The Destiny of Love
Dalam mengenalkan dan memasarkan produknya, fashion brand menggunakan berbagai cara, salah satunya adalah mengadakan sebuah event fashion show. Fashion show merupakan kegiatan yang dibuat untuk memamerkan karya maupun koleksi terbaik dari pada desainer, untuk memasarkan, dan mempromosikan produk fashion yang akan diperagakan oleh model.
Ada fashion show yang hanya dilakukan untuk mencari inspirasi baru, menambah relasi, atau ajang bagi para desainer untuk mencurahkan kreatifitasnya, melalui desain pakaian yang mereka buat. Namun ada juga fashion show yang diadakan untuk tujuan komersil yang dilakukan oleh rumah mode maupun sebuah fashion brand. Agar bisa mencapai tujuan komersil tersebut, rumah mode Christian Dior yang ada di Indonesia menggaet para model, selebriti, serta influencer ternama untuk memamerkan produk pakaian mereka di catwalk**, melalui acara Jakarta Fashion Festival 2022.
Antuasias masyarakat terbukti dengan tiket yang sukses terjual dalam waktu kurang dari 1 jam. Hanya terdapat 1000 seat yang disediakan untuk bisa menyaksikan pagelaran fashion tersebut, sisanya ada di hari kedua yang ditambah sebanyak 500 seat lagi.
Di sebuah kursi di backstage yang merupakan persiapan para talent yang akan melakukan fashion show, terdapat seorang pria yang sedang dibantu styling busana untuk show selanjutnya. Backstage tampak penuh, para pekerja melakukan tugasnya masing-masing. Para talent harus cepat-cepat berganti pakaian, dirias wajahnya, dan berganti style rambut. Backstage yang sudah terbilang cukup luas itu, tetap terlihat penuh dan hectic. Ada berbagai pekerjaan di sana, semua orang bekerja keras demi kelancaran dan kesuksesan fashion show tersebut.
“Silakan,” ucap seseorang yang baru saja meletakkan sebuah cup kopi dingin di meja.
“Terima kasih,” balas lelaki yang duduk di depan kaca rias. Lelaki itu mengambil cup minumannya dan meneguknya.
Saat lelaki itu baru saja meletakkan minumannya kembali ke meja, sosok perempuan menghampirinya. “Al, dikit lagi lo naik ya.”
“Oke.” Lelaki itu segera mengiyakannya.
Tiba waktunya ketika lelaki itu harus naik ke panggung, para pasang mata yang berada tidak jauh darinya langsung mengarah kepada lelaki itu. Lelaki itu nampak gagah dan tampan dengan pakaian serta aksesoris yang digunakannya. Para desainer yang merancang pakaian yang dikenakan oleh lelaki itu terlihat sangat senang. Pasalnya di berbagai sosial media, nama brand milik perusahaan langsung menjadi trending, tentu saja alasannya adalah karena produk tersebut digunakan oleh selebriti terkenal itu.
Lelaki itu adalah Alvaro Xander Zachary, selebriti yang telah menjadi Brand Ambassador Christian Dior selama 1 tahun belakangan. Popularitas serta trek rekor Alvaro di dunia entertain, membuat para brand besar sangat senang ketika bisa mendapat kesempatan bekerja sama dengannya. Film-film yang telah dibintangi oleh Alvaro membuat namanya semakin besar. Sehingga tidak heran lelaki itu menjadi aktor dengan bayaran termahal di tahun 2022, sesuai hasil riset yang dilakukan oleh media berita yang kegiatannya menyoroti karir para artis.
***
Backstage kini tampak agak legang karena para model sudah naik ke panggung. Di antara banyaknya pekerjaan yang ada di sana, salah satu pekerja yang dapat sejenak beristirahat adalah pekerjaan sebagai makeup artist. Mereka merasa senang karena telah berhasil membuat para model tampil cantik dan tampan dengan bantuan polesan kuas makeup mereka, tapi sekaligus mereka merasa lelah juga.
“Mbak, minum dulu,” ujar seorang gadis sambil meletakkan sebuah botol tumbler berwarna pink di sebuah meja.
“Makasih ya Fi,” ujar perempuan yang sedang duduk itu. Asistennya begitu cekatan melayaninya, tahu lagi kalau ia butuh kopi setelah bekerja.
“Ini gue boleh keluar gedung sebentar nggak sih? Gue mau cari angin,” ujar perempuan itu lagi.
“Boleh kayaknya deh Mbak. Habis ini kan jam istirahat. Nanti gue telfon kalau misalnya lo dicariin ya.”
“Oke. Makasih ya Fi. Gue mau ke toilet sekalian, kebelet pipis.” Setelah asistennya itu mengiyakannya, perempuan itu langsung beranjak dari kursinya dan melenggang dari sana.
***
Sienna baru saja mengecek ponselnya untuk membaca pesan dari Fia. Sienna telah selesai membuang air kecil, tapi Sienna masih berada di luar gedung yang digunakan untuk acara fashion show. Fia mengatakan bahwa situasinya aman terkendali, dan Sienna punya waktu sekitar 30 menit lagi sebelum ia harus kembali ke dalam.
Sienna ingin membeli snack karena ia merasa perutnya keroncongan. Saat Sienna melewati area parkir untuk menuju stand penjual street food, netranya menangkap sosok anak kecil yang terasa fameliar baginya. Anak itu tidak sendirian di sana, ia bersama seorang perempuan yang sepertinya adalah pengasuhnya. Sienna jelas mengetahui siapa anak itu, dan ia tidak sengaja mendengar pembicaraan antara anak laki-laki tersebut dengan perempuan yang bersamanya.
“Mbak Gina, tapi ini mobilnya Papa, plat nomornya bener. Pasti Papa ada di sini, Gio mau ketemu sama Papa,” ujar anak itu sembari menunjuk sebuah mobil Range Rover putih yang ada di hadapannya.
“Mbak udah telfon papa sama tante Ila, tapi belum diangkat. Kita pulang aja ya? Papa kan udah bilang sama Gio kalau nggak boleh nyusul sebelum izin sama papa. Kita nggak bisa masuk ke tempat papa kerja, Gio,” perempuan di samping Gio coba tersebut memberi penjelasan pada bocah itu.
Namun Gio tidak mau mengerti, bocah itu kekeuh ingin bertemu dengan papanya. Hal tersebut membuat Gina terlihat kalut. Melihat kejadian di depannya itu, Sienna tidak tega untuk acuh dan membiarkannya begitu saja. Maka ia coba menghampiri Gina dan akhirnya berbicara pada perempuan itu.
“Permisi Mbak. Maaf sebelumnya, saya tadi nggak sengaja dengar pembicaraan Mbaknya,” ucap Sienna.
Gina nampak bingung ketika mendapati seorang perempuan yang tidak fameliar baginya menghampirinya.
“Kenalin, saya Sienna. Saya makeup artist untuk acara fashion show di gedung itu. Kalau diizinkan, saya mungkin bisa membantu.” Sienna menjelaskan pada Gina bahwa dirinya dapat membantu masuk ke gedung tersebut, agar Gio dapat bertemu dengan papanya. Setelah dijelaskan dan Sienna menunjukkan kartu identitasnya yang membuktikan bahwa Sienna adalah salah satu makeup artist untuk acara Christian Dior Fashion Show, Gina akhirnya setuju untuk dibantu.
“Makasih banyak ya Mbak Sienna udah bersedia bantuin,” ucap Gina ketika mereka melangkah bersama memasuki area gedung.
“Iya, sama-sama,” ucap Sienna.
***
Sebelumnya Sienna telah meminta tolong pada seseorang yang mengenal Ila untuk menyampaikan tentang kedatangan Gio ke tempat ini. Sienna juga memiliki nomor kontak Ila, jadi ia sempat mengirim pesan juga pada Ila dan menelfonnya, tapi belum juga mendapat respon apa pun.
Rupanya Alvaro masih melakukan sesi kedua fashion show-nya. Jadi Sienna, Gio, dan Gina memutuskan menunggu di sebuah ruang tunggu yang tidak jauh posisinya dari backstage. Selagi menunggu, Gio tampak tidak bosan dan justru bocah itu mengatakan bahwa ia senang sekali berada di tempat kerja papanya.
“Gina, sekitar dua puluh menit lagi aku harus balik ke backstage. Kamu sama Gio tunggu di sini sampai mbak Ila dateng ya,” ucap Sienna yang langsung diangguki oleh Gina.
Begitu netra Sienna bertemu dengan Gio, anak itu tersenyum kecil padanya. “Tante kenal sama papanya Gio ya?” celetuk bocah itu masih sambil menatap Sienna.
Sienna hanya mengangguk karena ia bingung juga harus menjawab apa. Secara harfiah, dirinya dan Alvaro memang saling mengenal, tapi itu dulu. Kini posisinya hanyalah Sienna yang tahu tentang Alvaro, dan Alvaro kemungkinan tidak mengenali siapa dirinya.
Dari awal Gio sudah sangat interaktif bertanya pada Sienna, dan Sienna yang hanya menjawab seadanya. Namun lama-lama sosok Gio berhasil membuat Sienna aktif mengobrol juga. Sienna seperti merasakan de javu, yaitu pada saat ia mengobrol dengan para muridnya di Taman-Taman Kanak dulu. Sienna merasa begitu senang, sampai-sampai ia lupa waktu.
“Gio sekarang kelas berapa sekolahnya?” Sienna bertanya pada Gio.
“Kelas satu SD. Tapi PRnya udah susah, untung ada papa yang bantuin Gio kerjain PR,” jelas Gio.
“Ohya?”
“Iya, tapi papa seringnya sibuk shooting. Kalau ada mama, Gio dibantuin mama. Tapi mama nggak ada di rumah, Gio gak tau mama pergi ke mana.”
DEG.
Mendengar celotehan blak-blakan Gio, seketika Sienna pun terdiam. Meskipun nampak tidak terlalu mengerti, tapi dari tatapan mata bocah itu, Sienna melihat guratan kesedihan.
“Tante,” panggilan Gio membuyarkan lamunana Sienna.
“Iya Gio?”
“Mama Gio bakal pulang ke rumah nggak ya?” Gio menanyakan pertanyaan pada Sienna yang gadis itu tidak tahu jawabannya.
“Mama Gio pasti bakal pulang, karena mama Gio sayang sekali sama Gio,” tutur Sienna sembari mengulaskan senyumnya. Hanya itu yang dapat Sienna katakan kepada Gio.
“Kalau mama nggak pulang gimana?” pertanyaan kritis Gio itu membuat Sienna dan Gina saling bertatapan. Seolah mengerti kode yang diberikan oleh Gina, Sienna segera mengalihkan pembicaraan.
“Gio kalau di sekolah paling suka sama pelajaran apa?” tanya Sienna.
“Gio suka banget pelajaran seni,” jawab Gio dengan antusias.
“Oh iya? Emangnya kenapa Gio suka pelajaran seni?”
“Karena kalau pelajaran seni ada seni drama. Gio kalau udah gede mau jadi aktor, biar sama kayak papa.”
***
Alvaro baru saja menyelesaikan peragaan busananya. Ada sekitar empat style pakaian yang Alvaro kenakan dan artinya itu memakan waktu yang tidak sebentar baginya untuk berjalan di atas catwalk. Belum lagi ditambah persiapan busana, penataan rambut, serta proses merias wajah yang cukup menghabiskan waktu juga.
Saat Alvaro sampai di backstage, lelaki itu melihat Ila berjalan terburu-buru menghampirinya. “Al, anak lo nyusul ke sini,” ujar Ila memberitahu Alvaro.
“Kok bisa?” Alvaro nampak terkejut dan ia segera mengecek ponselnya. Benar saja, ada dua puluh panggilan tidak terjawab dari Gina.
Tanpa menunggu apa pun, Ila segera membawa Alvaro untuk menemui anaknya. Hal ini tidak terjadi satu dua kali saja. Alvaro menggeleng keheranan, anaknya itu selalu saja memiliki cara dan berhasil menemuinya di tempat kerja.
Ketika langkah Alvaro sampai di ruang tunggu, netranya langsung tertuju pada sosok anak lelaki yang tengah bersama seorang perempuan muda. Gio dan perempuan itu terlihat akrab, mereka mengobrol dan nampak larut sekali dalam perbincangan. Alvaro agak heran dengan kejadian itu, tapi ia cukup lega karena anaknya terlihat senang.
“Gio,” panggil Alvaro ketika ia sudah menghampiri anaknya.
“Papa?” Gio langsung mengalihkan tatapannya ke arah Alvaro, yang secara otomatis membuat perempuan yang tengah bersama anaknya ikut menoleh ke arahnya.
Jika biasanya Alvaro bertindak tegas pada Gio dengan menasehati anaknya karena telah lagi-lagi melanggar aturan yang dibuatnya, kini Alvaro menahan keinginannya itu. Bagi Alvaro yang terpenting saat ini adalah anaknya merasa senang. Alvaro akan menasehati Gio nanti jika waktunya tepat.
***
“Gio,” ujar Alvaro ketika dirinya dan Gio sedang di perjalanan pulang di mobil.
“Ada apa Papa?” Gio sedikit mengubah posisinya agar ia bisa melihat paras Alvaro. Bocah itu mendongakkan kepalanya dan memandangi wajah Alvaro yang tampak lelah.
“Papa capek kerja ya hari ini? Maaf ya Gio tadi nyusahin Papa. Gio pengen ke tempat kerja Papa, karena Gio mau ketemu sama Papa. Di rumah sepi, cuma ada mbak Gina,” tutur anak itu.
Alvaro lantas mengarahkan tangannya untuk mengusap puncak kepala anaknya. “Gio hari ini udah jadi anak baik, udah tungguin Papa kerja, terima kasih ya.”
“Iya, sama-sama Papa,” ucap Gio.
“Ohiya Papa,” Gio berucap lagi setelah dirinya teringat akan sesuatu.
“Ada apa?”
“Tadi Gio kenalan sama tante yang bantuin Gio buat ketemu papa lho. Terus Gio udah punya panggilan baru untuk tante itu.”
“Panggilan baru?” Alvaro bertanya dengan kedua alisnya yang menyatu.
“Iya, soalnya tante Sienna baik banget. Jadi Gio bilang kalau Gio mau panggilnya bunda Sienna aja.”
“Kamu udah izin? Emangnya bunda Sienna mau dipanggil bunda sama kamu?”
“Buktinya bunda mau. Papa juga kenapa ikutan Gio manggilnya bunda Sienna? Bunda Sienna kan bundanya Gio doang,” ujar Gio dan nampak kerutan di keningnya.
“Yaudah, iya. Kamu aja yang panggil bunda Sienna ya.”
“Katanya besok bunda Sienna masih kerja di tempat kerja Papa. Boleh nggak kalau Gio nyusul buat ketemu sama bunda Sienna?”
“Gio mau ngapain ketemu lagi?” Alvaro bertanya dan ia tampak bingung. Pasalnya bagaimana bisa anaknya yang baru bertemu dengan perempuan asing langsung merasa dekat bahkan terlihat nyaman saat bersama perempuan itu.
“Karena Gio suka sama bunda Sienna. Nanti Gio mau minta tolong sama bunda buat bantu kerjain PR sekolah. Please Papa, boleh yaa?” Gio masih menatap Alvaro dengan tatapan penuh harapnya.
Alvaro masih diam, belum memberi respon terhadap permintaan anaknya. Alvaro tidak paham kenapa takdir mempertemukan Gio dengan perempuan itu. Namun orang-orang di sekitarnya pasti tahu, Alvaro tidak pernah sanggup melihat anaknya bersedih.
***
Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷
Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜
Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭