The First Date
Alvaro lupa kapan terakhir kali ia merasakan perasaan seperti ini, yakni sebuah perasaan jatuh cinta yang baru dan begitu menggebu. Rasanya persis seperti saat dirinya berusia 15 tahun, tepatnya saat Alvaro mendapati masa pubernya. Ini terasa gila, tapi sekaligus menakjubkan.
Alvaro sudah beranjak dari kasurnya sejak pukul 7, bahkan ia meminta hairstylist-nya datang ke rumah untuk menata rambutnya. Alvaro tidak ingin membuat kesalahan atau menghabiskan waktu hanya karena ketidakmahirannya dalam hal menata rambut. Alvaro tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi dan mengacaukan rencana perginya dengan Sienna hari ini.
Alvaro mengecek sekali lagi penampilannya melalui kaca kecil di mobil, sebelum akhirnya memutuskan untuk turun. Alvaro telah memberitahu Sienna bahwa ia telah sampai, tapi Sienna tidak tahu kalau Alvaro akan menjemputnya ke dalam studio makeup-nya, bukannya menunggu di mobil seperti yang Sienna katakan padanya.
Alvaro menatap gedung bernuansa putih dan pink di hadapannya, sebelum akhirnya memutuskan untuk melangkah ke sana dan masuk ke dalam.
Begitu pintu ganda kaca itu terbuka, beberapa pasang mata yang ada di tempat itu langsung tertuju ke arah pintu. Ada 2 orang karyawan perempuan yang berjaga di meja tamu di bagian depan, serta 2 orang lagi yang sepertinya adalah klien yang ingin membuat appointment. Dari cara mereka menatap Alvaro, sepertinya mereka mengetahui siapa dirinya.
Alvaro menuju meja tamu dan mengatakan maksud kedatangannya pada karyawan di sana. “Permisi, saya ingin bertemu dengan Sienna dan udah buat janji sebelumnya.”
“Mbak Sienna masih di dalam, sebentar ya dipanggilkan dulu. Silakan menunggu,” ujar salah satu karyawan yang lantas mempersilakan Alvaro untuk duduk. Tidak jauh dari meja tamu, ada deretan kursi yang memang diperuntukkan bagi tamu untuk menunggu.
Alvaro hanya menurut saja dan akhirnya mengambil tempat di salah satu kursi. Tidak lama Alvaro menunggu di sana, dari arah dalam, nampak sosok Sienna yang berjalan dan langsung menatap ke arahnya. Sienna telah membawa tas tangannya. Sienna mengatakan sesuatu pada karyawannya tentang pekerjaan, sebelum akhirnya berjalan menghampiri Alvaro.
“Kenapa nggak nunggu di mobil aja? Biar gue yang keluar,” ujar Sienna.
“They don’t know about us?” ujar Alvaro pelan di dekat Sienna.
“Awalnya nggak tau, tapi habis ini kemungkinan jadi tau,” ucap Sienna.
“Bagus kalau gitu.”
“Ayo, Al. Nanti kita telat lho.” Sienna melangkah lebih dulu dari sana, baru kemudian Alvaro menyusulnya.
***
Kisah cinta setiap orang memiliki jalan ceritanya masing-masing. Ada yang selalu berjalan mulus-mulus saja, baru kenal langsung cocok dan kemudian menjalin hubungan. Namun ada juga yang satu, dua, atau bahkan tiga kali mengalami kegagalan. Selama 25 tahun hidupnya, kisah cinta Sienna berjalan tidak terlalu mulus, tidak seperti kisah fiksi romansa yang ditulikan penulis di novel-novel.
Saat Sienna bertemu dengan Alvaro dan lelaki tu menyatakan perasaanya kepada Sienna, Sienna berpikir bahwa kisah cintanya akan kembali kandas, bahkan sebelum sempat dimulai. Namun siapa yang menyangka, takdir memang tidak terduga. Nyatanya hari ini Sienna menjalin hubungan dengan seseorang. Sienna menghabiskan waktunya bersama sosok yang hatinya inginkan, sosok yang juga menginginkan kehadiran Sienna di hidupnya.
Bisa dibilang, ini bukanlah pertama kali Alvaro dan Sienna menghabiskan waktu bersama. Namun ini merupakan kali pertama mereka benar-benar pergi berdua saja, dan dengan status yang sudah berubah, yakni sebagai sepasang kekasih.
Alvaro yang mengusulkan ide agar mereka mengikuti Pottery Wheel Class di salah satu art space yang ada di sebuah mall. Sienna pun setuju dengan ide tersebut. Jadi selama 1 setengah jam , Alvaro dan Sienna mengikuti kelas membuat keramik menggunakan wheel, yang setiap kelasnya di isi oleh 5 orang dengan dipandu 1 orang guru. Menurut Sienna, ini adalah rencana kencan yang cukup unik dan bisa dibilang menyenangkan.
“Kok bagusan punya lo sih?” ujar Sienna sambil menatap miliknya, lalu ia menatap milik Alvaro yang ada di sampingnya. Hasil keramik yang dibuat Alvaro nampak bagus dan rapi, sementara punya Sienna terlihat kurang rapi dan bentuknya aneh, itu menurutnya.
“Bukan bentuk keramiknya bagus atau engga yang jadi esensinya, Sienna,” ujar Alvaro.
“Terus apa?”
“Kebersamaannya,” jawab Alvaro dengan entengnya. Ya, Alvaro terlihat sangat enteng mengucapkannya, tapi sukses membuat Sienna salah tingkah. Ditambah lagi, Alvaro mengatakannya sambil tersenyum ke arah Sienna.
“Sienna,” ujar Alvaro.
“Hmm?”
“Fokus ke keramiknya. Itu masih kurang halus, coba lo halusin lagi,” tutur Alvaro.
Sienna mengangguk dan kembali mencoba fokus ke keramik miliknya. Dalam hatinya, Sienna membenarkan ucapan Alvaro. Bukan estetika keramik ini yang menjadi poin utama dari kencan mereka, tapi yang utama adalah waktu berharga yang Sienna dan Alvaro habiskan bersama.
***
Agenda kencan hari ini hampir berakhir. Setelah tadi membawa pulang hasil jadi keramik mereka, Alvaro dan Sienna mampir sebentar ke sebuah toko pakaian branded ternama. Sienna ingin membeli pakaian untuk dirinya. Namun rupanya tanpa mengatakannya pada Alvaro, Sienna memutuskan membelikan satu kemeja dan satu celana panjang untuk Alvaro.
Setelah Alvaro mencoba pakaian tersebut dan tampak pas di tubuhnya, barulah Sienna membayarnya dan mereka memutuskan untuk pulang. Alvaro nampak senang dengan pemberian Sienna. Mungkin ini hanya sepasang pakaian, tapi yang penting adalah siapa yang memberi. Alvaro beberapa kali mendapat hadiah dari penggemarnya dan mendapatkan barang branded yang dibelinya dari hasil jerih payahnya bekerja. Alvaro memiliki puluhan barang branded, tapi pemberian Sienna ini rasanya jadi yang paling berharga untuknya.
Sebelum benar-benar pulang, Alvaro dan Sienna memutuskan untuk menikmati makan malam. Sienna yang menentukan tempat makan mereka kali ini. Sienna mengerti bahwa dirinya dan Alvaro tidak bisa berada di tengah-tengah publik, yang di mana kemungkinan orang-orang akan mengenali Alvaro. Sienna memahami itu dan tidak masalah baginya, selama mereka bisa menghabiskan waktu bersama. Hubungan Sienna dan Alvaro yang dibilang private ini, keduanya menikmatinya.
Mobil Alvaro telah sampai di sebuah parkiran restoran bintang lima. Tempat yang mereka putuskan memang sesuai dengan keinginan, yakni yang areanya private.
“Sienna,” ujar Alvaro sebelum mereka turun dari mobil. Sienna menoleh dan menghentikan aksinya yang akan membuka pintu mobil di sampingnya.
“Iya?”
“Hmm … dulu lo nolak gue dan hampir pergi dari gue setelah bertahun-tahun kita ketemu lagi. Sekarang keadaannya berbeda. Apa alasan lo akhirnya menerima gue?”
Sienna terdiam sejenak, dan Alvaro menunggu jawaban itu dengan setia. Sampai akhirnya Sienna berujar sambil menatap Alvaro lekat, “Lo yang dulu sama yang sekarang beda banget, jelas gue mau sama lo yang sekarang.” Sienna menjawab dengan enteng, nadanya terdengar bergurau, bukan seperti orang yang sedang serius.
Alvaro lantas terkekeh pelan. “Ohh jadi gitu. Dulu gue nggak cakep gitu maksud lo?” Alvaro sukses dibuat terkejut dengan jawaban gadis yang kini tengah bersamanya dan berstatus kekasihnya itu.
“Exactly.” GOTCHA. Sienna justru memperjelas jawabannya.
“Untung yaa ... gue suka lagi sama lo setelah bertahun-tahun,” Alvaro berujar lagi, tatapan mata Alvaro tidak lepas dari Sienna, jujur saja itu membuat Sienna salah tingkah.
“Maksudnya?” Sienna pun bertanya dengan kedua alisnya yang bertaut. Meski sudah berpacaran, Alvaro dan Sienna justru lebih terlihat layaknya sahabat yang santai dengan hubungan yang mereka jalani.
“Yaa gue masih suka sama lo, setelah bertahun-tahun. Kalau ngga suka, gue ngga ngejar lo, Sienna. Kalau laki-laki serius sama perempuan, dia akan berusaha untuk bisa bersama dengan perempuan itu. Udah jadi naluri alamiahnya, lelaki akan berjuang demi perempuan yang dia sukai.”
“So … I’m lucky that you like me?” tanya Sienna.
“Yes, and I’m lucky too that I met you again.” Alvaro menjeda ucapannya, lalu ia mengulaskan senyumnya. “Sienna, makasih ya, lo udah milih buat nggak pergi,” ujar Alvaro, nadanya terdengar begitu tulus.
Sienna sukses dibuat terdiam. Sienna kehilangan kata-kata yang hendak ia ucapkan, dan itu berkat ucapan Alvaro. Nada bicara Alvaro terdengar tulus, yang mau tidak mau membuat hati Sienna menghangat secara sempurna.
***
Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷
Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜
Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭