelakuin ini apa. Aquiver tadi udah mengepung tempat itu dari luar, tapi Raegan mutusin untuk masuk ke tempat itu sendiri.”
“Mas Barra … mas Raegan cabut tuntutan kasusnya di hadapan Leonel,” ucap Kaldera dengan nadanya yang terdengar putus asa.
Barra lantas menatap Kaldera lekat, pria itu berusaha untuk meyakinkan Kaldera kalau semua akan baik-baik saja. “Kal, kamu coba tenang dulu ya. Raegan pasti ngelakuin ini ada alasannya. Raegan nggak akan mudah menyerah dengan tujuannya, tapi gimana pun dia tetap memikirkan keselamatan kamu.”
***
Indri dan Satrio datang tidak lama berselang. Di dalam ruang UGD itu, Raegan masih menjalani operasi untuk pengambilan peluru yang menembus hingga ke dalam tubuhnya. Indri terlihat syok dan dan begitu sedih, Satrio di sampingnya berusaha untuk menenangkannya.
Kaldera yang melihat itu di depan matanya ikut merasa terenyuh. Kaldera ingin lari dari hadapan Indri, rasanya ia begitu malu menampakkan dirinya di depan Indri setelah apa yang terjadi. Namun ketika netra Indri bersitatap dengan Kaldera, wanita itu justru menghampiri Kaldera dan bergerak untuk memeluknya.
Indri berusaha mencari kekuatan melalui dekapan itu. Masih sambil berpelukan, Kaldera pun berujar pelan kepada Indri. “Mama, maafin Kaldera. Mas Raegan kayak gini gara-gara Kaldera.”
Indri pelan-peln mengurai pelukannya, wanita itu menatap Kaldera dengan tatapan penuh afeksi. “Sayang, ini bukan salah kamu. Kamu jangan ngomong kayak gitu ya. Mama tahu, Raegan pasti ngelakuinnya karena dia sangat sayang sama kamu,” ujar Indri.
Kaldera tidak menyangka bahwa Indri mengatakan kalimat itu padanya. Hati Indri memang hancur saat ini, tapi begitu berpikir bahwa putra sulungnya melakukan itu karena suatu alasan, Indri berusaha untuk memakluminya. Mungkin jika Kaldera yang terkena peluru itu, Indri tidak tahu akan sehancur apa Raegan, dan mungkin Indri lebih tidak sanggup melihat putranya menghadapi kehancuran itu.
***
Operasinya telah selesai dan berjalan dengan lancar. Tim dokter yang melakukan operasi besar tersebut mengatakan bahwa Raegan hampir saja tidak terselamatkan. Peluru yang mengenai Raegan posisinya hampir dekat dengan luka lama yang pernah Raegan miliki. Sehingga tim dokter cukup kesulitan untuk mengeluarkan peluru itu, mereka harus ekstra hati-hati agar operasinya tidak menimbulkan luka baru yang dapat berakibat fatal pada keselamatan Raegan. Dokter ragu bisa menyelamatkan Raegan, tapi rupanya Tuhan masih memberi Raegan kesempatan untuk hidup.
Beberapa saat setelah operasi, Raegan pun telah dipindahkan ke ruang rawat. Indri dan Satrio jadi yang pertama untuk melihat kondisi anak mereka. Setelah itu, Indri meminta Kaldera untuk melakukan kunjungan yang kedua. Sebelum Kaldera masuk, Indri meraih tangannya dan mengucapkan sesuatu. “Raegan belum siuman, tapi Mama yakin dia ingin kamu ada di sampingnya.”
Setelah ucapan Indri, Kaldera bergerak masuk ke dalam ruang rawat Raegan. Begitu Kaldera memasuki ruangan itu, ia melihat Raegan masih memejamkan matanya di atas ranjang rawatnya. Kaldera pun menarik kursi di samping ranjang dan duduk di sana.
Ketika Kaldera memandang wajah terlelap Raegan, air matanya merembas lagi. Kaldera segera menyekanya, lalu ia mengulaskan senyum segarisnya. “Mas,” ucap Kaldera, ia meraih jemari Raegan di sisi kasur dan bergerak menggenggamnya .
Kaldera mengamati jemari Raegan yang kini berada di genggamannya, lalu tatapannya kembali beralih pada wajah Raegan. “Hari ini aku hampir kehilangan orang yang aku sayang untuk kedua kalinya. Aku takut banget, Mas. Aku takut kehilangan kamu. You know what, I realized that I already loved you, Mas. Makasih yaa, kamu udah bertahan untuk kita semua yang sayang sama kamu.”
***
Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮
Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂