The Happiness
Raegan melepas sepatunya di teras rumah dan meletakkannyadi depan pintu. Kemudian Raegan melangkah memasuki rumahnya. Begitu sampai di ruang tamu, sayup-sayup Raegan dapat mendengar obrolan dua orang dari arah dapur. Hal yang rasanya begitu asing di rumah ini, hingga mampu membuat Raegan penasaran. Siapa yang sebenarnya sedang bersama mamanya di dapur dan tengah mengobrol?
Ketika akhirnya langkah Raegan sampai di tempat tujuannya, dua perempuan berbeda generasi di sana langsung menatap ke arahnya. Di sana ada Indri dan Kaldera, keduanya nampak sedang mengobrol di meja makan. Indri terlihat akrab dengan Kaldera dan seperti tidak ada jarak berarti di antara keduanya. Raegan dapat melihat Indri tersenyum lagi, setelah beberapa dua bulan ini Raegan hanya melihat guratan kesedihan di wajah mamanya.
“Raegan, kamu mau langsung makan malam atau nanti aja?” tanya Indri memecah keheningan yang terjadi di antara mereka.
“Nanti aja Mah,” jawab Raegan.
“Yaudah kalau gitu. Itu di meja makan udah ada makanan. Tadi mama masak bareng Kaldera, nanti kamu tinggal angetin aja ya.”
Raegan lantas mengangguki ucapan mamanya. Setelah itu Raegan pun pamit berlalu dari hadapan Indri dan Kaldera untuk menuju kamarnya.
Saat Raegan akan membuka pintu kamarnya, tangannya terhenti begitu saja di gagang pintu. Raegan pun berbalik, ia menatap ke arah pintu berpelitur putih di seberang kamarnya.
Raegan mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamarnya sendiri. Pria itu malah menyentuh gagang pintu kamar Zio, lalu melangkah memasuki kamar itu.
Begitu sampai di dalam, Raegan menyapukan netranya pada kamar bernuansa monokrom tersebut. Tiba-tiba perasaannya terasa campur aduk dan dadanya terasa sedikit sesak. Raegan meraup udara sebisa mungkin, lalu ia menghembuskan napasnya dengan helaan yang cukup panjang.
Ketika Raegan akan berbalik dan pergi dari kamar itu, sebuah figura di nakas samping tempat telah tidur mencuri perhatiannya. Raegan mengambil figura itu dan melihat potret yang ada di sana. Di potret tersebut nampak Zio dan Kaldera yang berfoto dengan latar taman hiburan. Zio tersenyum lebar di foto itu, nampak begitu bahagia.
Raegan lantas bertanya-tanya, kapan terakhir kali ia melihat adiknya sebahagia di foto ini? Raegan pun tidak memiliki jawabannya. Apakah sudah terlalu lama Zio kehilangan kebahagiaannya dan menemukannya kembali setelah bertemu dengan Kaldera?
“Mas Raegan.” Panggilan itu seketika membuat Raegan menoleh. Raegan menemukan Kaldera di belakangnya dan gadis itu kini tengah menatapnya.
Pandangan Kaldera lantas tertuju pada figura yang masih berada di tangan Raegan.
Raegan segera meletakkan figura itu kembali ke tempatnya. Keduanya pun saling menatap, dan seolah tau apa yang tengah dipikiran Raegan, Kaldera mengatakan maksudnya yang tiba-tiba datang ke kamar Zio.
“I missed him,” ucap Kaldera sembari mengalihkan tatapannya entah ke mana. Kaldera tengah berusaha mencegah air matanya untuk turun.
Pandangan Raegan seketika tertuju pada arah yang sama dengan Kaldera. Di meja belajar di kamar Zio itu, ada sebuah buku berwarna biru dongker. Kaldera berjalan ke meja itu, lalua ia mengambil album foto yang berukuran cukup besar tersebut. Perlahan satu tangan Kaldera mengusap sekilas benda tersebut.
Kaldera hanya membuka album itu pada lembar keduanya, lalu Kaldera kembali menutupnya dan meletakkannya di meja. Begitu Kaldera akan melangkah melewati Raegan, lelaki itu menahannya.
“Kaldera,” ucap Raegan.
Kaldera seketika menoleh, ia menatap Raegan dengan tatapan bertanya.
“Kenapa kamu melakukan ini? Apa kamu melakukan semua ini untuk membujuk aku dan membuat aku ngubah keputusan?” tanya Raegan.
Rupanya Kaldera cukup gigih melakukannya. Seminggu belakangan ini, Kaldera melakukan hal-hal yang tidak pernah terlintas di benak Raegan. Kaldera menjadi lebih dekat dengan Indri dan dapat membuat mamanya kembai tersenyum. Gadis yang dicintai almarhum adiknya itu benar-benar menunjukkan secara tidak langsung rasa cintanya yang begitu besar terhadap Zio, yakni dengan rasa peduli yang Kaldera tunjukkan pada Raegan maupun Indri. Tidak hanya itu, hari ini Raegan juga tahu seberapa besar rasa cinta Zio terhadap Kaldera. Di kamar adiknya ini, tersimpan begitu banyak memori indah yang dimiliki Zio bersama Kaldera. Fakta yang membuat Raegan tertegun adalah bahwa Kaldera merupakan pemeran utama dalam menciptakan kebahagiaan tersebut.
Dari sorot mata Kaldera, Raegan mampu melihat sebuah cinta yang begitu besar. Raegan merasa bahwa rasa cinta tersebut yang membuat Kaldera gigih dan tidak ingin menyerah begitu saja dengan kasus itu.
“Kaldera, saya akan mengizinkan kamu. Tapi saya punya satu syarat yang harus kamu penuhi,” ucap Raegan.
Kaldera nampak sedikit tidak percaya dengan keputuan Raegan. Kaldera pun tidak menyangka Raegan akhirnya luluh juga dan memberinya izin untuk melakukannya.
“Apa syaratnya?” tanya Kaldera, kedua alis gadis itu nampak menyatu. Kaldera tidak dapat memikirkan kira-kira syarat apa yang akan Raegan ajukan padanya.
Kali ini Raegan tidak memberitahu Kaldera saat itu juga. Raegan mengatakan bahwa ia akan mengabari Kaldera dan menjelaskan soal syarat yang akan ia ajukan.
***
Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮
Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂